Buku bacaan yang dianggap porno dan juga beredar di Kalimantan Selatan, menjadi polemik di provinsi yang terdiri 13 kabupaten/kota tersebut, demikian dilaporkan, Selasa.


Pasalnya buku bacaan yang ditulis anggota Forum Lingkar Pena (FLP) yang berbau porno itu masuk pada sejumlah Sekolah Dasar (SD) di Kalsel dan akan menjadi suguhan anak-anak yang baru dalam pertumbuhan.

Walau cuma membaca secara sekilas, anggota Komisi IV bidang kesra DPRD Kalsel, yang juga membidangi pendidikan, berpendapat, buku bacaan berbau porno tersebut, seperti yang berjudul "Ada Duka Di Wibeng" tidak layak, untuk anak-anak SD.

"Anak-anak tingkat SD tersebut hanya bisa membaca apa yang tertulis, belum mampu menganlisa lebih jauh dan mendapat sebagaimana mahasiswa," ujar Nasrullah AR, anggota Komisi IV DPRD Kalsel dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Oleh karenanya, wakil rakyat dari PPP yang juga Sekjen Pimpinan Nasional Angkatan Muda Ka`bah (AMK) itu, tetap meminta instansi berwenang terkait agar menarik buku-buku bacaan berbau porno dari SD.

"Kita tak ingin anak-anak yang baru tumbuh rusak moralitasnya, karena dicekoki bacaan berbau porno. Sebab, sifat anak-anak secara umum cenderung mau meniru apa yang dia lihat atau bacan," demikian Nasrullah.

Sementara Ketua Komisi III bidang pembangunan dan infrastruktur DPRD Kalsel H Puar Junaidi, menyatakan, buku bacaan seperti Ada Duka Di Wibeng atau sejenisnya salah edar dan tak layak untuk anak-anak setingkat SD.

"Memang persoalan buku bacaan yang dianggap porno itu bukan bidang bahasan Komisi III DPRD Kalsel, tapi secara pribadi saya berpendapat, buku bacaan tersebut, mungkin baik bagi remaja sebagai salah satu media pendidikan seks (Sex Education) secara dini," ujarnya.

"Karena tujuan dasar/utama dari pendidikan seks secara dini agar generasi muda atau kaum remaja jangan masuk perangkap perbuatan yang terlarang itu, baik berdasarkan norma agama maupun hukum," lanjut politisi senior Partai Golkar tersebut.

Sedangkan Ibnu Sina, yang juga anggota Komisi III DPRD Kalsel dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), menyarankan, untuk pendidikan seks secara dini cukup dengan mempelajari ilmu fiq (fikih) Islam.

"Karena dalam fiq Islam tersebut dengan jelas, mana yang boleh dan mana yang terlarang," tandas Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PKS Kalsel, yang juga mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) itu.

Berbeda dengan pernyataan Humas FLP Kalsel Haris, yang keberatan atas anggapan buku-buku bacaan yang ditulis komunitasnya itu, porno, karena bisa mematikan karakter penulis atau mereka yang senang menulis.

Menurut juru bicara Pengurus FLP Kalsel itu, buku-buku bacaan yang ditulis komunitasnya bukan porno, tapi sebaliknya bersifat islami dan sudah lolos dari sensor.

Namun dia juga menyayangkan, buku seperti yang berjudul Ada Duka Di Wibeng, yang merupakan bacaan anak-anak remaja atau yang sudah menginjak dewasa itu salah edar, yaitu ke sekolah-sekolah dasar.

Menanggapi pernyataan Humas FLP Kalsel itu, Habib Sayid Hasan Al Habsyie, anggota Komisi IV DPRD Kalsel dari PKS, berpendapat, apapun alasannya, buku seperti Ada Duka Di Wibeng adalah porno dan dapat merusak moralitas generasi muda Islam.

Dengan nada tinggi, Habib itu menunjuk contoh yang berbau porno dan memberi peluang kepada pergaulan seks bebas, yaitu pada halaman 93 buku Ada Duka Di Wibeng, dengan kaliman "Asal Mua Sama Mau?

Oleh sebab itu, wakil rakyat dari PKS tersebut mengecam peredaran buku-buku yang berbau porno, apalagi sampai merambah SD tempat pendidikan generasi muda yang harus dilindungi bersama.

"Karena itu, saya tetap meminta agar buku-buku bacaan berbau porno ditarik dari peredaran, termasuk dari sekolah-sekolah SD. Begitu pula aparat berwenang terkait agar menindak, manakala ada unsur kesengajaan dalam peredaran buku porno tersebut," demikian Habib Hasan.

  Buku bacaan yang dianggap porno dan mendapat klarifikasi Pengurus FLP Kalsel, antara lain Ada Duka Di Wibeng, Tidak Hilang Sebuah Nama, Kembalinya Si Burung Camar dan Meniti Hari di Ottawa./Shn/D









Pewarta:

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2012