Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Gubernur Kalimantan Selatan H Sahbirin Noor menyatakan keinginannya agar daerahnya menjadi tuan rumah penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI pada 2024.

Ia menyatakan serius mengupayakan agar daerahnya bisa terpilih menjadi tuan rumah perhelatan akbar olahraga tertinggi di Indonesia tersebut setelah PON XX/2020 di Provinsi Papua.

Untuk memuluskan niat itu, Gubernur Sahbirin pun tak putus-putusnya menggaungkan ke kalayak umum, tidak hanya di lingkup pesta olahraga daerah, tapi juga pada acara resmi menyangkut keolahragaan berskala nasional.

Sebagaimana pada kegiatan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Seksi Olahraga Wartawan Indonesia (SIWO) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang dihelat di Banjarmasin penghujung 2016, Gubernur yang membuka acara menyampaikan keinginan Kalsel menjadi tuan rumah PON tersebut.

Bak gayung bersambut, seluruh peserta Rakornas SIWO PWI menyepakati dukungan terhadap Kalsel untuk menjadi tuan rumah PON 2024, bahkan ini dituangkan sebagai rekomendasi hasil Rakornas untuk diperjuangkan ke pusat.

Tentunya, kepercayaan SIWO PWI seluruh Indonesia tersebut memiliki dasar, di mana Kalsel pernah sukses menjadi tuan rumah perhelatan akbar Pekan Olahraga Wartawan Nasional (Porwanas) XI pada 2013.

Provinsi Kalsel memang dalam catatan sejarahnya belum pernah menggelar kegiatan akbar olahraga sekelas PON. Sejak PON pertama digelar di Kota Praja Surakarta 9-12 September 1948.

Kemudian setiap tanggal 9 September itu menjadi hari bersejarah bagi dunia olahraga Indonesia, hingga menjadi peringatan Hari Olahraga Nasional.

Meski tidak pernah menyelenggarakan kegiatan olahraga bersifat kolosal seperti PON tersebut, tapi per cabang olahraga yang bertarap nasional pernah diselenggarakan di provinsi yang akan berusia 67 tahun ini tepatnya pada 14 Agustus 1950-2017.

Artinya, untuk penyelenggaraan kegiatan olahraga yang bersifat nasional tidak terlalu asing lagi bagi provinsi yang memiliki 13 kabupaten/kota ini.

Untuk kegiatan umum pun, daerah Kalsel saat ini menjadi banyak dipilih lembaga negara dan kementerian sebagai tempat melaksanakan kegiatan nasional, sebab sarana penunjangnya sudah memadai.

Di antaranya pada sektor perhotelan, di wilayah Kalsel utamanya di ibu kota provinsi, yakni Banjarmasin, sudah sangat banyak sarana akomodasi, hingga yang berlabel internasional.

Tidak hanya itu, sarana penunjang lainnya pula seperti bandar udara, Kalsel memiliki Bandara Syamsuddin Noor yang akan dibangun berstandar internasional. Wakil Presiden Jusuf Kalla sudah meresmikan peletakan batu pertamanya pada 2015.

Untuk sarana trasportasi umum, kemungkinan pada 2024 sudah sangat bagus, sebab pembenahan sektor transportasi umum ini sudah masuk program andalan Banjarbakula.

Banjarbakula merupakan singkatan rencana kota metropolitan Kalsel yang meliputi lima daerah, yakni Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten Barito Kuala.

Program kota metropolitan Kalsel yang digaungkan sejak tahun 2012 itu menyangkut segala bidang yang sifatnya regional termasuk pembenahan infrastruktur jalan dan jembatan antar-kabupaten/kota.

Di bagian lain tentang pariwisata, Kalsel juga tidak kalah memiliki khazanah objek wisata yang menarik, seperti wisata alam di perkampungan suku Dayak Loksado di Hulu Sungai Selatan (HSS) yang ada pula balanting Paring (Bamboo Rafting).

Tidak kalah terkenalnya adalah objek wisata Pasar Terapung di Sungai Kuin Banjarmasin dan Lokbaintan Kabupaten Banjar yang sudah mendunia, dan tempat wisata cendera mata di Kota "Intan" Martapura.

Banyak lagi sebenarnya wisata yang bisa dinikmati di Kalsel baik wisata pantai dan bawah laut salah satunya pantai wisata Sambar Gelap Kotabaru atau melihat keindahan Sungai Martapura di siring Kota Banjarmasin.

Dari segi kuliner, Kalsel memiliki makanan khas yang sayang kalau tidak dinikmati saat berkunjung, di antaranya Ketupat Kandangan, nasi kuning, lontong, pais baung, iwak saluang dan papuyu baubar.

Untuk jajanan, di antaranya ada kelalapon khas Martapura, wadai bingka Banjar, pettah khas Martapura, dodol khas Kandangan, rempe khas Binuang, apam khas Barabai dan amparan tatak Banjar.

Dari semua ini, tentunya Kalsel bisa menjadi perhatian serius bagi pemilik suara yang bisa menentukan penyelenggaraan PON setelah di provinsi Papua pada 2020.

Pertimbangan yang besar juga patut dipilihnya Kalsel menjadi penyelenggara PON 2024 adalah letak dalam peta nusantara berada di wilayah tengah, hingga semua provinsi akan lebih murah biaya trasportasinya, tidak seperti ke Provinsi Papua tentunya.

Kalsel tentunya harus berjuang keras untuk meyakinkan insan olahraga nasional setelah PON di Papua, sebab banyak daerah lain yang juga mengincar untuk menjadi tuan rumah PON 2024, diantara Provinsi Aceh yang hampir sama dengan Papua sebagai daerah istimewa.

Bahkan dikabarkan Kepulauan Riau, Provinsi yang memiliki kepariwisataan kelas dunia, yakni, Bali. Sangat berat persaingan Kalsel kalau dilihat demikian, tapi tekad bulat insan olahraga di daerah ini kalau bisa saling dukung hingga mencapai persatuan kata, diyakini akan bisa sukses.



Belajar ke Jawa Barat

Tekad Kalsel untuk bisa menjadi tuan rumah PON 2024 tidak main-main, bahkan dalam memantapkan persiapannya, Pemerintah Provinsi Kalsel belajar ke Jawa Barat (Jabar) sebagai penyelenggara PON XIX/2016.

Utusan Pemprov Kalsel mempelajari kesuksesan Jabar menjadi tuan rumah PON dipimpin Asisten Bidang Administrasi Umum beserta instansi terkait seperti Biro Humas dan Protokol serta Dinas Pemuda dan Olahraga sekitar akhir April ini.

Karo Humas Pemprov Kalsel Kurnadiansyah menyatakan, detail persiapan Jabar menyongsong menjadi tuan rumah PON XIX/2016 menjadi fokus yang dipelajari dan diambil pengalamannya, agar Kalsel bisa mendapat gambaran jelas.

Menurut dia, Kalsel ingin mengetahui secara pasti, berbagai persiapan yang harus dilakukan dan langkah-langkah yang ditempuh oleh pemerintah agar cita-cita tersebut bisa terlaksana sesuai harapan dan keinginan.

Selebihnya, tambah dia, persiapan fisik, antara lain adalah infrastruktur pertandingan, mulai dari stadion, tempat bertanding dan berbagai persiapan pendukung lainnya.

Menurut dia, Jabar melakukan persiapan selama lima tahun, sedangkan Kalsel memiliki waktu sekitar tujuh tahun dari sekarang, sehingga diyakini bisa sukses.

Dari pengalaman yang telah dilaksanakan Jabar, ungkapnya, persiapan pelaksanaan PON bisa dilakukan dengan baik, berkat kerja sama pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten dan kota.

Artinya, seluruh persiapan sarana prasarana pertandingan, tidak hanya dilakukan oleh pemerintah provinsi, tetapi harus dilakukan bersama dengan 13 kabupaten dan kota di Kalimantan Selatan, bahkan bisa ditambah dengan swasta.

Kurnadiansyah mengatakan, pihaknya akan memberikan masukan kepada Gubernur Sahbirin Noor, untuk membentuk tim, agar bisa mengawal seluruh persiapan penyelenggaraan PON 2024.

Bila keinginan tersebut mendapatkan dukungan dari seluruh pihak, termasuk kabupaten dan kota, bukan hal yang tidak mungkin, pada 2024 Kalsel akan benar-benar menjadi tuan rumah pelaksanaan olahraga nasional yang terakbar tersebut.



Sarana Olahraga

Berbicara PON, tidak lepas dari kesiapan venues atau arena/sarana olahraga yang harus dimiliki daerah penyelengara, minimal berstandar nasional.

Kalau dilihat kenyataannya sekarang di Kalsel hanya sebagian kecil sarana olahraga yang memiliki standar nasional, di mana ini menjadi Pekerjaan Rumah (PR) bagi Pemerintah Provinsi Kalsel untuk bergerak cepat membenahinya.

Terkait ini, pemerintah provinsi memang sudah mulai merencanakan akan membangun sport center atau pusat olahraga, di mana tiga alternatif lokasi dipilih, yakni di daerah Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar dan Barito Kuala (Batola).

Keseriusan Pemerintah Provinsi Kalsel membangun sport center ini dengan dianggarkannya tahun ini sebesar Rp150 miliar untuk pembebasan lahannya yang ditaksir seluas 200 hektare.

Semangat pemerintah provinsi membangun sport center memang bisa diacungi jempol, tapi kalau melihat tindaklanjutnya ke depan untuk membangun infrastrukturnya, apakah Kalsel bisa jor-joran sebagaimana Pemerintah Provinsi Jabar yang menghabiskan anggaran total sekitar Rp2,3 triliun untuk PON 2016.

Kalsel yang hanya memiliki APBD pada 2017 ini sebesar Rp5,5 triliun tentunya tidak sebanding dengan Jabar lima tahun lalu yang APBD-nya sudah hampir mencapai Rp30 triliun, hingga strategi Kalsel untuk menyesuaikan anggaran dengan kebutuhan pembangunan lainnya di luar persiapan PON.

Tentunya, perhelatan akbar olahraga nasional ini sangat baik imbasnya bagi daerah Kalsel, baik segi ekonomi kreatif, perhotelan, pariwisata dan khususnya perkembangan olahraga daerah, tapi harus dikeperhatikan pula imbas program pembangunan infrastruktur daerah yang bisa menjadi korban.

Sehingga, harapan ada keberimbangan bagi pembangunan di Kalsel untuk menyongsong PON ini harus dilakukan serius pemerintah provinsi juga kabupaten/kota jika semuanya mendukung, sebab tanpa itu sia-sia saja dilakukan.

Yang lebih penting itu, gaung ingin menjadi tuan rumah PON ini memang niat tulus untuk memajukan olahraga daerah, tidak ada muatan politiknya, karena untuk melenggangkan kekuasaan misalnya hingga lima tahun kedepannya lagi pada Pilkada 2021-2026.

Pewarta: Sukarli

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017