Saat ini wisata kehidupan liar ( Wildlife Tourisme) adalah wisata yang sangat besar dan populer didunia. 

Wisata ini juga memberikan kontribusi positif tidak saja secara ekonomis, akan tetapi juga memberikan kontribusi yang besar bagi konservasi keanekaragaman hayati. 

Oleh karena itu wisata alam bisa dikatakan sebagai wujud pembangunan berkelanjutan dalam bentuk wisata, dengan aspek lingkungan, sosial dan ekonomi yang mendapat perhatian secara proporsional. 

Kosta Rica sebuah negara termaju dibidang wisata kehidupan liarnya, telah memberikan kontribusi 10 % bagi pemasukan negaranya.

 â€œ Oleh karena itu rencana pemerintah Indonesia yang akan meningkatkan devisanya melalui sektor pariwisata dari 100 triliun rupiah menjadi 400 triliun rupiah, tidaklah mustahil jika didukung oleh meningkatnya kunjungan wisatawan kebeberapa taman nasional, cagar alam dan lainnya untuk melihat spesies-spesies endemik dan unik dari negara kita yang dikenal sebagai megabiodiversity “, jelas Ferry F. Hoesain pegiat wisata alam liar dan praktisi konservasi dari Pusat Studi & Konservasi Keanekaragaman Hayati Indonesia Kalimantan Selatan. 

Salah satu wisata alam liar yang bisa ditawarkan oleh Indonesia adalah wisata primata, memang wisata ini tidak sepopuler wisata terumbu karang dengan keragaman ikan serta biota lautnya, ataupun wisata pengamatan burung (Birding – birdwatching) yang merupakan bisnis besar dinegara Eropa dan Amerika. 

Namun demikian wisata primata mulai tumbuh dan berkembang pesat sejak dipopulerkan oleh Dr. Russel Mittermeier, ahli primata dunia yang juga ketua Primate Specialist Group IUCN, sebuah lembaga konservasi dunia. Bersama 10 pakar primata dunia Dr. Russel Mittermeier membahas 25 spesies primata dunia yang sangat berisiko mengalami kepunahan, serta dengan potensi dan prospek pengembangan wisatanya. 

Rwanda dan Unganda adalah merupakan contoh negara yang telah berhasil mengembangkan wisata primata dengan Gorilanya. 

Tak sedikit devisa negara yang dapat diraupnya melalui kegiatan wisata primata tersebut. 

Dan di Indonesia sendiri, wisata primata juga sudah dikenal seperti di Taman Nasional Tanjung Puting dengan orangutannya yang telah lama dikenalkan oleh ahli primata Prof. Dr. Birute Galdikas dari University Of California - Amerika Serikat, yang sekarang menetap di Tanjung Puting, Pangkalambun Kalimantan Tengah, dan Sulawesi Utara dengan Tarsiusnya di Cagar Alam Tangkoko.

 Sedang di Kalimantan Selatan, dikenal sosok Amalia Rezeki seorang Biologist Conservation dari Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin yang juga telah mengembangkan wisata primata Bekantan. 

Bekantan salah satu primata terunik didunia, adalah sebuah potensi yang semestinya dapat digali menjadi industri wisata alam liar, khususnya berbasis konservasi bekantan yang yang telah sukses dikembangkan oleh negeri jiran Serawak - Malaysia. 

Negara tersebut juga menjadikan bekantan sebagai ikon kunjungan wisatanya.

 Padahal Kalimantan Selatan memiliki potensi yang lebih kuat daripada mereka dalam hal wisata primata bekantannya, apalagi bekantan merupakan maskot primadonanya provinsi ini.

 â€œ Sejak awal tahun 2014 lalu saya melalui Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) sebuah lembaga konservasi pelestarian bekantan di Kalimantan Selatan, telah juga mengembangkan sektor wisata primata, khususnya bekantan di Pulau Bakut dan Pulau Curiak yang berada dikabupaten Barito Kuala, serta Pusat Rehabilitasi Bekantan di Banjarmasin - Kalimantan Selatan.

 Alhamdulilah dari tahun ketahun kunjungan wisatawan manca negara terus meningkat, terutama wisatawan asing minat khusus “, tutur Amalia Rezeki yang juga dikenal sebagai dosen program studi pendidikan biologi Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. 

Pengembangan wisata alam liar, khususnya primata bekantan mulai dirasakan manfaatnya bagi pemerintah daerah, dengan mulai meningkatnya kunjungan wisatawan, baik lokal maupun asing.

 Untuk itu pemerintah daerah Provinsi Kalimantan Selatan mulai melirik potensi wisata ini , dengan mulai menganggarkan pembangunan infra struktur dibidang tersebut, yang tergambar dalam acara Musrembang 2017 lalu.

 Bahkan saat ini pemerintah daerah sedang membentuk Tim Bekantan dan Orangutan Kalimantan Selatan dalam menggali dan menunjang pengembangan wisata alam liar primata. 

Pengembangan pembangunan wisata primata dengan objek bekantan, juga merupakan upaya strategis dalam menggalang dukungan masyarakat sekaligus menambah penghasilan masyarakat disekitar kawasan wisata.

 â€œ Seperti halnya yang bisa ditawarkan dari kegiatan wisata primata bekantan adalah mengamati prilaku bekantan, ekosistem lahan basah dengan hutan mangrovenya dan susur sungai Barito serta yang tidak kalah menariknya ialah kegiatan wildlife photography yang saat ini banyak digandrungi wisatawan asing.

 Sedang di Pusat Rehabilitasi Bekantan, wisatawan asing minat khusus bisa menjadi relawan dalam merawat bekantan, disini mereka bisa berinteraksi langsung dengan bekantan tersebut “, jelas Amalia Rezeki. 

Sementara itu Mahyuni, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Selatan, mengapresiasi upaya dari Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia dalam turut mengembangkan dunia wisata di Kalimantan Selatan, terutama dibidang wisata primata bekantan yang saat ini mulai populer dan digemari oleh wisatawan asing.

 â€œ Ini merupakan potensi yang cukup besar dalam mendatangkan devisa serta pendapatan asli daerah, tren kunjungan wisata di Kalimantan Selatan terutama dibidang wisata alam liar bekantan semakin meningkat. 

Kami sangat mengapresiasi upaya dari temen-temen Sahabat Bekantan Indonesia yang telah membantu pemerintah daerah dalam turut mengembangkan pariwisata didaerah ini “, tutur Mahyuni Kepala Dinas Pariwisata Kalsel.

Pewarta: Hasan Zainuddin

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017