Desa Danda Jaya Kecamatan Rantau Badauh Kabupaten Barito Kuala (Batola), Kalimantan Selatan merupakan salah satu desa yang terpilih sebagai peserta Program Kampung Iklim (Proklim) Kementerian Lingkungan Hidup (LH) Tahun 2019 mendapat kunjungan Tim Verifikasi Proklim, Selasa (18/6).


Kedatangan tim untuk melihat secara langsung keberadaan desa yang saat ini dinilai tertinggi se-Kalsel serta tertinggi ketiga se-Kalimantan, sekaligus dalam rangka evaluasi dari Verifikator Kementerian Lingkungan Hidup melalui Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran hutan dan Lahan Wilayah Kalimantan di Palangkaraya.

Sebelum melakukan peninjauan lapangan tim yang didampingi Perwakilan DLH Provinsi Kalsel Mohammad Khairullah melakukan pertemuan di balai desa setempat.

Kehadiran tim diterima Kepala DLH Batola Hj Fahriana, Camat Rantau Badauh Julianoor Fatahillah, kades dan berbagai lapisan masyarakat.

Perwakilan DLH Provinsi Kalsel Mohammad Khairullah menyampaikan harapan Kadis LH Provinsi Kalsel agar proklim bisa sukses dan menjadi kebanggaan di Kalsel.

"Gubernur Kalsel sendiri juga mengapresiasi pelaksanaan Proklim ini," ucapnya.

Terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (Kadis LH) Batola Hj Fahriana mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi Kalsel yang telah banyak membimbing dalam penerapan Proklim di wilayahnya.

Mengingat, sebut dia, untuk pelaksanaannya serta merta bisa dipahami masyarakat namun memerlukan proses waktu bertahun-tahun serta membutuhkan adanya sinergitas pemerintah baik eksekutif hingga legislatif.

"Lebih dari ini kami mengharapkan keberhasilannya mampu menjadi contoh dan motivasi bagi masyarakat desa-desa lainnya," harapnya.

Sementara, Camat Rantau Badauh Julianoor Fatahillah juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam menyukseskan kegiatan Proklim di Desa Danda Jaya.

Ditambahkan Kader Desa Danda Jaya, Musodikun, penerapan Proklim di desa mereka berawal dari pembicaraan dengan DLH bahwa desa Danda Jaya bisa ikut dalam program kampung iklim. Karena keterkaitan program yang ada di desa mereka terhadap program tersebut.

Lelaki ramah itu mengutarakan, aktivitas adaptasi yang mereka terapkan di antaranya Pemanen Air Hujan yang terdiri dari Lobang Penampung Air dengan membuat kanal dan kolam yang menampung air.

Lombang Penampung Air ini, sebutnya, berguna untuk pembasahan lahan pada saat musim kemarau termasuk dalam pencegahan kebakaran hutan.

Sementara kanalnya, ungkap dia, bernilai ekonomis dan bermanfaat sebagai sarana pariwisata.

Bahkan, jelas dia, warga setempat juga membuat penampung air hujan yang dibangun di rumah-rumah sebagai pengganti air ledeng.

Namun, terangnya, sekarang sudah ada bantuan dari pemerintah berupa penampungan air hujan dan SPAM.

Selain pengelolaan air adaptasi, menurut Masodikun, warga juga melakukan peninggian bangunan rumah-rumah dengan penerapan rancangan rumah panggung, peningkatan ketahanan pangan melalui sistem pola tanam, pelaksanaan pertanian terpadu berupa menggabungkan kegiatan peternakan, prikanan, pertanian, kehutanan dan ilmu lain.

Di samping itu, sebut dia, warga juga melakukan pengendalian penyakit pada saat masim hujan, membentuk jumantik, pengelolaan limbah, termasuk pemanfaatan untuk gas methan.

Tak hanya itu, sambung Masodikun, warga juga melaksanakan pembuatan tungku hemat kayu bakar, pemanfaatan solar sel, pembentukan masyarakat peduli api, perlindungan kearifan lokal seperti penanaman tanaman penyimpan air serta melarang penebangan tanaman produktif.


Pewarta: Arianto

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019