Beberapa sastrawan Kalimantan Selatan menyoroti media massa di provinsi tersebut.
Pada diskusi sastra modern 2012 di Banjarmasin, Kamis beberapa sastrawan yang ikut dalam diskusi di Gedung Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kalsel di Banjarmasin, Kamis.
Sebagaimana penuturan Y.S.Agus Suseno, sastrawan muda Kalsel, laju pertumbuhan media eletronik di provinsi tersebut luar biasa pesat, seperti radio dan televisi (tv) lokal seakan menjamur.
Namun sayang, peranannya dalam pengembangan sastra tidak signifikan. Tapi lumayan membantu pengembangan sastra tradisional, seperti TVRI Kalsel dengan acara "baturai pantun" (berlomba pantun).
Selain itu, Banjar TV dan Duta TV, yang sesekali menayangkan "madihin" (sebuah seni tradisi bertutur pantun), ujarnya dalam diskusi yang dipandu Ketua PWI Kalsel Fathurrahman.
"Sementara TV lokal lain tampaknya tak punya orientasi budaya yang jelas. Padahal sastra lisan `basyair` (bersyair) tak kalah menarik dibandingkan dengan madihin, andaikata TV lokal bisa mengemas secara profesional," lanjutnya.
Begitu pula, menurut dia, media cetak juga berperan penting dalam pengembangan sastra, kalau jajaran pimpinan media bersangkutan memiliki komitmen budaya.
"Tapi sayangnya, komitmen itu kian lama kian menipis, akibat bisnis pers yang kian kapitalis dan `profit oriented` seperti dari sejumlah media cetak yang terbit di Banjarmasin hanya sebagian yang mempunyai rubrik sastra," ungkapnya.
Sebagai contoh Banjarmasin Post sewaktu Wapemrednya Yustan Aziddin (alm), ada rubrik "dahaga" yang memuat puisi setiap hari, telah memberi ruang bagi pertumbuhan penulis puisi di Kalsel, meskipun mutunya sebagian tidak signifikan, demikian Agus.
Sementara itu, dari pengamatan Sandi Firly, sastrawan muda yang juga seorang wartawan, geliat penulisan sastra melalui media cetak mulai kembali muncul pada awal 2012, meski masih didominasi penulis lama.
Ia berharap, pada masa mendatang terjadi regenerasi penulis-penulis atau sastrawan-sastrawan muda di Kalsel yang kini berpenduduk sekitar 3,6 juta jiwa dan tersebar pada 13 kabupaten/kota.
"Karenanya, melalui forum diskusi ini dapat melahirkan pemikiran, bagaimana cara menumbuhkembangan penulis-penulis atau sastrawan-sastrawan muda, yang mengarah pada sastra modern, tanpa menghilangkan sastra lama," demikian Sandi.
Diskusi sastra modern merupakan kerjasama Taman Budaya Kalsel dengan PWI Kalsel, selain mengundang sastrawan dan budayawan tua, juga melibatkan mahasiswa serta insan pers.
Sastrawan Kalsel Soroti Media Massa
Kamis, 20 September 2012 12:58 WIB