Dandim 1003 Kandangan Letkol Infanteri Suhardi Aji Sriwijayanto menyampaikan bahwa olah lahan, khususnya di daerah lahan pertanian atau persawahan agar jangan di bakar, karena tanah bekas bakaran tadi bisa menjadi keras karena kekurangan unsur hara,

Ia mengatakan, dengan kata lain kalau di bakar banyak unsur mikroorganisme tanah yang akan mati, sehingga tanah menjadi keras disamping itu bekas bakaran jerami tadi hanya akan menghasilkan kandungan Silika dan Kalium.

"Sedangkan kalau kita olah bekas jerami tadi, maka akan menghasilkan pupuk organik sehingga bisa mengurangi biaya produksi, khususnya penggunaan pupuk kimia," katanya, di sela kegiatan pelatihan inovasi teknologi modifikasi Hand Traktor Rotari, Rabu (11/9).

Dijelaskan dia, adapun perbandingan kalau pupuk itu bisa difermentasi di lahan dengan benar, maka per satu ton Gabah Kering Giling (GKG) akan menghasilkan kurang lebih 1.5 ton jerami.

Setelah difermentasi maka akan menghasilkan pupuk atau unsur N 9 kg, P 2 kg, K 25 kg, S 2 kg, Si 70 kg, Ca 6 kg, Mg 2 kg, dan data ini berdasarkan informasi dari Balitbang Kementerian Pertanian.

Baca juga: Bekas galian tambang menjadi lahan pertanian Padi Gogo

Dengan inovasi teknologi modifikasi Hand Traktor Rotari yang sedang dikembangkan dan dilakukan ini, diharapkan para petani dapat menghemat waktu, hemat biaya dan hemat tenaga, sehingga dapat meningkatkan hasil produksi.

Disamping itu, petani nantinya tidak perlu membuang tenaga mengangkat bekas jerami dari lahan, karena dengan Alat Mesin Pertanian (Alsintan) yang dimodifikasi ini nantinya Jerami akan langsung hancur dan tercampur dengan tanah, sehingga dengan sendirinya setelah itu dilakukan pelapukan atau pembusukan.

"Dan yang paling penting mari kita sama-sama saling bersinergi serta bahu membahu mencegah dan minimalisir kebakaran lahan, dan kami yakin itu bisa kita lakukan dengan dukungan sepenuhnya dari Bupati HSS melalui dinas terkait, yaitu Dinas Pertanian dan BPBD," katanya.

Menurut dia, khusus untuk masyarakat yang mata pencahariannya berkebun jenis Holtikultura, alat ini juga bisa untuk membuat bedengan dengan biaya yang cukup murah meriah.

Dengan perbandingan kalau dibuat manual dengan biaya yang berlaku di wilayah  HSS per meter sekitar Rp5 ribu hingga Rp7  ribu, maka dalam satu hektar maka akan mengeluarkan biaya kurang lebih Rp30 juta hingga Rp35 juta.

Baca juga: Gerakan pengendalian massal hama amankan produksi tanaman HSS

"Disamping karena setelah jadi bedengan kita memerlukan alat lagi berupa cultivator untuk menghancurkan tanahnya, sedangkan kalau pakai alat hand traktor rotary tersebut hanya memerlukan biaya kurang lebih sekitar Rp10 jt hingga Rp13 juta dan tanahnya sudah hancur dan bisa langsung di tutup mulsa," katanya.

Adapun alat alat Hand Traktor Rotari merk Quick yang perlu di modifikasi antara lain, penutup samping rotari yang bertujuan untuk bisa membuang tanah ke samping.

Kemudian, plat dalam penahan dalam porsneling yang bertujuan agar saat Alat berjalan mundur mata Rotary bisa memutar, kaki depan dengan tujuan pada saat alat mundur tidak patah apabila kaki lepas dari kedudukannya, serta penutup vanbelt dengan tujuan apabila vanbelt lepas dari kedudukannya maka akan mudah dan efektif untuk memasang kembali.

Pewarta: Fathurrahman

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019