Operasional Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Pangeran Muhammad Noor, Kalimantan Selatan semakin kritis akibat ketinggian air waduk yang terus menyusut hingga menyentuh batas terendah.
"Operasional PLTA kritis karena ketinggian air waduk hanya tersisa 53,06 meter atau hampir menyentuh batas terendah 53 meter," ujar General Manager PT PLN Wilayah Kalselteng Yuddy Setyo Wicaksono di Banjarbaru, Sabtu.
Ia mengatakan, jika ketinggian air waduk yang dikenal dengan sebutan Waduk Riam Kanan karena sumber airnya berasal dari Sungai Riam Kanan itu mencapai batas terendah maka operasional pembangkit otomatis terhenti.
Dijelaskan, operasional PLTA tidak bisa dipaksakan jika ketinggian air waduk yang terletak di Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar itu menyentuh level terendah karena tidak bisa memutar turbin penghasil daya listrik.
"Saat ini, operasional pembangkit yang terdiri dari tiga turbin dijalankan bergiliran dan hanya mampu menghasilkan daya listrik 15 Mega Watt dari total daya mampu yang seharusnya 30 Mega Watt," ungkapnya.
Menurut dia, menurunnya daya listrik yang dihasilkan PLTA akibat penyusutan ketinggian air cukup berdampak terhadap sistem kelistrikan Barito yang salah satu pasokan daya listriknya berasal dari PLTA tersebut.
Namun, kata dia, kondisi itu cukup tertutupi dengan mulai beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Uap Asam-Asam unit 4 sejak Rabu (7/11) meski pun masih belum bisa beroperasi secara maksimal.
"PLTU Asam-Asam unit 4 sudah mulai di ujicoba dan mampu menghasilkan daya listrik 25 Mega Watt sehingga bisa menutupi kekurangan daya listrik yang sebelumnya dipasok PLTA," ujarnya.
Dikatakan, pihaknya sudah mengupayakan penambahan volume air waduk Riam Kanan melalui teknologi modifikasi cuaca (TMC) atau hujan buatan bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Operasi hujan buatan dilaksanakan selama satu bulan sejak akhir Oktober hingga pertengahan November 2012 melalui penyemaian awan di bagian hulu kawasan waduk sehingga diharapkan hujan turun di atas waduk tersebut.
"Operasi hujan buatan masih berlangsung dan tidak bisa dikatakan gagal karena informasi yang kami terima dari BPPT, awan pembentuk hujan di atas waduk sedikit sehingga tidak bisa disemai menjadi hujan," kata dia.
Manajer PLTA PM Noor Kardoyo mengatakan, operasional turbin pembangkit diatur bergiliran sehingga masih bisa beroperasi meski pun daya listrik yang dihasilkan pembangkit listrik bertenaga air itu tidak maksimal.
"Operasional diatur bergiliran yakni malam hari dua pembangkit beroperasi dan mampu menghasilkan daya listrik 15 Mega Watt sedangkan siang hanya satu pembangkit yang menghasilkan 7 Mega Watt," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2012
"Operasional PLTA kritis karena ketinggian air waduk hanya tersisa 53,06 meter atau hampir menyentuh batas terendah 53 meter," ujar General Manager PT PLN Wilayah Kalselteng Yuddy Setyo Wicaksono di Banjarbaru, Sabtu.
Ia mengatakan, jika ketinggian air waduk yang dikenal dengan sebutan Waduk Riam Kanan karena sumber airnya berasal dari Sungai Riam Kanan itu mencapai batas terendah maka operasional pembangkit otomatis terhenti.
Dijelaskan, operasional PLTA tidak bisa dipaksakan jika ketinggian air waduk yang terletak di Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar itu menyentuh level terendah karena tidak bisa memutar turbin penghasil daya listrik.
"Saat ini, operasional pembangkit yang terdiri dari tiga turbin dijalankan bergiliran dan hanya mampu menghasilkan daya listrik 15 Mega Watt dari total daya mampu yang seharusnya 30 Mega Watt," ungkapnya.
Menurut dia, menurunnya daya listrik yang dihasilkan PLTA akibat penyusutan ketinggian air cukup berdampak terhadap sistem kelistrikan Barito yang salah satu pasokan daya listriknya berasal dari PLTA tersebut.
Namun, kata dia, kondisi itu cukup tertutupi dengan mulai beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Uap Asam-Asam unit 4 sejak Rabu (7/11) meski pun masih belum bisa beroperasi secara maksimal.
"PLTU Asam-Asam unit 4 sudah mulai di ujicoba dan mampu menghasilkan daya listrik 25 Mega Watt sehingga bisa menutupi kekurangan daya listrik yang sebelumnya dipasok PLTA," ujarnya.
Dikatakan, pihaknya sudah mengupayakan penambahan volume air waduk Riam Kanan melalui teknologi modifikasi cuaca (TMC) atau hujan buatan bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Operasi hujan buatan dilaksanakan selama satu bulan sejak akhir Oktober hingga pertengahan November 2012 melalui penyemaian awan di bagian hulu kawasan waduk sehingga diharapkan hujan turun di atas waduk tersebut.
"Operasi hujan buatan masih berlangsung dan tidak bisa dikatakan gagal karena informasi yang kami terima dari BPPT, awan pembentuk hujan di atas waduk sedikit sehingga tidak bisa disemai menjadi hujan," kata dia.
Manajer PLTA PM Noor Kardoyo mengatakan, operasional turbin pembangkit diatur bergiliran sehingga masih bisa beroperasi meski pun daya listrik yang dihasilkan pembangkit listrik bertenaga air itu tidak maksimal.
"Operasional diatur bergiliran yakni malam hari dua pembangkit beroperasi dan mampu menghasilkan daya listrik 15 Mega Watt sedangkan siang hanya satu pembangkit yang menghasilkan 7 Mega Watt," katanya.
Editor : Ulul Maskuriah
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2012