Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kalimantan Selatan mengungkap data bahwa 30 persen produk mainan anak yang dijual di beberapa toko mainan di provinsi ini belum berstandar nasional Indonesia (SNI).

Kepala Seksi Pengawasan Barang dan Jasa Disperindag Kalsel Royani usai merazia beberapa toko mainan di Banjarmasin bersama Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Kalsel di Banjarmasin, Senin, mengungkapkan, sebagian besar mainan yang belum ber-SNI merupakan produk impor.

"Hampir 30 persen produk mainan impor yang dijual di beberapa toko mainan anak di Banjarmasin belum ber-SNI," katanya.

Beberapa pemilik toko, antara lain yang berada di jalan Kolonel Sugiono Banjarmasin mengungkapkan, sebagian besar mainan tersebut didatangkan dari Pulau Jawa.

"Kami akan melakukan pengawasan kusus terhadap penjualan mainan tidak ber-SNI, karena dikhawatirkan bisa membahayakan anak-anak," katanya.

Terhadap produk-produk tersebut, tambah dia, pihaknya belum melakukan penyitaan, hanya memberikan teguran, karena kegiatan ini merupakan bentuk sosialisasi untuk mengedukasi para pedagang.

Diharapkan, tambah dia, para pedagang tidak menjual produk yg belum ber-SNI, karena dikhawatirkan, terbuat dari bahan berbahaya.

"Kami minta para pedagang juga tidak memajang atau menjual seluruh mainan tersebut, kami akan memberikan pengawasan khusus," katanya.

Pemerintah melalui Disperindag dan YLKI Kalsel, akan terus memantau dan melarang penjualan mainan tersebut.

Apabila ada pedagang yang masih bandel, pihaknya akan melakukan tindakan tegas, menjerat dengan UU nomer 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, dengan ancaman penjara maksimal lima tahun dan denda mencapai Rp2 miliar.

Beberapa pedagang mengaku sudah mengetahui adanya larangan penjualan produk tanpa SNI tersebut, namun karena takut kalah bersaing, akhirnya mereka melanggar larangan itu.

Menurut beberapa pedagang, saat distributor menawarkan, mereka mengaku bahwa produknya sudah ber-SNI, produk-produk tersebut, juda dijual di toko mainan lainnya, termasuk di kota-kota besar.

"Kami lihat toko di kota besar seperti Surabaya dan Jakarta juga menjual produk-produk serupa sehingga kalau kami tidak menjual, akan ketinggalan model," katanya.

Pewarta: Latif Thohir

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017