Berawal dari keinginan membantu anak-anak sekolah mendapatkan bimbingan belajar usai bersekolah, membuat Suprapti Ningsih tergerak menyiapkan wadah yang dapat membantu anak-anak menambah ilmu dan pengetahuannya.
Namun, bukan tempat yang layak apalagi mewah, melainkan hanya sebuah pos keamanan lingkungan (kamling) yang terkesan seperti gubuk dengan atap ditutupi daun rumbia sehingga jika hujan turun, bocor disana sini.
Hanya saja, letaknya bukan di daerah pinggiran kota, tetapi justru berada di tengah kota Banjarbaru yang dikenal sebagai Kota Pendidikan meski pun kesan kampung masih cukup terasa di tempat itu, tepatnya di sudut Jalan Guntung Jingah Loktabat Utara.
Kekurangan sarana itu tidak lantas membuat lulusan STIKIP-PGRI Banjarmasin itu patah semangat, tetapi justru semakin terpacu untuk mewujudkan tempat belajar bagi anak-anak sekitarnya yang sebagian tergolong kurang mampu.
Baca juga: Hal tepat Dikti dipisah dari Kemenristek
"Awalnya anak-anak yang mengikuti pelajaran hanya sekitar 10 orang dan bertambah seiring waktu," ujar ibu dua anak lulusan STIKIP-PGRI tahun 2011 Program Studi Keguruan dan Ilmu Pendidikan jurusan Bahasa Inggris tersebut.
Menurut perempuan yang akrab disapa Etty itu, selain ingin merubah pola pikir masyarakat yang terkesan tidak peduli arti sebuah pendidikan bagi anak-anaknya, niat terpatri dari lubuk hati yakni membantu generasi penerus mendapatkan pendidikan.
"Latar belakang saya adalah pendidik sehingga ingin mendidik anak-anak dengan ikhlas dan sukarela tanpa biaya agar mereka bisa belajar atau sekedar membantu mengerjakan PR yang diberikan guru sekolahnya," ucap perempuan kelahiran 1988 itu.
Seiring waktu, gubuk tempatnya dulu mengajar tetap berdiri berganti atap seng, tetapi sudah tidak digunakan lagi sebagai tempat pembelajaran dan berpindah ke teras rumah orang tua yang letaknya berseberangan dengan pos kamling itu.
Selain tempat yang cukup nyaman dan teduh meski hanya dilengkapi beberapa meja belajar duduk, juga statusnya yang sudah menjadi satu wadah diberi nama Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Home Learning "Bhakti Pertiwi" sejak tahun 2012.
Baca juga: Digitalisasi pendidikan diharapkan makin baik dengan Mendikbud baru
"Alhamdulillah, sekarang tempatnya lebih nyaman sehingga peserta didik yang jumlahnya 50 orang mulai dari anak-anak usia dini hingga ibu rumah tangga bisa belajar dengan tenang dibawah bimbingan 11 orang tenaga pengajar," ungkapnya.
Berbekal tekad dan keyakinan akan diberikan kemudahan atas kebaikan yang dilakukan, Etty lalu mengajak beberapa temannya yang memiliki latar belakang pendidikan guru untuk menjadi pengajar secara sukarela, dengan niat yang ikhlas diiringi doa.
Dituturkan, kesulitan sangat terasa saat awal merintis termasuk untuk memberikan insentif bagi pengajar yang disesuaikan dengan jumlah jam pelajaran saat memberi bimbingan bagi peserta yang setiap hari ikut kegiatan ditempat itu.
"Intinya, kami bekerja ikhlas untuk menularkan ilmu dan soap insentif disesuaikan dengan jam pelajaran yang dilakukan pengajar. Uangnya diambil dari iuran peserta bimbingan yang dikenakan sebesar Rp100 ribu per bulan," sebut Etty.
Ditekankan, berkat keikhlasan serta semangat tenaga pendidik dalam memberikan ilmu bermanfaat bagi anak-anak serta semangat belajar mereka tinggi, membuat lembaga pendidikan ini masih bertahan dan terus berkembang sampai saat ini.
"Kami akan melanjutkan bimbingan belajar ini dan bersyukur masih bisa bertahan tanpa bantuan dari pihak mana pun karena niatnya tulus untuk membantu anak-anak sehingga selalu ada jalan meski pun kesulitan kadang menghadang," ujarnya.
Meski ditengah keterbatasan, LKP "Bhakti Pertiwi" berhasil mencetak anak didik berprestasi seperti Syakir yang menjadi Tahfidz Qur'an, Marsya Noor Intan juara 1 Olimpiade IPA nasional tingkat SD tahun 2018 dan Maulana, Anak Berkebutuhan Khusus yang hafal beberapa surah Al-Quran.
Selain berfokus bidang pendidikan, Etty dan pengajar lain menekankan nilai agama melalui adab berdoa sebelum dan sesudah belajar serta kegiatan ceramah dan membaca Al-Qur'an yang rutin dilakukan setiap hari Jumat sore.
Kegiatan itu tidak hanya diikuti oleh anak-anak saja namun juga orang dewasa berusia lanjut yang masih belum bisa membaca Al-Quran dan belajar calistung dengan harapan anak selain cerdas juga memiliki agama serta kepribadian yang baik.
Ke depan, LKP penerima apresiasi Satu Indonesia Award 2018 tingkat Kalsel dari Astra Internasional terus mengembangkan bimbingan seperti kursus Bahasa Inggris, Komputer, Tata Boga, Keagamaan hingga Administrasi Perkantoran.
Baca juga: Presiden Jokowi diharapkan tingkatkan kesehatan dan pendidikan
Baca juga: Pemerintah giatkan pendidikan kecakapan kerja dan wirausaha di Kabupaten HST
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Namun, bukan tempat yang layak apalagi mewah, melainkan hanya sebuah pos keamanan lingkungan (kamling) yang terkesan seperti gubuk dengan atap ditutupi daun rumbia sehingga jika hujan turun, bocor disana sini.
Hanya saja, letaknya bukan di daerah pinggiran kota, tetapi justru berada di tengah kota Banjarbaru yang dikenal sebagai Kota Pendidikan meski pun kesan kampung masih cukup terasa di tempat itu, tepatnya di sudut Jalan Guntung Jingah Loktabat Utara.
Kekurangan sarana itu tidak lantas membuat lulusan STIKIP-PGRI Banjarmasin itu patah semangat, tetapi justru semakin terpacu untuk mewujudkan tempat belajar bagi anak-anak sekitarnya yang sebagian tergolong kurang mampu.
Baca juga: Hal tepat Dikti dipisah dari Kemenristek
"Awalnya anak-anak yang mengikuti pelajaran hanya sekitar 10 orang dan bertambah seiring waktu," ujar ibu dua anak lulusan STIKIP-PGRI tahun 2011 Program Studi Keguruan dan Ilmu Pendidikan jurusan Bahasa Inggris tersebut.
Menurut perempuan yang akrab disapa Etty itu, selain ingin merubah pola pikir masyarakat yang terkesan tidak peduli arti sebuah pendidikan bagi anak-anaknya, niat terpatri dari lubuk hati yakni membantu generasi penerus mendapatkan pendidikan.
"Latar belakang saya adalah pendidik sehingga ingin mendidik anak-anak dengan ikhlas dan sukarela tanpa biaya agar mereka bisa belajar atau sekedar membantu mengerjakan PR yang diberikan guru sekolahnya," ucap perempuan kelahiran 1988 itu.
Seiring waktu, gubuk tempatnya dulu mengajar tetap berdiri berganti atap seng, tetapi sudah tidak digunakan lagi sebagai tempat pembelajaran dan berpindah ke teras rumah orang tua yang letaknya berseberangan dengan pos kamling itu.
Selain tempat yang cukup nyaman dan teduh meski hanya dilengkapi beberapa meja belajar duduk, juga statusnya yang sudah menjadi satu wadah diberi nama Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Home Learning "Bhakti Pertiwi" sejak tahun 2012.
Baca juga: Digitalisasi pendidikan diharapkan makin baik dengan Mendikbud baru
"Alhamdulillah, sekarang tempatnya lebih nyaman sehingga peserta didik yang jumlahnya 50 orang mulai dari anak-anak usia dini hingga ibu rumah tangga bisa belajar dengan tenang dibawah bimbingan 11 orang tenaga pengajar," ungkapnya.
Berbekal tekad dan keyakinan akan diberikan kemudahan atas kebaikan yang dilakukan, Etty lalu mengajak beberapa temannya yang memiliki latar belakang pendidikan guru untuk menjadi pengajar secara sukarela, dengan niat yang ikhlas diiringi doa.
Dituturkan, kesulitan sangat terasa saat awal merintis termasuk untuk memberikan insentif bagi pengajar yang disesuaikan dengan jumlah jam pelajaran saat memberi bimbingan bagi peserta yang setiap hari ikut kegiatan ditempat itu.
"Intinya, kami bekerja ikhlas untuk menularkan ilmu dan soap insentif disesuaikan dengan jam pelajaran yang dilakukan pengajar. Uangnya diambil dari iuran peserta bimbingan yang dikenakan sebesar Rp100 ribu per bulan," sebut Etty.
Ditekankan, berkat keikhlasan serta semangat tenaga pendidik dalam memberikan ilmu bermanfaat bagi anak-anak serta semangat belajar mereka tinggi, membuat lembaga pendidikan ini masih bertahan dan terus berkembang sampai saat ini.
"Kami akan melanjutkan bimbingan belajar ini dan bersyukur masih bisa bertahan tanpa bantuan dari pihak mana pun karena niatnya tulus untuk membantu anak-anak sehingga selalu ada jalan meski pun kesulitan kadang menghadang," ujarnya.
Meski ditengah keterbatasan, LKP "Bhakti Pertiwi" berhasil mencetak anak didik berprestasi seperti Syakir yang menjadi Tahfidz Qur'an, Marsya Noor Intan juara 1 Olimpiade IPA nasional tingkat SD tahun 2018 dan Maulana, Anak Berkebutuhan Khusus yang hafal beberapa surah Al-Quran.
Selain berfokus bidang pendidikan, Etty dan pengajar lain menekankan nilai agama melalui adab berdoa sebelum dan sesudah belajar serta kegiatan ceramah dan membaca Al-Qur'an yang rutin dilakukan setiap hari Jumat sore.
Kegiatan itu tidak hanya diikuti oleh anak-anak saja namun juga orang dewasa berusia lanjut yang masih belum bisa membaca Al-Quran dan belajar calistung dengan harapan anak selain cerdas juga memiliki agama serta kepribadian yang baik.
Ke depan, LKP penerima apresiasi Satu Indonesia Award 2018 tingkat Kalsel dari Astra Internasional terus mengembangkan bimbingan seperti kursus Bahasa Inggris, Komputer, Tata Boga, Keagamaan hingga Administrasi Perkantoran.
Baca juga: Presiden Jokowi diharapkan tingkatkan kesehatan dan pendidikan
Baca juga: Pemerintah giatkan pendidikan kecakapan kerja dan wirausaha di Kabupaten HST
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019