Banjarmasin, 20/12 (Antara) - Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Banjarmasin Mukhyar, melarang masyarakat agar jangan mengonsumsi air Sungai Pekapuran, sebab terlihat hitam pekat dan diduga banyak mengandung bakteri e-coli.

"Bahkan untuk kegunaan mandi, cuci dan kakus (MCK) saja saya sarankan jangan menggunakan air Sungai Pekapuran itu, karena terlihat sudah tercemar dengan dilihat warnya yang menghitam," ujar Mukhyar saat berada di dewan kota, Rabu.

Menurut dia, tidak hanya Sungai Pekapuran, namum juga banyak sungai lainnya di daerah pemukiman masyarakat yang tidak patut lagi digunakan, karena mengalami kekeruhan berat yang diduga sudah sangat tercemar bakteri e-coli.

"Kita sudah melakukan pengujian kualitas air disejumlah sungai termasuk Sungai Pekapuran ini secara berkala, memang sudah ada yang tercemar e-coli tinggi," paparnya.

Mukhyar berharap, masyarakat lebih teliti dalam memanfaatkan air sungai untuk keperluan sehari-hari, sebab kalau sembarangan akan membahayakan kesehatan, diantaranya diserang diare akibat mengonsumsi air yang mengandung bakteri e-coli ini.

"Tercemarnya sungai-sungai kita ini tidak terlepas pembuangan air limbah rumah tangga yang langsung ke sungai, ditambah lagi masih banyaknya warga tidak menyadari untuk membuang sampah pada tempatnya, malah membuangnya ke sungai," paparnya.

Menurut dia, Kota Banjarmasin yang memiliki sekitar 102 sungai aktif hampir tidak ada yang terbebas dari bangunan warga yang menutupi bagiannya, akibatnya limbah rumah tangga mengalir kesungai, yang mengakibatkan pencemaran berat.

"Belum lagi limbah BAB, sebab masih banyak jamban atau tempat BAB di sungai saat ini di daerah kita, ini yang terus kita upayakan agar dihilangkan," tutur Mukhyar.

Memang dari pantauan, Sungai Pekapuran yang masuk daerah Banjarmasin Selatan, terus dimanfaatkan warga baik untuk cuci, mandi maupun kakus.

Seorang warga Pekapuran bernama Iwan mengaku, terpaksa menggunakan air sungai tersebut untuk menghemat konsumsi air PDAM. Meski lanjutnya, warga melihat langsung kondisi air sungai yang kotor dan berbau.

"Sampah juga masih banyak, airnya bau dan berwarna keruh kehitaman," ujarnya.

Namun demikian, katanya, mereka sudah terbiasa menggunakan air tersebut di luar untuk keperluan konsumsi.

"Digunakan untuk mencuci saja, juga untuk buang air di jamban," ucapnya.*

Pewarta: Sukarli

Editor : Asmuni Kadri


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017