Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Anggota Komisi II Bidang Ekonomi dan Keuangan DPRD Kalimantan Selatan H Karlie Hanafi Kalianda berpendapat, dengan sistem koperasi kemungkinan bisa melepaskan petani dan nelayan dari jeratan ijon atau tengkulak.
     
Pendapat wakil rakyat bergelar doktor bidang ilmu hukum itu di Banjarmasin, Selasa, sesudah melaksanakan reses ke daerah pemilihan (dapil) yaitu Kalsel III/ Kabupaten Barito Kuala (Batola) beberapa waktu lalu.
     
Karlie yang juga Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD Kalsel itu mengaku terenyuh mendengar penuturan petani/pekebun jeruk di "Bumi Salidah" Batola yang merupakan daerah pertanian pasang surut itu.
     
Pasalnya petani/pekebun jeruk Batola tidak maksimal menikmati hasil usaha perkebunan mereka, karena belum bisa terbebas  dari injon atau tengkorak.
    
 Sebagai contoh harga jeruk di tempat/pada tingkat petani (di kebun) sepuluh biji cuma sekitar Rp3.000,00, tetapi ketika dibawa atau dijual di Handil Bakti yang berjarak hanya dalam hitungan kilometer (beberapa kilometer) menjadi Rp6.000.
     
"Kemudian sampai ke Banjarmasin, dengan kualitas serta jenis yang sama jeruk tersebut mencapai Rp15.000 per sepuluh biji," tutur mantan aktivis mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin itu menjawab Antara Kalsel.
     
"Tetapi dengan melalui koperasi permodalan serta pemasaran hasil perkebunan jeruk tersebut bisa terbantu, tidak lagi terikat ijon," lanjut laki-laki penggemar musik irama jaz tersebut yang seorang pelaku bisnis.
    
 Ia menyarankan pula, mungkin di "Bumi Salidah" Batola tersebut perlu industri kecil/pengalengan buah jeruk agar memberikan nilai tambah, baik bagi masyarakat maupun daerah itu sendiri.
     
"Apalagi Batola yang merupakan daerah penerima transmigrasi itu mempunyai masa depan yang baik untuk pengembangan agribisnis dan agroindustri jeruk," demikian Karlie Hanafi.
     
Salidah motto daerah Batola yang pengertiannya mengutamakan kebersamaan dalam membangun kabupaten tersebut, seiring dengan penduduknya yang majemuk, bukan cuma warga setempat, tetapi pendatang dari berbagai suku bangsa.
 

Pewarta: Sukarli

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018