Bila kebetulan berkunjung ke Banjarmasin, khususnya ke Pasar Ahad Kertak Hanyar akan melihat sederetan ibu-ibu berjualan ikan kering sepat, haruan, biawan,pepuyu dan aneka ikan kering air tawar lainnya.

Dari lokasi inilah biasanya banyak pengunjung membeli ikan kering untuk oleh-oleh lantaran produksi ikan kering di lokasi ini terkenal tawar tidak asin.

Banyak pendatang ke Banjarmasin selain bertamasya juga hanya mencari ikan kering air tawar atau air rawa produksi setempat, dan konon sangat diminati warga yang berada di Pulau Jawa khususnya Jakarta.

Ibu Siti, seorang pedagang ikan kering di Pasar Kertak Hanyar mengakui tingginya minat pembeli terhadap dagangannya, tetapi yang paling ramai pembelinya pada hari Minggu.

Selain banyak menjual secara eceran di Pasar kertak Hanyar, Ibu Siti juga melayani pesanan.

"Kami banyak memperoleh pesanan, dari kalangan hotel, pemandu wisata, atau pengelola wisata lainnya, guna memenuhi permintaan wisatawan di wilayah ini," kata Ibu Siti.

Menurut dia, agar lebih menarik ikan gabus atau sepat kering ukuran sedang pada saat proses pengeringan diletakkan satu per satu hingga membentuk formasi melingkar antara 20 hingga 30 ekor.

Pembentukan formasi ikan kering kering itu di saat penjemuran seperti itu menyebabkan ikan yang satu dan yang lainnya saling menempel kuat bagaikan kena lem.

Dengan formasi ikan kering yang demikian maka saat dipajang tampak begitu bagus, dan menarik dipandang para pembeli.

Kemudian agar lebih menarik lagi, disediakan alat khusus yang disebut bakul purun (tas kecil terbuat dari anyaman tanaman purun) lalu ikan itu diletakkan di dalam bakul itu hingga mudah menjinjingnya.

"Biasanya, para wisatawan lebih suka yang sudah disediakan seperti ini," kata ibu Siti, seraya mengangkat satu bakul purun berisi dua kilogram ikan kering tersebut.

Menurut Masdulhak tak heran bila produk ikan kering ini menjadi bagian dari daya tarik wisatawan ke Kalsel.

Banyak wisatawan nusantara yang datang secara rombongan ke Banjarmasin menyempatkan diri minta antarkan kelokasi penjualan ikan kering seperti ke Pasar Ahad Kertak Hanyar, ke Pasar Sentra Antasari, ke Pasar Lima, atau Ke lokasi Pasar Lama.

Para pendatang tersebut agaknya lebih meminati membeli ikan kering ketimbang oleh-oleh lain, seperti kain, makanan ringan, kerajinan, atau buah-buahan.

Menurut banyak penuturan pendatang, kata Masdulhak, ikan air tawar yang dikeringkan produksi Kalsel itu lebih enak, khususnya ikan gabus kering dan sepat kering.

"Konon ikan kering itu hanya digoreng saja, lalu makan nasi bersama sayur bening, terasa nikmat,"kata Masdulhak meniru penuturan wisatawan.

Oleh karena itu sebuah kesempatan bagi mereka saat datang ke Kalsel membeli ikan kering dengan jumlah relatif banyak agar bisa dimanfaatkan lama atau dibagi-bagi lagi ke tetangga setelah datang ke kampung mereka.

Melihat tingginya minat pembeli ikan air tawar kering itu menimbulkan kegairahan petani atau nelayan berproduksi ikan kering,hal itu bisa dilihat di sentra-sentra perikanan air tawar, seperti di kawasan Kertak Hanyar, Gambut, Aluh-aluh, Sungai Tabuk Kabupaten Banjar.

Atau daerah rawa Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Tanah Laut dan Barito Kuala, sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Harga ikan kering setempat memang bervariasi tetapi di Banjarmasin, ikan kering gabus kualitas baik Rp60 ribu per kilogram tetapi kualitas sedang Rp40 ribu per kilogram, sementara harga sepat kering Rp40 ribu per kilogram ukuran baik dan Rp30 ribu per kilogram ukuran sedang.



Sentra HSU

Sentra produk ikan kering terbesar di Kalsel justru berada di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) karena kawasan tersebut memiliki kawasan rawa monoton sekitar 40 ribu hektare yang kesemuanya berpotensi menghasilkan ikan air tawar tersebut.

Menurut Wahyudi petugas seorang Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Perikanan HSU, produk ikan kering setempat sungguh diminati, dan pemasarannya hingga kenegri jiran Malaysia.

Menurutnya produk ikan kering HSU yang diolah oleh kelompok petani beberapa lokasi, melalui para pedagang banyak diantarpulaukan ke berbagai kota besar di tanah air,seperti Surabaya, Bandung, dan Jakarta.

Ia mencontohkan, salah satu lokasi sentra produksi ikan kering HSU, adalah Desa Pajukungan, yang pemasarannya bahkan sudah mencapai Pulau Jawa yang kemudian diteruskan penjualannya hingga ke Negeri Jiran Malaysia tersebut.

Para pelaku usaha pengolahan ikan kering yang memiliki modal besar di desa ini sudah lama melakukan penjajakan pemasaran Ikan kering ke beberapa kota di Pulau Jawa, seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya.

"Dari Kota Bandung oleh pedagang setempat produk ikan kering ini kemudian dipasarkan hingga ke wilayah Malaysia" Ujarnya lagi.

Sebelum berdirinya Kelompok Pengolahan dan Pemasaran Ikan (KPPI) Usaha Bersama Desa Pajukungan Hulu pada April 2011, warga masih sendiri-sendiri dalam pengolahan dan pemasaran ikan kering, terkadang dijual kepada pedagang pengumpul dengan keuntungan kecil.

Namun sejak Kelompok Usaha Bersama berdiri, warga bisa turut menikmati keuntungan pemasaran yang lebih baik lagi.

Pada awalnya berdirinya kelompok ini hanya bertujuan untuk memanfaatkan satu unit gudang pengolahan perikanan beserta peralatannya bantuan dari Dinas Perikanan HSU yang saat itu sempat terbengkalai karena kurang dimanfaatkan tani nelayan setempat.

Namun melihat potensi perikanan yang cukup besar di Desa Pajukungan Hulu dan sekitarnya, membuat sejumlah tokoh masyarakat setempat tertantang untuk memanfaatkan gudang pengolahan perikanan tersebut dengan kelompok pengolahan dan pemasaran ikan `Usaha Bersama`.

Menurut pihak pengelolanya, selain berhasil memanfaatkan gudang bantuan pemerintah, melalui usaha ini juga membuka lapangan kerja

masyarakat setempat yang memang memiliki keahlian turun temurun dalam hal pengolahan ikan kering.

"Dengan adanya kelompok ini juga turut membantu kegiatan pasca panen sebagai upaya meningkatkan kualitas dan nilai tambah produk

perikanan sehingga semakin meningkatkan pendapatan masyarakat" ujar Ketua kelompok H Khairan.

Karena bahan baku ikan mudah di dapat, khususnya ikan gabus dan ditunjang tenaga kerja dan pemasaran yang sudah terbuka lebar

khususnya ke Pulau Jawa membuat KPPI Usaha Bersama cukup berkembang.

Bahkan oleh Dinas Perikanan dan Peternakan HSU dijadikan wakil pada penilaian UKM Pengolahan hasil perikanan tingkat Kalimantan Selatan dan berhasil menyabet juara III pada 2012 kemaren.

Kini aktivitas pengolahan ikan kering menjadi salah satu mata pencaharian utama warga Desa Pajukungan Hulu, setiap memasuki Maret - September aktivitas warga yang menjemur ikan sudah menjadi pemandangan yang biasa setiap memasuki desa ini.

Jalan desa yang semestinya diperuntukan bagi sarana transportasi bertambah fungsi menjadi areal penjemuran ikan mengingat terbatasnya

pematang yang bisa dijadikan tempat untuk penjemuran ikan.

Sementara bahan baku ikan untuk di olah menjadi ikan kering tidak sulit di dapat, meski terkadang untuk mendapatkan kualitas ikan yang lebih bagus para pengusaha ikan kering di desa ini juga mendatangkan bahan baku ikan dari luar Kabupaten HSU seperti dari Propinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah.

Peluang usaha dari KPPI Usaha Bersama ini semakin terbantu dengan adanya Fasilitas Gudang Pendingin (Cold Storage) milik Dinas Perikanan HSU sehingga dapat membantu produksi ikan kering selama satu tahun penuh.

Khairan lebih jauh memaparkan, perbandingan ikan segar setelah menjadi ikan asin adalah 3:1 misal dalam 21 ton ikan segar yang di olah dalam satu bulan menghasilkan ikan kering seberat hanya 7 ton.

Keuntungan yang diperoleh pada penjualan di pasar lokal berkisar Rp37 juta hingga Rp50 juta per bulan dan akan semakin meningkat apabila semakin banyak permintaan dari luar daerah.

Namun Khairan mengaku masalah permodalan menjadi hal klasik yang dihadapi UKM di mana pun, termasuk KPPI Usaha Bersama Desa Pajukungan Hulu Kecamatan Babirik ini.

Sebagian besar modal, katanya masih berasal dari pinjaman pihak ketiga, sehingga keuntungan yang didapat tidak maksimal karena harus

berbagi keuntungan dengan penyandang modal.

Dari Dinas Perikanan dan Peternakan HSU telah membantu memberikan modal melalui pinjaman Usaha Pelayanan Pengembangan (UPP) Usaha Perikanan namun masih dalam jumlah kecil.

Berdasarkan catatan, dengan luasnya kawasan perairan air tawar atau rawa Kalsel memberi peluang peningkatan produksi perikanan yang bisa memberikan kesejahteraan, dan produksi ikan tersebut tercatat sekitar empat ribu ton ikan gabus per tahun dan sekitar lima ribu ton ikan sepat per tahun.

Pewarta: Hasan Zainuddin

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2013