Rencana peremajaan dan penggantian angkutan dalam kota di Banjarmasin Kalimantan Selatan dari premium ke bahan bakar gas terkendala pada biaya balik nama yang harus ditanggung pemilik angkutan.
Kepala Bidang Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ) Banjarmasin Kalimantan Selatan Ramonsyah, di Banjarmasin, Senin, mengatakan para sopir mengaku keberatan untuk biaya balik nama karena sebagian besar angkutan yang mereka miliki telah berganti pemilik hingga beberapa kali.
"Kalau ada rapat mendatang, kita akan usulkan agar pemerintah membebaskan biaya balik nama tersebut," katanya.
Menurut Ramon, salah satu program pemerintah pusat untuk mengantisipasi rencana kenaikan bahan bakar minyak (BBM) yang kini ditunda adalah, akan memberikan subsidi peremajaan kendaraan atau mobil yang berumur diatas sepuluh tahun.
Subsidi tersebut, kata dia, antara lain dengan pemberian kredit murah atau lunak kepada pemilik angkot serta penggantian bahan bakar premium menjadi bahan bakar gas.
Pemerintah, tambah Ramon, juga memprogramkan pemberian subsidi suku cadang termasuk penggantian ban, bebas pajak angkutan umum dan pemberian subsidi pembelian BBM sebagai kompensasi kenaikan yang rata-ratanya belum ditentukan.
"Pemberian subsidi tersebut rencananya akan diluncurkan setelah seluruh daerah selesai menghitung jumlah kendaraan umum dan angkutan barang," katanya.
Saat ini, kata dia, pemerintah pusat telah menyiapkan untuk subsidi tersebut secara nasional sebesar Rp5 triliun.
Apakah setelah penundaan kenaikan tersebut, program subsidi tersebut masih berlanjut apa tidak, belum ada instruksi secara pasti dari pemerintah pusat, namun kata Ramon, informasi terakhir akan tetap diperjuangkan bisa dilaksanakan.
Dengan demikian, tambah dia, pada saat BBM benar-benar naik, tidak akan terjadi persoalan yang berarti lagi. Di Kalsel, kata dia, jumlah kendaraan angkutan barang dan angkutan umum sebanyak 13.790 unit yang terdiri dari 8.952 unit angkutan kendaraan barang dan sisanya sekitar empat ribu lebih angkutan umum.
Angkutan umum di Kalsel yang dimaksud terdiri dari sedan, jip, mini bus, bus, angkutan perkotaan dan angkutan perdesaan. Meringankan beban para sopir, kata dia, diharapkan untuk peremajaan angkutan dibebaskan dari biaya bunga bank, karena saat ini penumpang turun drastis.
Sekitar 75 persen angkutan umum di Kalsel telah berusia diatas 10 tahun bahkan diatas 20 tahun sehingga kondisinya sangat memprihatinkan. Salah seorang sopir Anton, tujuan Pasar Hanya - Kayu Tangi, mengatakan, saat ini penumpang angkutan sangat sepi, sehingga kendati BBM naik, pihaknya akan sulit untuk menaikkan tarif.
"Tidak naik aja sepi apalagi kalau tarif kita naikkan, kita semakin tidak mendapatkan penumpang," katanya./B/C