Barabai, (Antaranews Kalsel) - Harga jual karet mentah di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan, dari petani ke pengumpul turun drastis dari Rp10 ribu menjadi sekitar Rp5 ribu -Rp7 ribu per kilogram.

Salah seorang petani karet di Desa Pasting, Kecamatan Hantakan, Halidi di Barabai Rabu mengatakan, sebulan yang lalu harga karet cukup menggembirakan petani karena harganya mencapai Rp10 ribu, namun harga tersebut hanya bertahan selama dua minggu dan akhirnya berangsur turun.

"Biasanya dalam satu minggu, petani bisa menghasilkan sadapan karet 20-25 Kilo gram, kalau lagi mahal dulu, pendapatan kamipun lumayan sekitar Rp200 ribu sampai Rp250 ribu per minggu, namun sekarang hanya bisa pasrah dengan harga Rp7 ribu per kilogram," katanya.

Di lain tempat, Amat, warga desa Tapuk, Kecamatan Limpasu juga menyampaikan, harga karet di desanya selama sepekan ini harga berangsur turun dari semula Rp8 ribu, kini juga terus merosot menjadi hanya Rp5 ribu per kilogram.

"Hal ini membuat kami tidak mempunyai gairah dan semangat lagi untuk menyadap karet, tetapi tetap dilakukan karena itulah satu-satunya mata pencaharian kami untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," katanya.

Hal serupa juga dikeluhkan warga Desa Haruyan Dayak. Di desa itu 99 persen warganya sebagai petani karet, sedangkan bercocok tanam mereka lakukan hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga, bukan untuk dijual.

"Kalau untuk berbelanja sehari-hari, pencarian utama warga kami adalah menyadap karet dan berkebun pisang talas," jelas Pembakal Haruyan Dayak, Suhadi Anang.

Dia mengatakan, saat harga karet bangkit dan melonjak menjadi Rp10 ribu pada Februari 2017, warga bisa bernafas lega, karena mereka bisa leluasa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Termasuk memberi anak-anak mereka uang jajan.

"Sekarang harga karet turun lagi, tentu sangat berdampak pad perekonomian warga di sini yang membawahi 12 balai adat," katanya.

Walaupun penurunan harga tersebut tidak sedrastis petani karet yang ada di kecamatan lainnya, atau petani karet di dataran rendah.

Menurut dia, harga karet di pegunungan lebih tinggi dibandingkan hasil karet dataran rendah yang saat kenaikan mencapai Rp10 ribu per kilogram, sekarang hanya Rp 7.500 dari petani ke pengumpul, sedangkan dari pengumpul yang menjual ke pabrik pengolahan di desa Haruyan harganya adalah Rp 9.500 per kilogram.

"Kami hanya bisa berharap, harga jangan sampai di bawah Rp5 ribu, karena akan berdampak menyulitkan ekonomi kami," katanya.

Menurut Suhadi, selain karet, hingga kini masyarakat belum, mencoba bertanam komoditas lain, seperti cabai, yang katanya memiliki prospek ekonomi yang cukup baik, karena harganya yang cukup mahal di pasaran.

"Kami belum terbiasa untuk menanam cabai dan lainnya, mudah-mudahan nantinya ada penyuluhan dan pembinaan dari pemerintah untuk mengembangkan komuditas cabai tersebut," tambahnya.

Pewarta: M Taupik Rahman

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017