Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Banjarmasin memprogramkan sosialisasi tanggap bencana bagi kaum difabel tahun ini secara intensif.
Bahkan, kata Kepala BPBD Kota Banjarmasin H Muhammad Hilmi di Banjarmasin, Jumat, pihaknya memprogram lima kali sosialisasi bagi kaum difabel untuk bisa menghadapi berbagai bencana itu.
"Tahun dulu tidak ada, tahun ini kami buat lima kali, ini sebagai bentuk perhatian kita terhadap mereka," ujarnya.
Apa saja yang diajarkan, ungkapnya, segala yang berkaitan dengan bencana, misalnya banjir, gempa bumi dan kebakaran.
"Utamanya saat bencana kebakaran, bagaimana mereka harus menyelamatkan diri," tuturnya.
M Hilmi mengatakan, bencana yang sering terjadi di daerah ini adalah kebakaran, di mana nyawa para warga yang mengalami kekurangan fisik ini sering terancam, bahkan menjadi korban jiwa.
"Ini yang menjadi perhatian kita, mereka harus bisa berbuat, khususnya menyelamatkan diri sendiri, bagaimana caranya," papar M Hilmi.
Termasuk juga dalam sosialisasi ini, kata dia, para petugas rescue dan Badan Pemadam Kebakaran (BPK) di kota ini harus tanggap menyelamatkan kaum yang mengalami kekurangan secara fisik ini.
"Para petugas BPK atau rescue harus mencari lebih awal itu saat bencana terjadi apakah adanya kaum difabel, kalau ada harus diselamatkan lebih dulu," tutur M Hilmi.
Termasuk juga, tuturnya, para warga lanjut usia, ini juga harus jadi perhatian.
Bahkan, kata dia, harus ada pemetaan terhadap mereka-mereka ini, sehingga semua dapat meningkatkan kewaspadaan dan penyelamatan cepat jika sewaktu-waktu ada bencana datang.
"Ini harus kita susun bersama secara bertahap, karena bencana kapan saja bisa datang, kita harus siap menghadapinya," pungkas M Hilmi.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Bahkan, kata Kepala BPBD Kota Banjarmasin H Muhammad Hilmi di Banjarmasin, Jumat, pihaknya memprogram lima kali sosialisasi bagi kaum difabel untuk bisa menghadapi berbagai bencana itu.
"Tahun dulu tidak ada, tahun ini kami buat lima kali, ini sebagai bentuk perhatian kita terhadap mereka," ujarnya.
Apa saja yang diajarkan, ungkapnya, segala yang berkaitan dengan bencana, misalnya banjir, gempa bumi dan kebakaran.
"Utamanya saat bencana kebakaran, bagaimana mereka harus menyelamatkan diri," tuturnya.
M Hilmi mengatakan, bencana yang sering terjadi di daerah ini adalah kebakaran, di mana nyawa para warga yang mengalami kekurangan fisik ini sering terancam, bahkan menjadi korban jiwa.
"Ini yang menjadi perhatian kita, mereka harus bisa berbuat, khususnya menyelamatkan diri sendiri, bagaimana caranya," papar M Hilmi.
Termasuk juga dalam sosialisasi ini, kata dia, para petugas rescue dan Badan Pemadam Kebakaran (BPK) di kota ini harus tanggap menyelamatkan kaum yang mengalami kekurangan secara fisik ini.
"Para petugas BPK atau rescue harus mencari lebih awal itu saat bencana terjadi apakah adanya kaum difabel, kalau ada harus diselamatkan lebih dulu," tutur M Hilmi.
Termasuk juga, tuturnya, para warga lanjut usia, ini juga harus jadi perhatian.
Bahkan, kata dia, harus ada pemetaan terhadap mereka-mereka ini, sehingga semua dapat meningkatkan kewaspadaan dan penyelamatan cepat jika sewaktu-waktu ada bencana datang.
"Ini harus kita susun bersama secara bertahap, karena bencana kapan saja bisa datang, kita harus siap menghadapinya," pungkas M Hilmi.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019