Jakarta (ANTARA) - Indonesia siap untuk menggali potensi kerja sama dengan negara-negara di Amerika Latin dan Karibia (INA-LAC), terutama dalam bidang ekonomi pascapandemi.
“Indonesia siap untuk menggali kerja sama dengan negara-negara Amerika Latin dan Karibia,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam sambutannya pada Forum Bisnis INA-LAC 2021 secara virtual, Kamis malam.
Pernyataan tersebut menyusul total perdagangan Indonesia terhadap perdagangan global hanya sekitar dua persen, sementara negara-negara Amerika Latin dan Karibia juga hanya menyumbang 0.32 persen dari total perdagangan global.
“Angka-angka ini tidak mencerminkan potensi kita yang sebenarnya,” kata Agus.
Namun, ia mengaku optimistis ekonomi nasional akan segera pulih tahun depan yang dipengaruhi banyak faktor, di antaranya penanganan COVID-19, tingkat konsumsi masyarakat, pelaksanaan reformasi struktural hingga prospek ekonomi global.
Dalam IMF world economic outlook yang sudah diterbitkan tahun ini, prakiraan pertumbuhan ekonomi negara berkembang berada di kisaran 5,2 persen.
Sementara, menurut Agus, Indonesia sudah menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,0 hingga 5,5 persen pada 2022.
Tetapi, lanjut dia, ketidakpastian lantaran munculnya berikut penyebaran varian baru COVID-19 masih menjadi faktor penghalang yang harus segera diatasi.
Menurut Agus, pengalaman Indonesia menangani gelombang kedua COVID-19 dengan gencar melaksanakan program vaksinasi serta memberlakukan protokol kesehatan secara ketat mampu mendongkrak kepercayaan diri publik untuk melangkah maju dengan melakukan berbagai kegiatan sosial ekonomi.
“Saya bangga Indonesia dinominasikan menjadi salah satu negara terbaik di dunia dalam penanganan gelombang kedua COVID-19. Pengakuan dari Universitas John Hopkins merupakan cerminan dari kemampuan Indonesia dalam menekan angka kasus terkonfirmasi sebesar 58 persen per minggu,” katanya.
Dia menambahkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), terutama di Jawa dan Bali juga mampu menekan angka kasus hingga 94 persen dari puncak infeksi pada Juli lalu.
Agus menilai keberhasilan tersebut membuat kegiatan bisnis dan industri dimulai kembali dan ekonomi lokal juga turut berkembang.
Dia menyebutkan neraca perdagangan selama Agustus mencatatkan surplus 4,7 miliar dolar AS (Rp68 triliun) atau total 19,1 miliar (Rp267 triliun) dari Januari 2021.
Ekspor bertumbuh 37,7 persen dalam setahun yang disumbang dari batu bara, minyak sawit, besi, baja, dan gas alam.
Sementara impor tercatat tumbuh 33 persen dalam setahun yang dikontribusi oleh bahan mentah dan barang modal.
Agus mengatakan ekonomi global juga terus pulih seiring dengan optimistime tinggi karena rebound dalam pertumbuhan ekonomi di Kuartal II 2021.
“Kita harus pulih dan tumbuh dengan kuat bersama,” katanya.