Barabai, (Antaranews Kalsel) - Memasuki bulan Syawal atau sehabis lebaran idul fitri biasanya banyak kita temukan acara perkawinan di berbagai desa maupun perkotaan.

Kebiasaan para ibu-ibu di desa adalah bergotong royong membantu memasak menyiapkan menu hidangan atau makanan untuk para tamu undangan perkawinan.

Yang tidak pernah ketinggalan menu dihidangkan oleh masyarakat Kalimantan Selatan khususnya Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) adalah soto banjar dan gado-gado.

Disamping cara membuatnya yang mudah dan praktis, biaya atau harga bahan-bahannya juga cukup murah dibandingkan menu makanan dari ikan lainnya.

Dalam gotong-royong tersebut, terdapat tradisi menarik yang dilakukan oleh ibu-ibu di Desa Durian Gantang, Kecamatan Labuan Amas Selatan Kabupaten HST yaitu bekerjasama yang dalam bahasa banjar disebut dengan manamak nasi lambik atau menumbuk nasi lembik hingga mengeras untuk bahan nasi soto atau gado-gado.

Kalau biasanya membuat lontong atau ketupat menggunakan daun pisang dan kelapa ataupun juga menggunakan media kantong plastik untuk membungkus nasi, para ibu-ibu ini justru mengolahnya lebih mudah dan praktis.

Caranya adalah setelah nasi yang dimasak dan telah dicampur dengan garam tersebut mulai terlihat matang, maka harus diaduk bersama-sama agar tidak gosong.

Setelah matang dan lagi hangat-hangatnya nasi dibuat ke dalam wadah yang telah diolesi minyak goreng dan harus ditamak (ditekan) dengan tangan diratakan dengan cepat hingga nasi mengeras.

Dalam menamak diperlukan kecepatan karena kalau nasi sudah dingin maka sulit untuk disatukan ataupun dikeraskan dan kalau dipotong-potong nantinya hancur.

Agar tidak kepanasan saat menamak nasi maka tangan harus menggunakan lap yang dibungkus plastik ataupun alat lainnya.

Setelah nasi lembik terlihat dingin dan mengeras, wadah sudah bisa dilepaskan dan nasi siap untuk dipotong kecil-kecil untuk bahan membuat soto maupun gado-gado.

Menurut salah satu warga Durian Gantang, Timah menyampaikan cara seperti itu jauh lebih praktis dan hemat bahan bakar karena cuma sekali saja memasaknya dan lebih cepat.

"Cuma diperlukan banyak orang untuk menamak nasinya agar tidak sempat dingin," katanya.

Dibandingkan menggunakan media daun atau bungkus plastik memang bisa dikerjakan 1 sampai 2 orang saja namun prosesnya lebih lama dalam memasak.

Cara seperti ini sudah dilakukan oleh warga sampai ke Kota Barabai, untuk rasanya tidak berbeda jauh dengan olahan lontong yang dibungkus daun dan itu tergantung bumbu atau rempah-rempah yang diinginkan.

Disamping memudahkan warga, cara tersebut menurutnya juga lebih mempererat silaturahmi dan kerukunan warga karena harus dilakukan secara bersamaan atau gotong royong.

Berikut cara pembuatannya:
   

Pewarta: M. Taupik Rahman

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018