Jakarta (Antaranews Kalsel) - Wakil Presiden, Jusuf Kalla, mengatakan, kenaikan tarif tiket pesawat disebabkan oleh adanya persaingan yang tidak sehat antarmaskapai yang sebelumnya berlomba menjual tiket penerbangan dengan harga murah.
Ia menjelaskan menjual tiket penerbangan komersial dengan harga murah memang menguntungkan dengan mendapat banyak peminat penumpang, namun keuntungan itu hanya berlaku dalam jangka pendek.
"Jadi kalau kita tekan terlalu murah dia punya tiket, juga bagus, tapi jangka pendek. Tapi jangka panjangnya kalau mereka tidak bisa beli pesawat, akhirnya kita yang kena juga," kata dia, di Jakarta, Selasa.
Ia memberikan contoh sejumlah maskapai berbiaya murah yang akhirnya menutup perusahaan karena tidak lagi mampu membayar biaya operasional. "Mengelola airlines itu tidak mudah, apalagi kalau mau ditarik murah. Sudah berapa airlines yang tutup? Ada Batavia dulu, ada Adam Air, ada Merpati, ada Mandala, ada Sempati; semua itu khan tutup, bangkrut," kata Kalla yang berlatar pengusaha itu.
Akibat persaingan tidak sehat itu industri transportasi udara di Indonesia didominasi antara lain oleh dua perusahaan besar, yakni PT Garuda Indonesia (Persero) dan PT Lion Mentari Airlines. Adapun pemerintah ada pada posisi sebagai regulator.
Kalla pun mengatakan, dominasi itu juga salah satunya disebabkan oleh matinya maskapai yang menjual harga tiket pesawat murah. "Menurut saya, (ini) bukan kartel, karena mereka terlalu murah akhirnya yang lain mati. Jadi bukan karena didesain, tapi karena mereka mencoba-coba masuk airlines dengan tarif murah, ya mati," katanya.
Oleh karena itu untuk menghindari kepanikan masyarakat dalam menghadapi kenaikan harga tiket pesawat, Wapres meminta seluruh perusahaan penerbangan untuk duduk bersama dan menentukan biaya tetap operasional.
"Saya kira, walaupun mereka (maskapai) bersaing, mereka juga harus tetap menghitung biaya tetapnya, ada harga pokok daripada BBM itu. Karena 35 persen dari ongkos pesawat itu avtur kan," ujarnya.
Editor: Ade P Marboen