Bagi seorang Tantri, alur Sungai Martapura merupakan urat nadi kehidupan masyarakat yang harus dijaga dan dipelihara kelestarian seluruh ekosistem didalamnya demi keberlangsungan hidup manusia juga makhluk sungai lainnya.

Perempuan bernama lengkap Galuh Tantri Narindra itu pun prihatin, miris juga merasa ngeri dengan kondisi Sungai Martapura terutama yang alurnya membelah sebagian wilayah Kabupaten Banjar yang tercemar berat limbah buangan manusia. 

"Pencemaran air Sungai Martapura sudah sangat parah bahkan hasil penelitian melebihi ambang batas dengan kandungan bakteri ecoli mencapai 9.000 dari standar hanya 100 per milimeter," ujar ibu dua anak kelahiran tahun 1981 itu.

Ironisnya lagi, kisaran 60-80 persen mayoritas penduduk yang tinggal di pinggiran sungai memanfaatkan air Sungai Martapura untuk keperluan sehari hari termasuk sumber air minum maupun aktivitas lain yang berkaitan dengan fungsi air. 

Baca juga: Pemuda diajak peduli kebersihan sungai

Lebih mencengangkan, kisaran 90 persen masyarakat membuang sampah termasuk (maaf) tinja hasil buangan manusia memenuhi air sungai melalui ribuan jamban (toilet) terapung yang memenuhi sisi kiri dan kanan sungai tersebut. 

Ditegaskan Galuh Tantri yang juga menjabat Kepala Bappeda Litbang Pemkab Banjar itu, kondisi Sungai Martapura yang pencemarannya sudah sangat memprihatinkan itu akan menjadi bencana bagi manusia maupun lingkungan sungai.

"Jika dibiarkan dan kita semua tidak peduli, tentu akan menjadi bencana bagi manusia maupun lingkungan sehingga harus dilakukan langkah kongkret untuk menyelamatkan sungai juga kehidupan manusia yang beraktivitas di sekitarnya," ucap dia.

Melalui program penghapusan jamban apung yang digagas Bupati Banjar Khalilurrahman dan tertuang dalam RPJMD 2016-2021, Tantri yang menjadi Kepala Bappeda termuda se Indonesia itu bertekad menuntaskan program kemanusiaan tersebut.

Dimulai dari jabatannya sebagai Kepala Bidang Cipta Karya Dinas PUPR Kabupaten Banjar, program penghapusan jamban apung mulai dijalankan sejak 2017 dan 2018 yang berhasil menghilangkan 600 jamban dari pinggiran Sungai Martapura. 

Baca juga: Wahid pastikan hanya daftar Cawagub di Golkar

Sesuai target bupati yang tertuang dalam RPJMD, jumlah jamban apung yang dihilangkan sebanyak 1.000 buah dan diganti dengan toilet yang dibangun dirumah-rumah sehingga air Sungai Martapura terbebas dari pencemaran bakteri berbahaya itu. 

"Penghapusan jamban apung adalah langkah kongkrit melestarikan sungai untuk penyelamatan lingkungan. Kami optimistis, target jamban yang dihilangkan 1.000 buah tercapai hingga akhir masa jabatan bupati tahun 2021," ujar srikandi sungai itu.

Gelar Srikandi Sungai Indonesia didapat Tantri saat Kongres Sungai Indonesia tahun 2017 disamping jabatan berkaitan dengan lingkungan yakni Penasehat Forum Komunitas Hijau (FKH) dan Ketua Masyarakat Peduli Sungai (Melingai) Banjar.

Terakhir, doktor lulusan Universitas Trisakti dan Colorado University Amerika Serikat itu menekankan, prinsip bekerja bukan hanya sekedar selesai sesuai target tetapi apa yang telah dikerjakan harus memberikan manfaat bagi orang lain.

"Prinsip hidup ulun, bekerja fokus sehingga mampu menyelesaikan tugas sesuai rencana dan target waktu yang ditetapkan. Namun, bukan sekedar bekerja dan selesai tetapi hasilnya harus bermanfaat bagi orang lain," katanya. 

Meski pun memiliki tanggung jawab yang besar dan memegang sejumlah jabatan strategis, istri Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Banjar M Riza Dauly tetap mengutamakan keluarga dan dua buah hati M Athalla Fazyan Dauly dan Mikaila Adzki Dauly.

"Ulun berusaha membagi waktu yang seimbang antara pekerjaan dan keluarga. Khusus hari Sabtu-Ahad menjadi waktu buat keluarga," ujar Tantri yang menjadi Project Manager Pembangunan Stadion Demang Lehman Martapura kebanggaan masyarakat Kalsel itu.

Baca juga: Kesulitan gas elpiji jadi aspirasi tertinggi masyarakat Banjarmasin Utara
 

Pewarta: Yose Rizal

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019