Ratusan rumah milik warga warga di Kecamatan Bawalato, Kabupaten Nias, Sumatera Utara, terendam banjir akibat hujan yang mengguyur yang terjadi sejak Selasa pagi.
Pendamping Lokal Desa (PDL) Onlyhu Ndraha di Nias mengatakan rumah warga yang terendam banjir tersebut jumlahnya mencapai lebih dari 200 kepala keluarga.
Baca juga: Ratusan rumah di Aceh terendam banjir
Ia menjelaskan air merendam rumah warga akibat hujan yang menyebabkan Sungai Idano Mola meluap sehingga merendam ratusan rumah warga, terutama yang berada di Desa Lagasimahe dan Siofa Ewali.
"Selain rumah warga, ada beberapa sekolah yang ikut terendam air akibat banjir," katanya.
Karena guru dan siswa tidak bisa lewat akibat banjir, kata dia, sekolah tersebut terpaksa diliburkan dan siswa yang sempat hadir dipulangkan lebih awal.
"Banjir yang melanda dua desa di Kecamatan Bawalato tersebut sudah kerap terjadi," katanya.
Ia mengatakan, pemerintah daerah bukan tidak mau melakukan normalisasi sungai Idano Mola, tetapi masyarakat sekitar sungai tidak mau menghibahkan tanahnya atau kerap menolak normalisasi.
Baca juga: Kota Samarinda kembali banjir setelah hujan lebat
Akibatnya daerah tersebut menjadi langganan banjir jika hujan turun agak deras dan lama.
"Saya sebagai pendamping desa kerap memberikan masukan kepada masyarakat agar mau menghibahkan tanahnya untuk normalisasi, tetapi tak digubris," demikian Onlyhu Ndraha.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Pendamping Lokal Desa (PDL) Onlyhu Ndraha di Nias mengatakan rumah warga yang terendam banjir tersebut jumlahnya mencapai lebih dari 200 kepala keluarga.
Baca juga: Ratusan rumah di Aceh terendam banjir
Ia menjelaskan air merendam rumah warga akibat hujan yang menyebabkan Sungai Idano Mola meluap sehingga merendam ratusan rumah warga, terutama yang berada di Desa Lagasimahe dan Siofa Ewali.
"Selain rumah warga, ada beberapa sekolah yang ikut terendam air akibat banjir," katanya.
Karena guru dan siswa tidak bisa lewat akibat banjir, kata dia, sekolah tersebut terpaksa diliburkan dan siswa yang sempat hadir dipulangkan lebih awal.
"Banjir yang melanda dua desa di Kecamatan Bawalato tersebut sudah kerap terjadi," katanya.
Ia mengatakan, pemerintah daerah bukan tidak mau melakukan normalisasi sungai Idano Mola, tetapi masyarakat sekitar sungai tidak mau menghibahkan tanahnya atau kerap menolak normalisasi.
Baca juga: Kota Samarinda kembali banjir setelah hujan lebat
Akibatnya daerah tersebut menjadi langganan banjir jika hujan turun agak deras dan lama.
"Saya sebagai pendamping desa kerap memberikan masukan kepada masyarakat agar mau menghibahkan tanahnya untuk normalisasi, tetapi tak digubris," demikian Onlyhu Ndraha.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019