Nelayan bagan di Kotabaru, Kalimantan Selatan lebih memilih alat tangkap tradisional karena hasilnya jauh lebih baik ketimbang menggunakan bagan apung semi modern.

Nelayan bagan di Sarang Tiung, Pulau Laut Utara, Sera Jumat, mengatakan, sebagian besar nelayan kembali menggunakan bagan tancap meskipun sebelumnya hasil tangakapan ikan jauh lebih besar.

"Beberapa tahun lalu nelayan disini sempat berlomba-lomba membuat bagan apung menggunakan kapal berukuran besar dan dapat dipindah-pindah," katanya.

Namun setelah dioperasikan ikan yang ditangkap tidak maskimal dan tidak sebanyak hasil tangkapan dengan bagan tancap.

Selain hasilnya minim biaya operasional besar, modal untuk membuat bagan apung juga jauh lebih besar dibanding bagan tancap yang menggunakan bahan baku kayu bakau.

Untuk bagan apung, kata Sera, biaya pembuatan untuk membeli kapal berserta mesin, jaring dan mesin genset untuk penerangan mencapai Rp40-Rp70 juta perunit.

Sedangkan biaya pembuatan bagan tancap yang menggunakan bahan baku kayu bakau diperkirakan hanya Rp10-Rp15 juta perunit.

Begitu juga dengan perawatan bagan tancap lebih murah dibanding bagan apung.

"Beberapa tahun lalu jika tepat musimnya, membagan satu malam bisa menghasilkan Rp1 juta lebih tetapi akhir-akhir ini mendapatkan Rp500 ribu saja sudah sangat sulit," katanya.(C/A)

Pewarta:

Editor : Abdul Hakim Muhiddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2011