Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, melakukan uji kelayakan udara di Kabupaten setempat dengan memasang alat pemantau kualitas udara High Volume Air Sampler (HVAS).
Kepala Dinas DLH Tanah Bumbu, Rahma melalui Kepala Seksi Identifikasi dan pengkajian Kualitas Lingkungan M. Saleh di Batulicin, selasa mengatakan, pengujian ini dilakukan selama 24 jam untuk mengukur partikel pm 10 dan pm 25 yang disebabkan asap dari kebakaran lahan dan hutan (Karhutla).
"Dari sampel tersebut, akan dilakukan pemeriksaan lebih detail melalui labolatorium milik DLH untuk mengetahui kualitas udara tersebut apakah tergolomnh berbahaya atau masih diambang wajar," katanya.
Dia menjelaskan, hasil pengujian kualitas udara tersebut akan rampung sekitar dua hari kedepan, dan hari ini baru dilakukan pemngambilan sampel partikelnya.
Kalau dilihat secara kasat mata, kualitas udara di Tanah Bumbu tidak separah seperti daerah Kota Banjarbaru dan Banjarmasin.
Adapun asap menyelimuti udara di Tanah Bumbu tidak menutup kemungkinan adalah asap kiriman dari daerah-daerah yang sering terjadi kebakaran.
Manurut Saleh, Tanah Bumbu merupakan daerah yang dekat dengan pesisir pantai, sehingga adapaun asap yang di sebabkan kerhutla di kota setempat atau asap kiriman akan cepat hilang karena terbawa angin laut.
Selain melakukan pengujian kualitas udara dengan alat HVAS, DLH juga memanfaatkan pengukuran melalui model air visual secara online.
Berdasarkan indeks kualitas udara, Air Quality Index (AQI) kualitas udara di kawasan ini pada Senin pukul 14.00 Wita tercatat di angka 31.2 dengan parameter PM25. Sedangkan angka aman itu ada dibawah 50µg/m³.
lanjut Saleh, dengan mengetahui kondisi kualitas udara,masyarkat bisa mengetahui upaya antisipasi pencemaran lebih dini terkait polusi udara.
"Kami terus memantau perkembangan sebaran titik api di Tanah Bumbu bersama instansi terkait untuk mengambilan sampel kualitas udara dikawasan tersebut," pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Kepala Dinas DLH Tanah Bumbu, Rahma melalui Kepala Seksi Identifikasi dan pengkajian Kualitas Lingkungan M. Saleh di Batulicin, selasa mengatakan, pengujian ini dilakukan selama 24 jam untuk mengukur partikel pm 10 dan pm 25 yang disebabkan asap dari kebakaran lahan dan hutan (Karhutla).
"Dari sampel tersebut, akan dilakukan pemeriksaan lebih detail melalui labolatorium milik DLH untuk mengetahui kualitas udara tersebut apakah tergolomnh berbahaya atau masih diambang wajar," katanya.
Dia menjelaskan, hasil pengujian kualitas udara tersebut akan rampung sekitar dua hari kedepan, dan hari ini baru dilakukan pemngambilan sampel partikelnya.
Kalau dilihat secara kasat mata, kualitas udara di Tanah Bumbu tidak separah seperti daerah Kota Banjarbaru dan Banjarmasin.
Adapun asap menyelimuti udara di Tanah Bumbu tidak menutup kemungkinan adalah asap kiriman dari daerah-daerah yang sering terjadi kebakaran.
Manurut Saleh, Tanah Bumbu merupakan daerah yang dekat dengan pesisir pantai, sehingga adapaun asap yang di sebabkan kerhutla di kota setempat atau asap kiriman akan cepat hilang karena terbawa angin laut.
Selain melakukan pengujian kualitas udara dengan alat HVAS, DLH juga memanfaatkan pengukuran melalui model air visual secara online.
Berdasarkan indeks kualitas udara, Air Quality Index (AQI) kualitas udara di kawasan ini pada Senin pukul 14.00 Wita tercatat di angka 31.2 dengan parameter PM25. Sedangkan angka aman itu ada dibawah 50µg/m³.
lanjut Saleh, dengan mengetahui kondisi kualitas udara,masyarkat bisa mengetahui upaya antisipasi pencemaran lebih dini terkait polusi udara.
"Kami terus memantau perkembangan sebaran titik api di Tanah Bumbu bersama instansi terkait untuk mengambilan sampel kualitas udara dikawasan tersebut," pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019