Amuntai, (Antaranews Kalsel) - Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Kalimantan Selatan, terus berupaya meningkatkan kualitas lingkungan antara lain dengan mendorong sekolah untuk masuk dalam program Adiwiyata.
Tim pembina Adiwiyata dari Dinas Pendidikan, Misran di Amuntai, Selasa mengatakan, perlu komitmen, perilaku budaya lingkungan dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai di sekolah agar program Adiwiyata secara konsisten dilakukan.
Menurut dia, Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara melalui Dinas Pendidikan dan Dinas Perumahan, Kawasan Pemukiman dan Lingkungan Hidup, berupaya agar lebih banyak sekolah Adiwiyata dari daerahnya yang bisa penilaian sekolah Adiwiyata tingkat provinsi dan nasional.
"Sebenarnya ada beberapa sekolah yang sudah mendekati persyaratan Adiwiyata hanya saja belum mendapat pembinaan secara khusus," katanya.
Saat ini baru SMK 2 yang menyandang status Sekolah Adiwiyata Nasional dan tiga sekolah lainnya, yang sedang diusulkan mendapatkan Adiwiyata ke tingkat Nasional, yakni SMP 3 Sungai Pandan, SMA 2 Amuntai dan SMA 1 Paminggir.
Misran mengatakan, pihaknya kadang minder dengan Pemerintah Kabupaten/kota lain misalnya Kabupaten Banjar yang bisa sampai mengajukan puluhan sekolah, untuk mengikuti penilaian Adiwiyata ke tingkat provinsi, sedangkan Kabupaten HSU hanya bisa mengajukan beberapa sekolah yang sudah memenuhi persyaratan Adiwiyata.
Ia mengaku salut kepada SMK 2, yang tetap konsisten melaksanakan program Adiwiyata meski sekarang pembinaan bidang SLTA sudah tidak dibawah Dinas Pendidikan Kabupaten HSU.
Ia sadar Kepala SMK2 dan dewan gurunya memiliki tanggung jawab besar sebagai sekolah peraih Adiwiyata Nasional untuk tetap membina sekolah lain di Kabupaten HSU agar bisa juga menjadi sekolah Adiwiyata.
Dikatakan dia, secara tak sadar sekolah-sekolah sebenarnya sudah melaksanakan kegiatan Adiwiyata misalnya dalam penganggaran melalui RKAS sebanyak 20 persen mencantumkan anggaran Adiwiyata seperti membeli alat kebersihan, pengadaan tanaman hias dan lainnya, namun arahnya belum mengarah pada lingkungan hidup.
Sedangkan Untuk tingkat SLTP, katanya, baru SMPN 3 Sungai Pandan yang mampu meraih status sebagai sekolah Adiwiyata tingkat Provonsi Kalimantan Selatan.
Padahal sekolah ini berada di wilayah kecamatan, Apalagi SMAN 1 Paminggir yang berada di wilayah terpencil di kawasan perairan rawa sudah mampu meraih Adiwiyata provinsi.
"Seandainya kepala SMA 1 Paminggir dan para guru pasrah saja dengan kondisi alam diperairan rawa tentu predikat Adiwiyata belum tercapai hingga sekarang," katanya.
Misran memotivasi para kepala sekolah dan guru agar lebih kreatif dalam menjalankan program Adiwiyata dengan menggunakan anggaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Apalagi, katanya, bagi sekolah yang sudah juara sebagai sekolah sehat sudah memenuhi beberapa persyaratan untuk menjadi sekolah Adiwiyata hanya perlu beberapa pembenahan.
Tim pembina Adiwiyata dari Dinas Pendidikan, Misran di Amuntai, Selasa mengatakan, perlu komitmen, perilaku budaya lingkungan dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai di sekolah agar program Adiwiyata secara konsisten dilakukan.
Menurut dia, Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara melalui Dinas Pendidikan dan Dinas Perumahan, Kawasan Pemukiman dan Lingkungan Hidup, berupaya agar lebih banyak sekolah Adiwiyata dari daerahnya yang bisa penilaian sekolah Adiwiyata tingkat provinsi dan nasional.
"Sebenarnya ada beberapa sekolah yang sudah mendekati persyaratan Adiwiyata hanya saja belum mendapat pembinaan secara khusus," katanya.
Saat ini baru SMK 2 yang menyandang status Sekolah Adiwiyata Nasional dan tiga sekolah lainnya, yang sedang diusulkan mendapatkan Adiwiyata ke tingkat Nasional, yakni SMP 3 Sungai Pandan, SMA 2 Amuntai dan SMA 1 Paminggir.
Misran mengatakan, pihaknya kadang minder dengan Pemerintah Kabupaten/kota lain misalnya Kabupaten Banjar yang bisa sampai mengajukan puluhan sekolah, untuk mengikuti penilaian Adiwiyata ke tingkat provinsi, sedangkan Kabupaten HSU hanya bisa mengajukan beberapa sekolah yang sudah memenuhi persyaratan Adiwiyata.
Ia mengaku salut kepada SMK 2, yang tetap konsisten melaksanakan program Adiwiyata meski sekarang pembinaan bidang SLTA sudah tidak dibawah Dinas Pendidikan Kabupaten HSU.
Ia sadar Kepala SMK2 dan dewan gurunya memiliki tanggung jawab besar sebagai sekolah peraih Adiwiyata Nasional untuk tetap membina sekolah lain di Kabupaten HSU agar bisa juga menjadi sekolah Adiwiyata.
Dikatakan dia, secara tak sadar sekolah-sekolah sebenarnya sudah melaksanakan kegiatan Adiwiyata misalnya dalam penganggaran melalui RKAS sebanyak 20 persen mencantumkan anggaran Adiwiyata seperti membeli alat kebersihan, pengadaan tanaman hias dan lainnya, namun arahnya belum mengarah pada lingkungan hidup.
Sedangkan Untuk tingkat SLTP, katanya, baru SMPN 3 Sungai Pandan yang mampu meraih status sebagai sekolah Adiwiyata tingkat Provonsi Kalimantan Selatan.
Padahal sekolah ini berada di wilayah kecamatan, Apalagi SMAN 1 Paminggir yang berada di wilayah terpencil di kawasan perairan rawa sudah mampu meraih Adiwiyata provinsi.
"Seandainya kepala SMA 1 Paminggir dan para guru pasrah saja dengan kondisi alam diperairan rawa tentu predikat Adiwiyata belum tercapai hingga sekarang," katanya.
Misran memotivasi para kepala sekolah dan guru agar lebih kreatif dalam menjalankan program Adiwiyata dengan menggunakan anggaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Apalagi, katanya, bagi sekolah yang sudah juara sebagai sekolah sehat sudah memenuhi beberapa persyaratan untuk menjadi sekolah Adiwiyata hanya perlu beberapa pembenahan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017