Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto membantah ada rembesan garam impor ke pasaran, sehingga menyebabkan harga garam produksi rakyat belakangan ini anjlok hingga Rp300 per kg.
Menurut Airlangga, seusai rapat koordinasi mengenai garam di Kemenko Maritim Jakarta, Kamis, garam diimpor oleh produsen untuk diolah dan menjadi bahan baku produk tertentu yang bernilai tambah.
Harga garam industri disebutnya juga jauh lebih mahal ketimbang garam produksi rakyat, sehingga tidak ada alasan bagi importir untuk menjual garam industri ke pasar.
Baca juga: Humas PDAM nyatakan kondisi sungai aman dari kadar garam
"Harga (garam) industri kan jauh lebih mahal. Produk jadinya (seperti) alkali, PVC, atau infus juga mahal. Jadi, importir produser (perusahaan yang menggunakan garam untuk kebutuhan industri) tidak ada insentifnya untuk jual ke pasar," katanya.
Airlangga menuturkan pemerintah akan berupaya mendorong peningkatan kualitas garam rakyat. Pasalnya, industri memang membutuhkan garam berkualitas tinggi, terutama untuk industri berorientasi ekspor.
Hingga saat ini, lanjutnya, garam yang mendekati kualitas tinggi (K1) sudah mulai banyak terserap oleh industri.
Baca juga: Aceh terdapat 15.000 hektare lahan garam
"Sekarang kira-kira industri sudah menyerap garam dari masyarakat mendekati satu juta ton," katanya.
Terkait adanya permintaan tambahan impor garam oleh sejumlah industri, Airlangga mengatakan pihaknya akan fokus pada peningkatan kualitas dan menyerap pasokan yang tersedia terlebih dahulu.
"Sekarang bagaimana yang ada ini kita tingkatkan dulu, kemudian nanti ada serapannya, baru nanti kekurangannya," pungkasnya.
Baca juga: Dinkes Kotabaru Waspadai Garam Mengandung Serbuk Kaca
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Menurut Airlangga, seusai rapat koordinasi mengenai garam di Kemenko Maritim Jakarta, Kamis, garam diimpor oleh produsen untuk diolah dan menjadi bahan baku produk tertentu yang bernilai tambah.
Harga garam industri disebutnya juga jauh lebih mahal ketimbang garam produksi rakyat, sehingga tidak ada alasan bagi importir untuk menjual garam industri ke pasar.
Baca juga: Humas PDAM nyatakan kondisi sungai aman dari kadar garam
"Harga (garam) industri kan jauh lebih mahal. Produk jadinya (seperti) alkali, PVC, atau infus juga mahal. Jadi, importir produser (perusahaan yang menggunakan garam untuk kebutuhan industri) tidak ada insentifnya untuk jual ke pasar," katanya.
Airlangga menuturkan pemerintah akan berupaya mendorong peningkatan kualitas garam rakyat. Pasalnya, industri memang membutuhkan garam berkualitas tinggi, terutama untuk industri berorientasi ekspor.
Hingga saat ini, lanjutnya, garam yang mendekati kualitas tinggi (K1) sudah mulai banyak terserap oleh industri.
Baca juga: Aceh terdapat 15.000 hektare lahan garam
"Sekarang kira-kira industri sudah menyerap garam dari masyarakat mendekati satu juta ton," katanya.
Terkait adanya permintaan tambahan impor garam oleh sejumlah industri, Airlangga mengatakan pihaknya akan fokus pada peningkatan kualitas dan menyerap pasokan yang tersedia terlebih dahulu.
"Sekarang bagaimana yang ada ini kita tingkatkan dulu, kemudian nanti ada serapannya, baru nanti kekurangannya," pungkasnya.
Baca juga: Dinkes Kotabaru Waspadai Garam Mengandung Serbuk Kaca
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019