Jakarta,(Antaranews Kalsel) - Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Topan Mahdi menyampaikan di tengah terus anjloknya harga minta mentah, saat ini yang perlu dilakukan adalah berdo'a kepada Yang Maha Kuasa agar persoalan ini segera berlalu.

Ia mengatakan, memang sudah beberapa pekan terakhir, turunnya harga Crude Palm Oil (CPO) menjadi bahan diskusi hangat pemerintah dan dunia usaha, Harga CPO yang sudah berada di bawah level Malaysia Ringgit (MYR) 2.000 per ton.

"Harga ini adalah angka psikologis yang berat, bahkan pada beberapa perusahaan untuk level MYR 1.900 an adalah titik impas atau break event point untuk biaya mengolah Tandan Buah Segar (TBS) menjadi satu ton minyak sawit mentah," katanya.

Baca juga: Direktur Eksekutif GAPKI Mukti Sardjono : Produksi melimpah, harga CPO terpuruk

Dijelaskan dia, tentu saja dia tidak dalam kapasitas bisa meramalkan bagaimana tren harga minyak sawit ke depan, apakah level harga CPO USD 420 per ton adalah bottom line atau masih akan jatuh lebih dalam.

Para pakar komoditas yang akhir Oktober lalu menjadi pembicara dalam konferensi minyak sawit internasional IPOC 2018 di Bali, memilih lebih berhati-hati meramalkan tren harga.

"Analisis mereka tahun sebelumnya, meleset semua apalagi hanya seorang praktisi komunikasi sawit seperti saya, mana berani memprediksi harga," katanya, saat memberikan keterangan pers beberapa waktu lalu.

Menurut dia, menganalisis jatuhnya harga minyak sawit saat ini tidak bisa hanya melihat dari satu sudut pandang, perlu dilihat sisi supply and demand, bagaimana  pergerakan harga minyak mentah dan harga minyak nabati lain di luar sawit.

Analisis tentang perang dagang Amerika dan Tiongkok, pertumbuhan ekonomi global dan pertumbuhan ekonomi di negara tujuan ekspor minyak sawit, serta perlu analisis kebijakan di dalam negeri yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan industri sawit.

Apapun hasil analisis tersebut, faktanya harga minyak sawit sepanjang tahun 2018 terus turun, belum ada tanda-tanda akan segera pulih dalam waktu dekat, dtambah sentimen akhir tahun dan Hari Raya Imlek diramalkan juga belum signifikan mengangkat harga.

"Jadi, masa-masa prihatin sektor perkebunan kelapa sawit, mungkin masih akan panjang dan lama, benarkah? Wallahualam Hanya Tuhan yang tahu," katanya.

Baca juga: John Cabot : No Palm Oil, No SDGs

Diterangkan dia, pemerintah dan dunia usaha memang harus segera merapatkan barisan, perlu merumuskan kebijakan dan langkah yang luar biasa untuk kembali mengangkat harga minyak sawit.

Potensi pasar di dalam negeri terus digali, pasar ekspor yang sudah ada dijaga, dan pasar ekspor baru terus dicari sampai ketemu begitupun daya saing industri sawit di dalam negeri juga terus ditingkatkan, tingkat produktivitas dioptimalkan.

Diiiringi efisiensi perusahaan ditingkatkan, dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di sektor perkebunan kelapa sawit juga harus ditingkatkan dan Hal-hal inilah yang saat ini perlu menjadi fokus untuk dilakukan pada masa-masa prihatin seperti ini.

Pewarta: Fathurrahman

Editor : Gunawan Wibisono


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018