Barabai (ANTARA) - Petani asal Layuh Desa Kalibaru, Kecamatan Batu Benawa, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalsel, H Radiansyah, sukses raup omset ratusan juta per tahunnya melalui penjualan bibit dan buah rambutan.
Sejak tahun 1993, dia fokus bertani dan memilih tinggal jauh dari keramain warga dengan menggarap lahan seluas 13 hektar dengan berkebun sayur-sayuran di Gunung Tuko desa Kalibaru.
"Sambil berkebun sayur-sayuran, dulu kami juga menanam berbagai bibit buah rambutan yang jumlahnya mencapai 200 pohon dengan berbagai varietas unggulan," Kata H Radiansyah saat ditemui di kebunnya, Rabu (22/1).
Baca juga: Es Kelapa Mas Item Rp15 Juta Perbulan
Seingatnya, ada 10 varietas rambutan unggul dan unik yang ditanamnya serta sudah menghasilkan, diantaranya adalah rambutan Garuda, Binjai, Antalagi, Batuk, Timbul, Dangut, Lais, Nonih, Rafiah dan Zainal Mahang.
"Terbanyak memang jenis rambutan Garuda yang kita tanam, karena itu yang paling laku dipasarkan. Selain isi buah yang besar, dagingnya juga tebal dan enak," kata pemenang kontes durian Paman Birin Tahun 2020 itu.
Diterangkannya, rata-rata dalam satu pohon rambutan yang sudah besar dan produktif bisa menghasilkan 300-500 kilogram buah rambutan, harga satu kilogram adalah dari Rp 4 ribu hingga Rp 5 ribu. Sedangkan kalau per ikat 10 biji harganya Rp 3.500.
Baca juga: Haji Hermansyah orang Banjar di Bengkulu sukses bisnis produk teh celup gaharu
Untuk pemasarannya, kalau dulu memang Dia sendiri yang menjual ke pasar, namun semenjak orang tahu, sekarang pengepul langsung yang datang dan membeli untuk di jual ke beberapa daerah di Kalsel dan Kaltim.
"Kalau satu musim dan bagus-bagusnya harga, omset memang mencapai Rp 100 juta lebih dan hasil bersihnya Rp 60 sampai Rp 70 juta per tahun," kata lelaki yang mengaku hanya lulusan Madrasah Aliyah (setara SMA) itu.
Kalau bibit yang paling laku adalah jenis Rambutan Zainal Mahang, Garuda, Antalagi dan Binjai. Dalam setahun menurutnya ada lebih 2000 bibit pesanan, baik dari berbagai dinas pemerintahan maupun masyarakat umum. Harga per bibit beragam, dari Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu.
Baca juga: Tips merancang bisnis model canvas bagi wirausahawan
"Awal saya mengembangkan pohon rambutan ini dulu hanya sebanyak 20 bibit menanamnya dan ditertawakan orang, karena menanamnya di daerah pegunungan seharusnya di daerah pasang surut air, namun saya membuktikan bisa berhasil dan HST ini sempat menjadi sentral bibit rambutan unggulan," katanya yang dulu hanya seorang penjual sembako.
Dia juga mengaku sempat menekuni usaha menyadap pohon karet, namun karena harga karet semakin anjlok, makanya sekarang lebih fokus ke holtikultura.
Selain rambutan, berbagai jenis usaha juga dia lakoni guna memanfaatkan lahan yang kosong seperti berkebun sayur-sayuran, ternak kambing, ayam, itik, budidaya madu kelulut, pembuatan pupuk dan mulai mengembangkan bibit kayu gaharu.
Baca juga: Perajin Amuntai ubah gulma eceng gondok jadi barang mahal
Ditambahkannya, yang ramai saat ini adalah penjulan bibit durian Mantuala yang diberi nama Mantuala Batu Benawa dan varietasnya sudah mendapatkan sertifikat dari menteri pertanian sebagai varietas unggul dan Buah langka dari Kalimantan serta beberapa kali memenangi kontes durian.
Mempunyai satu indukan pohon Mantuala, ternyata Haji Radi mampu mengembangkan bibitnya hingga ribuan pohon.
"Satu bibit pohon mantuala kami jual Rp100 ribu, yang banyak memesan biasanya memang Dinas Pemerintahan ataupun swasta. Omsetnya per tahun dari bibit mantuala itu juga mencapai Rp50 juta," kata petani yang punya anak dua itu.
Baca juga: Perajin Amuntai produksi sedotan non plastik penuhi permintaan Belanda
Dia juga mengaku, karena orangtua seorang petani, jadi kebanyakan belajar bertani dan berkebun secara otodidak dan sering mencoba hingga berhasil sampai saat ini.
Bagi masyarakat yang berkunjung ke kebunnya, gratis sampai puas makan buah rambutan, namun jika ingin membawa pulang maka dapat juga membeli dengan harga yang jauh lebih murah dari pasaran.
Baca juga: Dandim Barabai silaturrahmi dengan awak media
Baca juga: DPRD HST pertanyakan BUMD Murakata yang belum jalan
Baca juga: Syech Walid pimpin Rumah Tahanan Negara Barabai, Agung pindah ke Sampit