Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Bank Indonesia Wilayah Kalimantan Selatan mendorong pondok pesantren untuk menjadi pusat industri berbasis syariah dan pusat pertumbuhan ekonomi baru di Kalimantan Selatan.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Selatan Herawanto di Banjaramasin Kamis, mengatakan potensi pesantren untuk menjadi pusat ekonomi syariah akan mendorong pertumbuhan ekonomi Kalsel sangat besar.
Saat ini, jumlah pesantren di Kalsel, mencapai 242 pesantren. Jumlah tersebut terbanyak se Kalimantan dengan jumlah santri mencapai ribuan bahkan jutaan.
"Pondok pesantren merupakan potensi besar, untuk dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi syariah," kata Herawanto.
Secara nasional program penguatan ekonomi syariah dalam jalur halal antara lain melalui kemandirian ekonomi pesantren menjadi salah satu program strategis Bank Indonesia.
Saat ini, upaya mengembangkan kemandirian ekonomi di pesantren tersebut telah mencakup 63 pesantren di 31 wilayah Indonesia pada 2017 dan ditargetkan menjadi 100 pesantren pada 2018.
Pimpinan Pondok Pesantren Darul Hijrah Cindai Alus, KH Zarkasyi Hasbi yang diundang Bank Indonesia, sebagai narasumber seminar tentang pengembangan ekonomi dan keuangan syariah mengatakan, pondok pesantren menjadi pusat bisnis yang tidak pernah mengalami kerugian.
Menurut dia, selama ini Ponpes Darul Hijrah, telah mampu meningkatkan kesejahteraan guru maupun pengelola lainnya, melalui bisnis yang dikembangkan, dikelola dan dikonsumsi oleh masyarakat ponpes sendiri.
"Kebutuhan pangan di Ponpes cukup besar, karena santri yang mondok jumlahnya cukup banyak, mencapai ribuan," katanya.
Jumlah tersebut, menjadi potensi perputaran ekonomi yang cukup menjanjikan, bila dikelola dengan baik dan benar.
Selain mengajar, tambah dia, para guru juga memiliki bisnis masing-masing, sesuai dengan kebutuhan santri.
Seperti setiap hari, santri perlu lauk ikan, maka sebagian guru mengelola bisnis tambak ikan, begitu juga dengan kebutuhan beras, pondok juga memiliki penggilingan padi sendiri.
Selain, itu juga ada usaha pendukung yang cukup menjanjikan, seperti usaha burung sarang walet, yang hasilnya untuk membiayai operasional pesantren.
"Cukup banyak usaha yang telah kami kembangkan, dan hampir semua usaha, tidak pernah merugi," katanya.
Beberapa usaha tersebut, seperti tambak ikan, percetakan, air mineral, teh, roti, slep padi, toko bahan bangunan, sentral oleh-oleh, dan lainnya.
Sedangkan usaha santri, antara lain koperasi pelajar, kantin, dapur pelajar, loundry, wisma tamu.
Usaha guru, sarang walet, ternak sapi dan pemasuk ikan, telor, ayam, sayuran, dan usaha koperasi guru, travel ziarah dan lesehan.
Selain menghadirkan pimpinan Ponpes, BI juga menghadirkan desainer baju muslimah asal Kalsel, yang kini telah dikenal sebagai desainer bertaraf internasional, Vivi Zubaidi dan pengelola hotel syariah Grand Dafam Martapura.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Selatan Herawanto di Banjaramasin Kamis, mengatakan potensi pesantren untuk menjadi pusat ekonomi syariah akan mendorong pertumbuhan ekonomi Kalsel sangat besar.
Saat ini, jumlah pesantren di Kalsel, mencapai 242 pesantren. Jumlah tersebut terbanyak se Kalimantan dengan jumlah santri mencapai ribuan bahkan jutaan.
"Pondok pesantren merupakan potensi besar, untuk dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi syariah," kata Herawanto.
Secara nasional program penguatan ekonomi syariah dalam jalur halal antara lain melalui kemandirian ekonomi pesantren menjadi salah satu program strategis Bank Indonesia.
Saat ini, upaya mengembangkan kemandirian ekonomi di pesantren tersebut telah mencakup 63 pesantren di 31 wilayah Indonesia pada 2017 dan ditargetkan menjadi 100 pesantren pada 2018.
Pimpinan Pondok Pesantren Darul Hijrah Cindai Alus, KH Zarkasyi Hasbi yang diundang Bank Indonesia, sebagai narasumber seminar tentang pengembangan ekonomi dan keuangan syariah mengatakan, pondok pesantren menjadi pusat bisnis yang tidak pernah mengalami kerugian.
Menurut dia, selama ini Ponpes Darul Hijrah, telah mampu meningkatkan kesejahteraan guru maupun pengelola lainnya, melalui bisnis yang dikembangkan, dikelola dan dikonsumsi oleh masyarakat ponpes sendiri.
"Kebutuhan pangan di Ponpes cukup besar, karena santri yang mondok jumlahnya cukup banyak, mencapai ribuan," katanya.
Jumlah tersebut, menjadi potensi perputaran ekonomi yang cukup menjanjikan, bila dikelola dengan baik dan benar.
Selain mengajar, tambah dia, para guru juga memiliki bisnis masing-masing, sesuai dengan kebutuhan santri.
Seperti setiap hari, santri perlu lauk ikan, maka sebagian guru mengelola bisnis tambak ikan, begitu juga dengan kebutuhan beras, pondok juga memiliki penggilingan padi sendiri.
Selain, itu juga ada usaha pendukung yang cukup menjanjikan, seperti usaha burung sarang walet, yang hasilnya untuk membiayai operasional pesantren.
"Cukup banyak usaha yang telah kami kembangkan, dan hampir semua usaha, tidak pernah merugi," katanya.
Beberapa usaha tersebut, seperti tambak ikan, percetakan, air mineral, teh, roti, slep padi, toko bahan bangunan, sentral oleh-oleh, dan lainnya.
Sedangkan usaha santri, antara lain koperasi pelajar, kantin, dapur pelajar, loundry, wisma tamu.
Usaha guru, sarang walet, ternak sapi dan pemasuk ikan, telor, ayam, sayuran, dan usaha koperasi guru, travel ziarah dan lesehan.
Selain menghadirkan pimpinan Ponpes, BI juga menghadirkan desainer baju muslimah asal Kalsel, yang kini telah dikenal sebagai desainer bertaraf internasional, Vivi Zubaidi dan pengelola hotel syariah Grand Dafam Martapura.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018