Banjarmasin (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalimantan Selatan mengoperasikan empat helikopter "water bombing" yang dikerahkan dalam upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di sejumlah wilayah di provinsi itu pada Senin.
"Lahan yang terbakar tidak bisa dijangkau Satgas Darat, maka kami kerahkan helikopter untuk melakukan pemadaman," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kalsel Sahruddin, Senin.
Dikatakannya, ada empat titik kebakaran lahan yang tidak bisa dijangkau Satgas Darat yaitu dua lokasi di Kecamatan Bati-Bati, Kabupaten Tanah Laut, satu di Kecamatan Martapura Barat, Kabupaten Banjar dan satu di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
"Saat ini upaya pemadaman dan pembasahan terus dilakukan. Teman-teman di darat juga menuju lokasi yang masih bisa dijangkau kendaraan," jelasnya kepada ANTARA.
Diungkapkan Sahruddin, pihaknya menyiagakan empat helikopter "water bombing" dan dua helikopter patroli yang tergabung dalam Satgas Udara penanggulangan karhutla tahun ini.
Helikopter dioperasikan jika titik api tak bisa dijangkau kendaraan oleh Satgas Darat yang merupakan tim gabungan BPBD Kalsel, Manggala Agni Dinas Kehutanan Kalsel serta Damkar.
Kebakaran lahan yang mulai terjadi dalam satu pekan terakhir, diakui dia sejalan dengan prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bahwa Kalsel saat ini mulai memasuki arah ke puncak kemarau sehingga lahan yang kering rawan terbakar.
"Hari ini terpantau ada 32 hotspot. Biasanya jika tak ada hujan, sekitar pukul 11.00 WITA ke atas ada muncul titik api dimana lahan mulai kering dan mudah terbakar," katanya.
Meski begitu, dipastikan Sahruddin kebakaran yang terjadi pasti akibat ulah manusia. Bukan lantaran terbakar dengan sendirinya akibat faktor alam.
"Kita tidak tahu ada kepentingan apa orang membakar. Bisa juga orang tidak sengaja membuang puntung rokok yang masih menyala ke lahan yang kering hingga tertiup angin dan terbakar," timpalnya.
Terkait terbakarnya lahan di Desa Pandahan, Kecamatan Bati-Bati, Kabupaten Tanah Laut yang terus terjadi setiap tahun di musim kemarau, menurut
Sahruddin cukup sulit dalam upaya pencegahannya mengingat lahan tidur yang ditumbuhi rumput ilalang.
"Kalau lahan dimanfaatkan untuk perkebunan atau pertanian mungkin bisa terjaga. Sekarang ini yang punya lahan juga tidak memelihara sehingga orang bebas misalnya keluar masuk lahan tidak bisa dikontrol," katanya.