Nama Fary Djemy Francis lebih dikenal masyarakat sebagai politisi Partai Gerindra dan anggota DPR RI periode 2014-2019. Dia sempat menjadi Ketua Komisi V.
Tidak banyak yang mengetahui bahwa pria kelahiran Watampone, Sulawesi Selatan itu merupakan pencinta sepak bola sejati.
Dia seorang Juventini, sebutan untuk penggemar klub Liga Italia Juventus, bahkan pernah menjadi pembina fan Juventus Chapter Indonesia (JCI) Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Sebagai penggemar berat sepak bola, lelaki berusia 51 tahun tersebut belum merasa hidupnya berarti jika belum mengabdikan diri untuk pengembangan sepak bola nasional.
Baca juga: PSSI rilis 97 nama calon tetap Komite Eksekutif
Itu yang menjadi alasan Fary bergabung dengan Asosiasi Provinsi PSSI Kota Kupang pada tahun 2009.
Setelah itu, jejaknya di lapangan hijau terus terlihat terutama di daerah NTT, yang menjadi tempat tinggalnya, dan wilayah perbatasan dengan Timor Leste.
Tahun 2015, dia menjadi inisiator turnamen Liga Desa Nasional Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Pada tahun yang sama, dia mendirikan Sekolah Sepak Bola Bintang Timur Atambua-NTT serta Bintang Timur (BeTA) Atambua-NTT.
Setahun berikutnya, Fary mengadakan festival Sepak Bola Perbatasan Usia Dini (U-8, U-12, U-14 dan U-16) dan membuat pertandingan persahabatan para legenda sepak bola Indonesia (PSSI All Star, Timor Leste All Star dan NTT All Star). Di tahun 2016 inilah Fary kemudian masuk ke kepengurusan PSSI pusat periode 2016-2020 dan menjadi Ketua Departemen Sport Inteligent PSSI.
Setelah itu, Ketua Panja Keselamatan Transportasi dan Penerbangan DPR RI 2014-2019 tersebut terus aktif di dunia sepak bola seperti menjadi manajer tim nasional pelajar U-16 Kemenpora (2017-2019), mendirikan akademi sepak bola Bintang Timur Atambua-NTT (2017) dan menginisiasi bergulirnya Kompetisi Sepak bola Danone National Cup (DNC) U-12 Region NTT (2018).
Baca juga: Kemenpora minta PSSI laporkan pelaksanaan kongres
Menurut Fary, ada satu hal yang membuatnya rela meluangkan waktu, pikiran bahkan materi untuk sepak bola yaitu cinta.
“Sepak bola itu kisah cinta yang tak akan pernah berakhir. Sepak bola merangkai persaudaraan, mempertautkan rasa dan membingkai hati,” kata Fary.
Demi menyebarkan lebih banyak cinta melalui sepak bola, Fary Djemy Francis maju menjadi salah satu calon ketua umum PSSI periode 2019-2023.
PSSI, kata ayah dari tiga anak ini, sudah sejak lama tidak diurus dengan hati dan cinta. Padahal, aspek yang terlihat sederhana itu menjadi hal yang sangat penting dalam mencapai semua prestasi sepak bola nasional.
Sebagai langkah nyata, jika terpilih menjadi ketua umum PSSI, Fary ingin membangun “Rumah PSSI” yang di dalamnya terdapat kantor pengurus, fasilitas latihan, asrama, pusat kebugaran dan stadion kecil.
Kemudian, dia berencana mengirimkan pemain-pemain muda ke Eropa, beberapa negara Asia dan Asia untuk menimba ilmu.
Sementara kepada tim nasional Indonesia dijanjikannya pelatih timnas Inggris di Piala Dunia 2002 Sven-Goran Eriksson, yang juga sempat menangani timnas Filipina pada tahun 2018-2019.
"Eriksson pernah bekerja dengan Indonesia di proyek Primavera. Ia juga dalam waktu singkat mampu memicu prestasi sepak bola Filipina saat melatih di sana," tutur Fary.
Fary Djemy Francis menjadi salah satu calon ketua umum PSSI periode 2019-2023 bersama 10 nama lainnya yakni Arif Wicaksono, Aven Hinelo, Bernhard Limbong, Benny Erwin, La Nyalla Mattalitti, Mochamad Iriawan, Rahim Soekasah, Sarman El Hakim, Vijaya Fitriyasa dan Yesayas Oktavianus.
Saat ini, semua calon Komite Eksekutif (Exco) PSSI periode 2019-2023, yaitu 11 calon ketua umum, 15 calon wakil ketua umum dan 71 calon anggota exco, menjalani proses kampanye yang berlangsung pada 24-30 Oktober 2019. Pada 31 Oktober 2019 di Jakarta, 11 calon ketua umum akan menjalani debat.
Adapun kongres pemilihan 15 personel Exco PSSI 2019-2023 yaitu ketua umum, dua wakil ketua umum dan 12 anggota exco digelar pada 2 November 2019 di Jakarta.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019