Perubahan iklim dari kemarau ke musim hujan menyebabkan harga karet yang dihasilkan petani di Kecamatan Sungai Loban, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan menurun drastis.
Seorang petani karet di Kecamatan Sungai Loban, Sumartini, mengatakan, harga jual getah karet yang awalnya bisa mencapai Rp24.000 per kilogram, saat ini turun menjadi Rp18.000 per kilogram.
"Turunya harga karet sudah hampir tiga bulan, kondsi tersebut berdampak pada pendapatan petani," katanya.
Menurut Sumartini, turun harga karet akibat kemarau panjang yang berdampak terhadap rendahnya kualitas dan jumlah karet yang dihasilkan petani. Setiap disadap (dipanen) getah karet yang diperoleh jumlahnya sedikit dibandingkan saat musim penghujan.
Perubahan iklim musim kemarau ke musim hujan yang belangsung bulan ini juga belum berdampak cukup signifikan terhadap peningkatan jumlah produksi dan harga karet.
Perubahan musim baru berdampak terhadap tumbuhnya daun muda tanaman karet yang dikembangkan.
"Saat terjadi kemarau daun karet rontok semua. Sekarang baru mulai semi namun getah yang dihasilkan belum sebanyak dimusim hujan," katanya.
Menurut Sumartini di Kecamata Sungai Loban petani karet rata-rata memiliki kebun seluas dua hektare. Hasil kebun bisa dipanen dua kali sebulan dengan jumlah rata-rata 100 kg sekali panen.
"Pada saat kondisi normal dan harga masih tinggi, jumlah panen seperti itu sudah membuat penghasilan kami setiap bulanya sudah lebih dari cukup," tegas Sumartini
Budidaya karet, merupakan salah satu potensi usaha masyarakat di Kabupaten Tanah Bumbu, selain kelapa sawit dan usaha tambang batubara. Daerah ini merupakan daerah baru hasil pemekaran dari Kabupaten Kotabaru sejak delapan tahun yang lalu.
Perkebunan karet dan usaha kebun kelapa sawit mayoritas banyak berkembang di Kecamatan Sungai Loban, Karang Bintang, Kusan Hulu, dan Kecamatan Angsana. Sedangkan untuk tambang batubara banyak terdapat di daerah Kecamatan Satui dan Kecamatan Mantewe. Yanto/B
Harga Karet Menurun Drastis
Kamis, 3 November 2011 12:52 WIB