Kotabaru,  (Antaranews Kalsel) - Pendapatan petani plasma kelapa sawit pada tiga kecamatan di Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan tiga bulan terakhir mengalami fluktuatif.

"Sudah menjadi hal yang biasa, apabila pendapatan plasma sawit tidak stabil, karena terpengaruh banyak faktor," kata Wakil Sekretaris Koperasi Unit Desa (KUD) Gajah Mada Narso, Kamis.

Faktor yang mempengaruhi di antaranya hasil atau berat panen tandan buah segar (TBS), harga TBS dan CPO, biaya transportasi yang menggunakan dasar jarak kebun dengan pabrik kelapa sawit atau crude palm oil (CPO), tahun tanam, dan upah kerja.

Dia menjelaskan, hampir dapat dipastikan bahwa dalam satu tahun yang berisi 12 bulan, terdapat beberapa bulan terjadi penyusutan hasil TBS, sehingga menyebabkan pendapatan petani anggota KUD yang memiliki kebun plasma juga turun.

Dia menyebutkan, untuk pendapatan plasma September 2017 Desa Telagasari sebesar Rp2,2 juta per ha, Mandala sebesar Rp2,4 juta per ha, Sukamaju Rp2,35 juta per ha, Pelajau Baru sebesar Rp2 juta per ha, dan Pulau Panci sebesar Rp2 juta per ha.

Lalu, Seikupang Jaya sebesar Rp2,6 juta per ha, Sangking Baru sebesar Rp2,2 juta per ha, Sei Nipah sebesar Rp2,2 juta per ha, Pantai Baru sebesar Rp2,5 juta per ha, Bumi Asih sebesar Rp2,3 juta per ha, Pemblacanan sebesar Rp2,5 juta per ha, Sidomulyo sebesar Rp2,6 juta, dan Cantung sebesar Rp2,6 juta per ha.

Sebanyak 13 desa tersebut berada di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Kelumpang Selatan, Kecamatan Kelumpang Hulu, dan Kecamatan Kelumpang Hilir.

Sementara periode Juli yang diserahkan Agustus 2017 pendapatan plasma berkisar Rp1 juta hingga Rp3,2 juta per hektare. Hasil plasma kelapa sawit untuk Desa Telagasari sebesar Rp1 juta/ha, Mandala Rp1,5 juta/ha, dan Sukamaju Rp2,5 juta/ha.

Kemudian, Pelajau Baru Rp2 juta/ha, Pulau Panci Rp2 juta/ha, Seikupang Jaya sebesar Rp3,2 juta/ha, Sangking Baru Rp3,2 juta/ha, Pantai Baru Rp1,8 juta/ha, Bumi Asih Rp1,8 juta/ha, Pemblacanan Rp2 juta/ha, Sei Nipah Rp 3,2 juta/ha, Sidomulyo Rp2,5 juta/ha, dan Cantung Rp2,5 juta/ha.

Pewarta: Imam Hanafi

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017