Banjarmasin(Antaranews Kalsel)- Mantan Wali Kota Banjarmasin, HM Effendi Ritonga mengharapkan pemerintah kota (Pemkot) Banjarmasin untuk tidak menghilangkan budaya lokal, rumah lanting (rumah terapung di atas air).
 "Bicara Kota Banjarmasin, pasti akan ingat pasar terapung dan rumah lanting, dan kedua budaya itu sungguh menarik yang harus dilestarikan," kata Effendi Ritonga dalam dialog di Menara Pandang Siring Tendean Banjarmasin, Rabu.
Effendi Ritonga yang menjabat sebagai Walikota Madya Banjarmasin 1984-1989 tersebut, mengakui saat ia menjabat orang nomor satu di kota tersebut selalu mempertahankan budaya lokal rumah lanting.
Tetapi setelah sekian tahun rumah lanting hanya tinggal beberapa buah saja, dan itu sungguh disayangkan, padahal rumah lanting begitu menarik terutama untuk dunia pariwisata.
Begitu juga pasar terapung yang tadinya ramai di Kuin Sungai Barito yang sebenarnya lokasi transaksi aneka dagangan sekarang juga hilang, padahal lokasi itu juga khas dan spesifik bagi daerah ini.
"Kalau saya melibat pasar terapung yang ada di Sungai Martapura, dekat Siring Tendeean memang ramai, tetapi kurang menarik, karena yang dijual hanya kuliner dan buah-buahan, padahal pasar terapung seperti yang aslinya itu menjual semua kebutuhan pokok masyarakat," tuturnya.
Karena itu, ia berharap Pemkot setempat kembali memperhatikan kearifan lokal seperti rumah lanting dan pasar terapung, dengan memhidupkan kembali di lokasi aslinya hingga tetap mudah terlihat dan terjangkau masyarakat.
"Dulu waktu saya menjabat wali kota rumah lanting masih saya pertahankan di pusat kota seperti di kawasan Sungai Martapura dengan siring tendean, ya seharusnya sekarang dibangun lagi di kawasan tersebut," tuturnya.
Menurutnya, ia sebenarnya ingin sekali mengembalikan kota ini sebagai kota sungai, karena itu saat menjabat wali kota pernah ingin merevitalisasi sungai-sungai yang ada di kota dengan mengeruk untuk memperluas dan memperdalam agar bila dilalui hilir mudik angkutan sungai seperti sampan.
Namun keinginan tersebut kala itu sempat ditentang sebagian masyarakat sehingga upaya pengerukan sungai tersebut hanya berlangsung sebulan saja, dan tindakannya itu kala itu dinilai salah.
 Tetapi sekarang baru banyak orang di Banjarmasin menyadari bahwa upaya merevitalisasi tersebut begitu penting dan sangat berarti bagi kota ini, terutama untuk menciptakan sistem drainase, keindahan, dan kelestarian lingkungan, disamping untuk pariwisata, demikian HM Effendi Ritonga.Â