Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Direktur Utama PT Ambang Barito Nusapersada Syaipul Adhar mengatakan proses sendimentasi Alur Sungai Barito, Kalimantan Selatan, cukup cepat layaknya Sungai Kuning di China sehingga perlu pengerukan secara terus menerus.
Menurut Syaipul ditemui di ruang kerjanya, di Banjarmasin Rabu, berdasarkan analisa dampak lingkungan (Amdal) yang diajukan Ambapers pada 2019, pengerukan lumpur Alur Barito melalui pihak ketiga, sekitar tiga ratus ribu meter kubik per bulan. Jumlah sendimentasi yang harus dikeruk tersebut,naik dibanding tahun-tahun sebelumnya.
"Sendimentasinya memang cukup tinggi, bahkan tiap tahun, kita harus memperbaharui analisa dampak lingkungan (Amdal) dengan menaikkan jumlah lumpur yang dikeruk," katanya.
Pendangkalan itu terjadi, bukan semata-mata terjadi di Alur Barito, tetapi karena kondisi hulu dan hilir Alur Barito, yang juga mengalami sendimentasi yang cukup cepat.
Sejak dilakukan pengerukan dan dilakukan uji coba pada 2009, pihaknya bekerja ekstra agar pendangkalan alur tidak kembali terjadi sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.
"Setelah dikelola secara profesional oleh PT Ambapers, Alur Barito sudah bisa dilayari selama 24 jam non-stop dengan dua arah," katanya.
Selain menggerakkan kapal keruk untuk mengangkat lumpur, pihaknya juga melakukan survei kedalaman dan pasang surut alur.
Sesuai komitmen, Ambapers selalu menjaga agar rata - rata permukaan air terendah berada pada ukuran 5 meter LWS (Low Water Spring), sehingga pada posisi tersebut, kapal berukuran besar masih tetap bisa masuk dengan lancar.
Bahkan, KRI Fatahilah 361 yang merupakan kapal berukuran jumbo, bisa masuk ke Trisakti dengan lancar.
Ambapers sebagai pengelola tol sungai satu-satunya di Indonesia, tambah dia, komitmen mendukung jalur distribusi logistik nasional dan lokal di Kalimantan Selatan.
PT Ambapers pada tahun 2008 melakukan pembuatan alur baru tepat di bibir Sungai Barito sepanjang 15 Kilometer dan lebar dasar alur 100 Meter.
Alur baru ini, selain memudahkan kapal yang masuk, juga mampu menekan biaya bagi pengguna alur, karena alur baru ini jauh lebih pendek dan lurus dari pada alur lama yang berkelok dan lebih panjang.
Menjaga keselamatan dan keamanan pelayaran, PT Ambapers menempatkan Bouy (Sarana Bantu Navigasi Pelayaran) temasuk MPMT di depan Alur juga SBNP merah dan hijau disetiap sisi kanan dan kiri alur.
Keberhasilan PT Ambapers dalam mengelola alur, kini menjadi contoh bagi daerah-daerah lain, seperti dari Palembang, Samarinda, Kapuas, yang juga ingin menerapkan hal yang sama.
Daerah-daerah tersebut, tambah dia, ingin mengadopsi bagaimana cara pengelolaan alur secara profesional, tanpa harus mengeluarkan dana dari APBD.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Menurut Syaipul ditemui di ruang kerjanya, di Banjarmasin Rabu, berdasarkan analisa dampak lingkungan (Amdal) yang diajukan Ambapers pada 2019, pengerukan lumpur Alur Barito melalui pihak ketiga, sekitar tiga ratus ribu meter kubik per bulan. Jumlah sendimentasi yang harus dikeruk tersebut,naik dibanding tahun-tahun sebelumnya.
"Sendimentasinya memang cukup tinggi, bahkan tiap tahun, kita harus memperbaharui analisa dampak lingkungan (Amdal) dengan menaikkan jumlah lumpur yang dikeruk," katanya.
Pendangkalan itu terjadi, bukan semata-mata terjadi di Alur Barito, tetapi karena kondisi hulu dan hilir Alur Barito, yang juga mengalami sendimentasi yang cukup cepat.
Sejak dilakukan pengerukan dan dilakukan uji coba pada 2009, pihaknya bekerja ekstra agar pendangkalan alur tidak kembali terjadi sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.
"Setelah dikelola secara profesional oleh PT Ambapers, Alur Barito sudah bisa dilayari selama 24 jam non-stop dengan dua arah," katanya.
Selain menggerakkan kapal keruk untuk mengangkat lumpur, pihaknya juga melakukan survei kedalaman dan pasang surut alur.
Sesuai komitmen, Ambapers selalu menjaga agar rata - rata permukaan air terendah berada pada ukuran 5 meter LWS (Low Water Spring), sehingga pada posisi tersebut, kapal berukuran besar masih tetap bisa masuk dengan lancar.
Bahkan, KRI Fatahilah 361 yang merupakan kapal berukuran jumbo, bisa masuk ke Trisakti dengan lancar.
Ambapers sebagai pengelola tol sungai satu-satunya di Indonesia, tambah dia, komitmen mendukung jalur distribusi logistik nasional dan lokal di Kalimantan Selatan.
PT Ambapers pada tahun 2008 melakukan pembuatan alur baru tepat di bibir Sungai Barito sepanjang 15 Kilometer dan lebar dasar alur 100 Meter.
Alur baru ini, selain memudahkan kapal yang masuk, juga mampu menekan biaya bagi pengguna alur, karena alur baru ini jauh lebih pendek dan lurus dari pada alur lama yang berkelok dan lebih panjang.
Menjaga keselamatan dan keamanan pelayaran, PT Ambapers menempatkan Bouy (Sarana Bantu Navigasi Pelayaran) temasuk MPMT di depan Alur juga SBNP merah dan hijau disetiap sisi kanan dan kiri alur.
Keberhasilan PT Ambapers dalam mengelola alur, kini menjadi contoh bagi daerah-daerah lain, seperti dari Palembang, Samarinda, Kapuas, yang juga ingin menerapkan hal yang sama.
Daerah-daerah tersebut, tambah dia, ingin mengadopsi bagaimana cara pengelolaan alur secara profesional, tanpa harus mengeluarkan dana dari APBD.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019