Petani di daerah hulu sungai atau "Banua Anam" Kalimantan Selatan (Kalsel), terutama warga tani Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) terlambat turun ke sawah untuk bercocok tanam padi pada tahun ini.

"Semestinya mulai menanam padi sawah sekitar satu bulan lalu. Tetapi sampai saat ini belum tanam, berarti terlambat dari musim tanam sebelumnya," ujar Midah, warga tani Kecamatan Batu Benawa HST menjawab Antara Kalsel, Ahad.

Pasalnya, lanjut perempuan parobaya atau nenek dari tiga cucu itu, "pahumaan" (sawah) tanahnya belum berair, dan bahkan masih "langkang" (lekang) karena kemarau panjang.

"Kami belum bisa mengolah pahumaan kalau tanahnya masih kering. Kalau pun diolah, belum sempat taman, 'kumpai' (rumput) sudah tumbuh duluan," ujar ibu rumah tangga tersebut.

"Begitu pula untuk menyiapkan bibit anakan padi atau manaradak belum bisa kami lakukan, karena khawatir kelewatan usinya, baru air datang/bisa bercocok tanam," lanjut ibu dari tiga anak itu.

Ia berharap, pada November ini (2019) sudah datang air dan bisa memulai bercocok tanam padi, sehingga tidak mengalami keterlambatan lagi.

"Karena kalau cuma manaradak (menyiapkan bibit anakan padi) hanya sebentar atau sekitar 15 hari sudah bisa dialihkan ke sawah," demikian Midah.

Dalam bercocok tanam padi, petani "Bumi Murakata" HST sejak tahun 1970-an sudah mulai menggunakan varietas unggul seperti PB5 dan PB8, hingga kini mengikuti perkembangan varietas antara lain IR dan Ciherang.

Namun sebagian kecil petani Bumi Murakata yang lambang daerah menggunakan gambar buler padi itu dalam usaha bercocok tanam mereka masih varietas lokal, disamping varitas unggul baru.
 

Pewarta: Syamsuddin Hasan

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019