Kalimantan Selatan terus berupaya meningkatkan populasi sekaligus kemurnian itik Alabio dengan menebar sebanyak-banyaknya bibit di sejumlah daerah di provinsi itu untuk dikembangkan.
"Pada tahun 2019 ada 785.000 bibit itik Alabio ditebar di tujuh daerah di Kalsel dari Program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera (BEKERJA) berbasis pertanian yang diluncurkan oleh Kementerian Pertanian," terang Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalsel drh Suparmi di Banjarmasin, Kamis.
Menurut Suparmi, plasma nutfah itik Alabio yang hidup di rawa-rawa Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) harus bisa menjadi tuan rumah di Kalimantan Selatan, sehingga jumlah populasinya akan terus dikembangkan.
"Selain di HSU sebagai sentra itik Alabio, pengembangbiakan itik Alabio juga sudah dilakukan di Kota Banjarbaru, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tapin dan Kabupaten Balangan," jelasnya.
Ratusan ekor bibit unggas lokal yang mempunyai produktivitas telur lebih tinggi dan paling rendah kolesterol jika dikonsumsi manusia yaitu itik Alabio, dikembangkan pada 13 ribu rumah tangga miskin penerima bantuan, sehingga diharapkan dapat lebih meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
"Segala cara memang telah kami lakukan dalam rangka upaya pengembangan itik Alabio yang tak hanya memenuhi skala daerah namun juga tersebar dan terdistribusi ke seluruh Indonesia," tuturnya.
Di sisi lain, edukasi ke masyarakat para peternak juga dilakukan seperti mengingatkan agar tak sembarang untuk melakukan persilangan guna mempertahankan keaslian genetika itik Alabio sebagai bangsa itik khas yang merupakan plasma nutfah asli Indonesia khususnya di daerah perkembangbiakan alaminya di Kabupaten HSU.
Dimana data sidik jari DNA Itik Alabio telah berhasil ditemukan Rini Fajarwati, drh., M.Vet dari hasil penelitiannya pada Program Studi S3 Sains Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga dengan judul disertasi "Strategi Pengembangan Itik Alabio (Anas platyrhynchos Borneo), Berdasar Keragaman Gen CO1 dalam Rangka Pelestarian Berkelanjutan di Provinsi Kalimantan Selatan".
"Disertasi Rini yang baru saja diujikan dan mendapatkan nilai A untuk kelulusan Program Doktor, sangat membantu kami dalam rangka pengembangan itik Alabio kedepannya," tandas Suparmi.
Sokongan pemerintah pusat untuk menjaga dan mengembalikan performance itik Alabio juga telah dilakukan melalui UPT Balai Pembibitan Ternak Unggul di Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut. Sehingga untuk itik sudah ada unit khusus dalam pembibitannya dan saat ini tengah dilakukan pengembangan itik Alabio Master.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020
"Pada tahun 2019 ada 785.000 bibit itik Alabio ditebar di tujuh daerah di Kalsel dari Program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera (BEKERJA) berbasis pertanian yang diluncurkan oleh Kementerian Pertanian," terang Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalsel drh Suparmi di Banjarmasin, Kamis.
Menurut Suparmi, plasma nutfah itik Alabio yang hidup di rawa-rawa Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) harus bisa menjadi tuan rumah di Kalimantan Selatan, sehingga jumlah populasinya akan terus dikembangkan.
"Selain di HSU sebagai sentra itik Alabio, pengembangbiakan itik Alabio juga sudah dilakukan di Kota Banjarbaru, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tapin dan Kabupaten Balangan," jelasnya.
Ratusan ekor bibit unggas lokal yang mempunyai produktivitas telur lebih tinggi dan paling rendah kolesterol jika dikonsumsi manusia yaitu itik Alabio, dikembangkan pada 13 ribu rumah tangga miskin penerima bantuan, sehingga diharapkan dapat lebih meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
"Segala cara memang telah kami lakukan dalam rangka upaya pengembangan itik Alabio yang tak hanya memenuhi skala daerah namun juga tersebar dan terdistribusi ke seluruh Indonesia," tuturnya.
Di sisi lain, edukasi ke masyarakat para peternak juga dilakukan seperti mengingatkan agar tak sembarang untuk melakukan persilangan guna mempertahankan keaslian genetika itik Alabio sebagai bangsa itik khas yang merupakan plasma nutfah asli Indonesia khususnya di daerah perkembangbiakan alaminya di Kabupaten HSU.
Dimana data sidik jari DNA Itik Alabio telah berhasil ditemukan Rini Fajarwati, drh., M.Vet dari hasil penelitiannya pada Program Studi S3 Sains Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga dengan judul disertasi "Strategi Pengembangan Itik Alabio (Anas platyrhynchos Borneo), Berdasar Keragaman Gen CO1 dalam Rangka Pelestarian Berkelanjutan di Provinsi Kalimantan Selatan".
"Disertasi Rini yang baru saja diujikan dan mendapatkan nilai A untuk kelulusan Program Doktor, sangat membantu kami dalam rangka pengembangan itik Alabio kedepannya," tandas Suparmi.
Sokongan pemerintah pusat untuk menjaga dan mengembalikan performance itik Alabio juga telah dilakukan melalui UPT Balai Pembibitan Ternak Unggul di Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut. Sehingga untuk itik sudah ada unit khusus dalam pembibitannya dan saat ini tengah dilakukan pengembangan itik Alabio Master.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020