Banjarmasin, 6/8 (Antara) - Petani jamur asal Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah membentuk asosiasi petani jamur untuk membangun jaringan pemasaran dan permodalan serta pengembangan sektor jamur di dua provinsi tersebut.

Ketua Panitia pelaksanaan pertemuan asosiasi jamur Kalsel-Kalteng Habib Hamid di Banjaramsin, Minggu, mengatakan, melalui pembentukan asosiasi jamur tersebut, petani jamur di ke dua provinsi diharapkan lebih berdaya saing dan mampu saling membantu dalam menghadapi berbagai persoalan.

"Kami berharap, melalui terbentuknya asosiasi ini, berbagai persoalan yang dihadapi petani jamur bisa diatasi dan dicarikan jalan keluarnya bersama-sama," katanya.

Menurut Habib, pertemuan yang dilaksanaan di Banjarmasin ini, merupakan pertemuan yang pertamakalinya, diharapkan pertemuan tersebut akan menjadi program rutin, sehingga potensi jamur di kedua provinsi bisa berkembang lebih baik.

"Melalui pertemuan ini, para petani jamur bisa saling bertukar pengalaman dan informasi, termasuk tentang potensi pemasarannya," katanya.

Instruktur pengembangan jamur Hipni mengatakan, asosiasi sangat penting dibentuk, untuk membantu petani dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi.

Menurut Hipni, salah satu kendala yang kini sering dialami oleh petani jamur, terutama yang berada di daerah pedesaan adalah pemasaran dan permodalan.

Pada saat panen jamur melimpah, maka petani kesulitan untuk memasarkan jamur dengan harga yang sesuai di pasaran.

Apalagi, tidak sedikit petani yang terjerat oleh tengkulak, terutama untuk permodalannya, sehingga kondisi tersebut banyak merugikan, karena petani tidak bisa menjual jamur dengan harga maksimal.

"Melalui asosiasi ini, maka jaringan pemasaran jamur bisa dibentuk, selain itu juga permodalan bisa dibantu pemerintah. misalnya melalui kredit perbankan dengan bunga rendah dan tanpa agunan, seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR)," katanya.

Saat ini, potensi pasar jamur masih cukup luas, baik yang segar maupun olahan, dengan harga yang masih sangat menjanjikan.

Harga jamur di Banjarmasin pada tingkat petani, mencapai Rp25 ribu per kilogram, sedangkan eceran bisa mencapai Rp40 ribu per kilogram.

Salah seorang petani dari Banjarmasin, Brigadir Rusdy mengatakan, sejak dia menekuni pekerjaan sampingan sebagai petani jamur, maka ekonomi keluarga jauh lebih baik.

"Terutama untuk jajan anak, sekarang tidak terlalu memikirkan lagi, karena tiap hari bisa panen jamur," kata Rusdy yang juga anggota Polresta Banjarmasin, yang kini memiliki 400 baglog jamur tersebut.

Hal yang sama juga disampaikan petani jamur asal Kalimantan Tengah H Abdul Ghofur, yang mengatakan, saat ini penghasilan dari petani jamur cukup menjanjikan.

Menurut petani yang kini memiliki 4 ribu baglog tersebut, sejak menjadi petani jamur, kehidupan ekonomi rumah tangganya berangsur membaik.

"Namannya usaha pasti ada pasang surutnya, namun hasilnya sangat lumayan," katanya.

Selain menjual jamur segar, kini dia juga mengembangkan jamur krispi dan berbagai makanan olahan dari jamur lainnya, yang hasilnya juga sangat memuaskan.

"Saat panen jamur "banjir", jamur yang ada kami jadikan makanan olahan, dan hasilnya lumayan menjanjikan," katanya.  

 

Pewarta: Latif Thohir

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018