Wakil Wali Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) Arifin Noor menyebutkan panti asuhan berpotensi mengangkat produk lokal melalui pelatihan wirausaha mandiri.
Arifin di Banjarmasin, Sabtu, menyampaikan gagasan dan langkah inspiratif untuk mengembangkan kewirausahaan berbasis lokal untuk seluruh lembaga kesejahteraan sosial (LKS) Panti Asuhan di Kalsel.
Baca juga: Banjarmasin tindak puluhan pelanggar perda kebersihan
Arifin mencontohkan Ikatan Keluarga Pengurus Panti Indonesia (IKAPPI) Kalsel yang menggelar bimbingan untuk pengembangan wirausaha mandiri bagi anggota bertajuk "Membangun amal usaha agar panti asuhan mandiri".
"Kegiatan seperti ini sangat penting karena bertujuan menjadikan panti asuhan di provinsi ini mandiri melalui kewirausahaan. Kami berharap usaha-usaha kreatif seperti beternak itik di Amuntai dapat menjadi contoh yang dapat direplikasi," ujarnya.
Dia menekankan kewirausahaan tidak harus dimulai dengan modal yang besar, tetapi membutuhkan kreativitas, kualitas produk dan konsistensi.
Salah satu ide sederhana yang dia sampaikan berjualan makanan lokal dengan cita rasa unggulan.
"Misalnya, membuka satu outlet saja seperti gerobak pentol yang enak dan nyaman. Jika dikelola dengan baik, satu gerobak bisa menghasilkan pendapatan harian Rp100 ribu hingga Rp300 ribu. Kuncinya adalah rasa yang lezat dan kenyamanan pelanggan," katanya.
Arifin Noor juga menyebutkan usaha kuliner khas daerah seperti Ketupat Kandangan atau Paliat Tabalong yang memiliki potensi besar jika dikembangkan dengan standar cita rasa tinggi.
Baca juga: DWP Banjarmasin kuatkan fondasi organisasi dukung Indonesia Emas
Bahkan, lanjut dia, usaha kecil semacam itu bisa mendatangkan keuntungan hingga Rp3 juta per bulan.
Selain itu, Arifin juga menyebutkan contoh sukses amal usaha Aisyiyah' Muhammadiyah dengan produk kuliner seperti Jukung Julak yang menyajikan Soto Banjar berkualitas premium.
"Kita perlu mengangkat potensi lokal. Pelanggan tidak akan ragu membayar lebih mahal untuk rasa yang memuaskan. Saya harap ide-ide ini dapat memotivasi para pengelola panti asuhan untuk menciptakan usaha yang berdaya saing tinggi, sehingga panti asuhan tidak lagi bergantung sepenuhnya pada donasi," katanya.
Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah awal perubahan paradigma pengelolaan panti asuhan dari hanya mengandalkan bantuan menjadi entitas lembaga yang produktif dan mandiri secara ekonomi.
Dengan kewirausahaan berbasis komunitas dan potensi lokal, panti asuhan dapat meningkatkan taraf hidup anak-anak yang diasuh sekaligus berkontribusi pada perekonomian daerah.
"Mari kita buktikan bahwa panti asuhan juga bisa menjadi pelopor kewirausahaan kreatif dan inspiratif di Kalimantan Selatan," demikian kata Arifin.
Baca juga: Banjarmasin kirim 120 anggota Karang Taruna pada ajang KKBWK
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2024
Arifin di Banjarmasin, Sabtu, menyampaikan gagasan dan langkah inspiratif untuk mengembangkan kewirausahaan berbasis lokal untuk seluruh lembaga kesejahteraan sosial (LKS) Panti Asuhan di Kalsel.
Baca juga: Banjarmasin tindak puluhan pelanggar perda kebersihan
Arifin mencontohkan Ikatan Keluarga Pengurus Panti Indonesia (IKAPPI) Kalsel yang menggelar bimbingan untuk pengembangan wirausaha mandiri bagi anggota bertajuk "Membangun amal usaha agar panti asuhan mandiri".
"Kegiatan seperti ini sangat penting karena bertujuan menjadikan panti asuhan di provinsi ini mandiri melalui kewirausahaan. Kami berharap usaha-usaha kreatif seperti beternak itik di Amuntai dapat menjadi contoh yang dapat direplikasi," ujarnya.
Dia menekankan kewirausahaan tidak harus dimulai dengan modal yang besar, tetapi membutuhkan kreativitas, kualitas produk dan konsistensi.
Salah satu ide sederhana yang dia sampaikan berjualan makanan lokal dengan cita rasa unggulan.
"Misalnya, membuka satu outlet saja seperti gerobak pentol yang enak dan nyaman. Jika dikelola dengan baik, satu gerobak bisa menghasilkan pendapatan harian Rp100 ribu hingga Rp300 ribu. Kuncinya adalah rasa yang lezat dan kenyamanan pelanggan," katanya.
Arifin Noor juga menyebutkan usaha kuliner khas daerah seperti Ketupat Kandangan atau Paliat Tabalong yang memiliki potensi besar jika dikembangkan dengan standar cita rasa tinggi.
Baca juga: DWP Banjarmasin kuatkan fondasi organisasi dukung Indonesia Emas
Bahkan, lanjut dia, usaha kecil semacam itu bisa mendatangkan keuntungan hingga Rp3 juta per bulan.
Selain itu, Arifin juga menyebutkan contoh sukses amal usaha Aisyiyah' Muhammadiyah dengan produk kuliner seperti Jukung Julak yang menyajikan Soto Banjar berkualitas premium.
"Kita perlu mengangkat potensi lokal. Pelanggan tidak akan ragu membayar lebih mahal untuk rasa yang memuaskan. Saya harap ide-ide ini dapat memotivasi para pengelola panti asuhan untuk menciptakan usaha yang berdaya saing tinggi, sehingga panti asuhan tidak lagi bergantung sepenuhnya pada donasi," katanya.
Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah awal perubahan paradigma pengelolaan panti asuhan dari hanya mengandalkan bantuan menjadi entitas lembaga yang produktif dan mandiri secara ekonomi.
Dengan kewirausahaan berbasis komunitas dan potensi lokal, panti asuhan dapat meningkatkan taraf hidup anak-anak yang diasuh sekaligus berkontribusi pada perekonomian daerah.
"Mari kita buktikan bahwa panti asuhan juga bisa menjadi pelopor kewirausahaan kreatif dan inspiratif di Kalimantan Selatan," demikian kata Arifin.
Baca juga: Banjarmasin kirim 120 anggota Karang Taruna pada ajang KKBWK
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2024