Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Rektor Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Prof Dr H Sutarto Hadi menghadiri audiensi bersama Presiden RI Joko Widodo di Istana Negara.

Sutarto menjadi bagian dari pimpinan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang diundang presiden bersama seluruh Pejabat Eselon I, Eselon II serta
Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) di lingkungan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

Banyak hal yang disampaikan kepala negara kepada para pemangku kebijakan di pendidikan tinggi itu. Mulai dari permintaan presiden untuk pemangkasan regulasi yang dinilai menghambat percepatan kemajuan perguruan tinggi hingga mempertanyakan hasil riset.

"Arahan dari Bapak Presiden tentu menjadi pedoman kita semua untuk lebih bergerak maju lagi secara cepat. Karena tentu kita tak mau perguruan tinggi Indonesia tertinggal dengan negara lain," terang Sutarto kepada Kantor Berita Antara.
 (antarakalsel/foto/BKKP Kemenristekdikti / ADN)
ULM sendiri, ungkap Sutarto, terus berlari mengejar ketertinggalan dari perguruan tinggi yang sudah terlebih dulu maju seperti di Pulau Jawa. 

Kerja keras itupun lambat laun berbuah manis dan kini ULM bisa dikatakan sudah menjadi universitas terkemuka dan berdaya saing.

Seperti upaya peningkatan karya ilmiah dosen yang terekam di Science and Technology Index (SINTA) dan terindeks di SCOPUS maupun Google Scholar terus didorong.
Kemudian kerja sama dengan berbagai pihak baik perguruan tinggi dalam dan luar negeri maupun lembaga pemerintah dan swasta telah memberikan manfaat akademik dan finansial bagi ULM.

Pengiriman dosen dan mahasiswa ke luar negeri, pemberian beasiswa dan penambahan sarana dan prasarana kampus dengan membangun 12 gedung baru dan infrastruktur lainnya hasil kucuran dana dari Islamic Development Bank (IDB) dalam program 7 in 1. 

Sementara Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir seperti dikutip dari portal antaranews.com menyampaikan, capaian bidang riset dan teknologi Indonesia di tingkat negara ASEAN dalam hal publikasi hasil riset internasional sebelum 2015 masih di bawah Thailand, Singapura dan Malaysia.

"Per Oktober 2018 ini, Alhamdulillah, Indonesia sudah di angka 20.610 publikasi internasionalnya atau sudah mengungguli Thailand dan Singapura. kita sudah luar biasa peningkatannya," katanya.
Berdasarkan data Kemenristek Dikti, Thailand publikasi riset internasionalnya mencapai 12.374 dan Singapura 16.647, sedangkan Malaysia mencapai 22.070.

Nasir juga menyebut 10 lembaga yang paling besar menyumbang publikasi riset adalah Institut Teknologi Bandung (ITS) sebanyak 10.090, Universitas Indonesia (UI) 9.348, Universitas Gadjah Mada (UGM) 6.465, Institut Pertanian Bogor (IPB) 4.181, Institut Teknologi Surabaya (ITS) 4.021, Universitas Diponegoro (Undip) 3.643, LIPI 3.576, Universitas Brawijaya Malang 2.566 dan Universitas Padjajaran (Unpad) 2.442.

Pewarta: Firman

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018