Balai Karantina Pertanian Banjarmasin, Kalimantan Selatan, terus berupaya mendorong pengusaha provinsi ini untuk menggenjot ekspor produk pertanian yang kini semakin banyak diminati oleh berbagai negara.
Kepala Karantina Pertanian Banjarmasin, Achmad Gozali di Banjarmasin Kamis mengatakan, selama 2019 kinerja ekspor di wilayah kerjanya frekuensinya meningkat 2,6 persen.
Pada 2019 hingga November 2019 tercatat 1.124 kali ekspor dengan nilai ekonomi Rp2,9 triliun. Sementara pada periode yang sama di tahun 2018 hanya tercatat 1.434 kali senilai Rp2,3 triliun.
Gozali juga menyebutkan, adanya produk ekspor yang unik atau baru muncul asal Kalsel yakni daun gulinggang atau sena.
"Hingga kini, sebanyak 127 ton daun ini telah dikirim ke Jepang hingga dengan nilai ekonomi mencapai Rp9 miliar.
Daun yang awalnya tumbuh di hutan ini, kini mulai dibudidayakan seiring dengan besarnya permintaan di pasar ekspor.
Seperti petani di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), mulai membudidayakan. Melalui program pengembangan berbasis kawasan ini, akan mempermudah pihak Karantina Pertanian dalam mengawal proses bisnis ekspornya.
"Kami sangat mengapresiasi upaya pemerintah daerah, dalam melihat potensi ini," tambah Gozali.
Kepala Badan Karantina Pertanian, Kementerian Perganian (Barantan) Ali Jamil mengatakan, Kementan membuka peluang seluas-luasnya kesempatan ekspor bagi masyarakat.
Menurut dia, masyarakat diajak turut andil dalam membangun pertanian dan memberikan kontribusi bagi daerahnya.
"Gerakan berani ekspor perlu kita gelorakan diseluruh pelosok negeri, khususnya bagi kaum muda," ungkapnya.
Yang tidak kalah pentingnya perlu diperhatikan jika sudah jalan adalah 3K, yaitu kualitasnya, kuantitas dan kontinuitasnya terus dapat dijaga," pungkasnya.
Menurut dia, dari data BPS, hingga saat ini, ekspor dari Kalsel masih didominasi oleh sektor minerba.
Agar tidak terjadi ketergantungan terhadap produk yang tidak terbarukan tersebut, Kementan mendorong pengembangan dan peningkatan ekspor komoditas pertanian dari Kalsel.
"Kita pacu agar Kalsel juga dapat unggul dengan kinerja ekspor nonmigasnya. Dan kami mendapat laporan ada kenaikan ekspor yang signifikan," ungkap Jamil saat menyerahkan PC kepada 2 pelaku usaha asal Kalsel.
Sebelumnya, Jamil menghadiri pelepasan ekspor produk pertanian, dengan total volume ekspor 8,4 ribu ton senilai Rp36,3 miliar.
Produk yang dikirim tersebut, masing-masing adalah minyak sawit sebesar 4,2 ribu ton senilai Rp29,6 miliar dan palm kernel ekspeller sebanyak 2,6 ribu ton senilai Rp4,1 miliar.
Turut hadir pada pelepasan ekspor produk pertanian sub sektor perkebunan kali ini adalah Kepala Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Selatan, drh Suparmi, staf khusus Kementerian Pertanian, Lutfi Holide dan instansi terkait lainnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Kepala Karantina Pertanian Banjarmasin, Achmad Gozali di Banjarmasin Kamis mengatakan, selama 2019 kinerja ekspor di wilayah kerjanya frekuensinya meningkat 2,6 persen.
Pada 2019 hingga November 2019 tercatat 1.124 kali ekspor dengan nilai ekonomi Rp2,9 triliun. Sementara pada periode yang sama di tahun 2018 hanya tercatat 1.434 kali senilai Rp2,3 triliun.
Gozali juga menyebutkan, adanya produk ekspor yang unik atau baru muncul asal Kalsel yakni daun gulinggang atau sena.
"Hingga kini, sebanyak 127 ton daun ini telah dikirim ke Jepang hingga dengan nilai ekonomi mencapai Rp9 miliar.
Daun yang awalnya tumbuh di hutan ini, kini mulai dibudidayakan seiring dengan besarnya permintaan di pasar ekspor.
Seperti petani di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), mulai membudidayakan. Melalui program pengembangan berbasis kawasan ini, akan mempermudah pihak Karantina Pertanian dalam mengawal proses bisnis ekspornya.
"Kami sangat mengapresiasi upaya pemerintah daerah, dalam melihat potensi ini," tambah Gozali.
Kepala Badan Karantina Pertanian, Kementerian Perganian (Barantan) Ali Jamil mengatakan, Kementan membuka peluang seluas-luasnya kesempatan ekspor bagi masyarakat.
Menurut dia, masyarakat diajak turut andil dalam membangun pertanian dan memberikan kontribusi bagi daerahnya.
"Gerakan berani ekspor perlu kita gelorakan diseluruh pelosok negeri, khususnya bagi kaum muda," ungkapnya.
Yang tidak kalah pentingnya perlu diperhatikan jika sudah jalan adalah 3K, yaitu kualitasnya, kuantitas dan kontinuitasnya terus dapat dijaga," pungkasnya.
Menurut dia, dari data BPS, hingga saat ini, ekspor dari Kalsel masih didominasi oleh sektor minerba.
Agar tidak terjadi ketergantungan terhadap produk yang tidak terbarukan tersebut, Kementan mendorong pengembangan dan peningkatan ekspor komoditas pertanian dari Kalsel.
"Kita pacu agar Kalsel juga dapat unggul dengan kinerja ekspor nonmigasnya. Dan kami mendapat laporan ada kenaikan ekspor yang signifikan," ungkap Jamil saat menyerahkan PC kepada 2 pelaku usaha asal Kalsel.
Sebelumnya, Jamil menghadiri pelepasan ekspor produk pertanian, dengan total volume ekspor 8,4 ribu ton senilai Rp36,3 miliar.
Produk yang dikirim tersebut, masing-masing adalah minyak sawit sebesar 4,2 ribu ton senilai Rp29,6 miliar dan palm kernel ekspeller sebanyak 2,6 ribu ton senilai Rp4,1 miliar.
Turut hadir pada pelepasan ekspor produk pertanian sub sektor perkebunan kali ini adalah Kepala Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Selatan, drh Suparmi, staf khusus Kementerian Pertanian, Lutfi Holide dan instansi terkait lainnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019