Kotabaru (Antaranews Kalsel) - Pegulat-pegulat Kabupaten Kotabaru, berhasil menyumbang tujuh medali pada ajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Kalimantan Selatan X di Kabupaten Tabalong, Kalsel.


Pelatih cabang olahraga gulat Hermansyah di Kotabaru, Kalsel, Rabu, mengatakan anak didiknya mampu menyumbangkan tujuh medali buat Kotabaru setelah berjuang keras menghadapi atlet berskala nasional dan internasional.

"Tujuh medali tersebut yakni satu medali emas, dan medali perak serta perunggu masing-masing tiga buah," katanya.

Satu medali emas disumbangkan oleh Rendi Aditya pada kelas 74 kilogram, tiga medali perak disumbangkan oleh Edi Yulianta kelas 98 kg, Siska Wahyuni Alfia kelas 48 kg, dan Asniaji kelas 75 kg.

Sedangkan tiga medali perunggu disumabngkan oleh Herman Jayadi kelas 80 kg, Dahlan kelas 48 kg dan Dimas satria kelas 61 kg.

Hermansyah mengakui, bahwa anak didiknya belum bisa mewujudkan target cabang gulat meraih dua medali emas, empat perak dan enam perunggu.

Hal itu disebabkan lawan yang dihadapi berasal dari atlet Pekan Olahraga Nasional (PON) dan Southeast Asian (SEA) Games.

"Ada beberapa kabupaten dan kota yang menurunkan atlet PON dan SEA Games, dan itu membuat anak didik kami kewalahan," kata Hermansyah.

Ia berharap, penyelenggara membatasi kabupaten dan kota untuk tidak menerjunkan atlet PON dan SEA Games. Karena ajang Porprov ini adalah ajang mencari bibit-bibit olahraga yang berbakat.

"Seandainya atlet PON dan SEA Games itu tetap diterjunkan, hendaknya pada kelas yang berbeda atau dibuat tersendiri, sehingga bibit-bibit olahraga berbakat ini bisa muncul," terangnya.

Sebelumnya, Ketua Cabang Olahraga Gulat Usman D Pahero, menambahkan KONI Kotabaru pada Porprov Kalsel X di Kabupaten Tabalong menurunkan sekitar 18 atlet cabor gulat, dengan mengikuti 14 kelas.

Terpisah, Sekretaris Komite Olahraga Nasional Indonesia Kotabaru Rony Syafriansyah, mengemukakan atlet-atlet asal Kotabaru, menghadapi atlet SEA Games dan PON pada Porprov Kalimantan Selatan X di Kabupaten Tabalong.

"Inilah yang menjadi kendala sulitnya mencari bibit-bibit olahragawan yang potensial, karena ada pihak yang masih menerjunkan atlet berskala nasional dan internasional," terang dia.

Idealnya, atlet-atlet yang sudah diturunkan pada ajang internasional tidak lagi diturunkan pada pekan olahraga provinsi, sehingga bibit-bibit atlet daerah yang potensial bisa muncul ke permukaan tidak tertutupi oleh mereka yang sudah sukses di SEA Games atau yang lainnya.

"Iya sih mereka "oknum" (atlet SEA Games) hanya berburu dolar, kurang peduli terhadap kemajuan olahraga," tandasnya.

Menurut Rony yang juga Wakil Ketua Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Paris Barantai Kotabaru, idealnya pengelola olahraga bisa belajar dari Jawa Timur atau yang lainnya.

"Di Jawa Timur tidak sepi dengan bibit-bibit atlet baru yang profesional. Seperti Malang, misalnya, pengelola tidak lagi menerjunkan atlet yang berskala nasional maupun internasional di ajang Porprov," Rony menjelaskan.

Atlet-atlet yang diturunkan mengikuti Porprov yang digelar setiap dua tahun sekali bagi pemerintah daerah setempat, hanya diikuti oleh atlet kelompok umur yang masih pelajar.

Pewarta: Imam Hanafi

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017