Desa Warukin Kecamatan Tanta Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan menyimpan kekayaan budaya yang menjadi kekuatan bagi masyarakat yang didominasi Suku Dayak Maanyan.

Di desa tersebut menggelar Festival Budaya Dayak Maanyan Warukin sebagai panggung utama untuk menggelar dan merayakan salah satu ritual terpenting Suku Dayak Maanyan, yakni Isiru Ngume Wungkur atau ritual membuka lahan untuk berladang.

Baca juga: Festival Budaya Dayak Maanyan upaya mewariskan nilai budaya

Ritual tersebut menjunjung kembali ke akar budaya sebagai upaya untuk melestarikan dan mengembangkan adat Dayak Maanyan. 

Para pemuda bergotong royong dan bahu-membahu mewujudkan kelestarian dan kemeriahan festival budaya Maanyan yang ketiga kali.

"Festival tersebut melibatkan para pemuda untuk memastikan adat istiadat tetap hidup dan berkembang di kalangan generasi muda,” kata Sekretaris Festival Budaya Dayak Maanyan Rima Riati.

Sebelumnya, perayaan budaya hanya dilakukan kelembagaan adat, namun tidak berbentuk festival. 

Festival Budaya Dayak Maanyan Warukin menjadi satu-satunya festival budaya yang menampilkan adat Maanyan di Kalimantan Selatan, karena kebanyakan Dayak Maanyan berada di Kalimantan Tengah. 

“Di Warukin, kami memiliki keunikan dan kekayaan budaya yang harus dilestarikan karena  anak muda sekarang cenderung kurang peduli dengan budaya," tutur Rima.

Rencana Festival Suku Dayak Maanyan ini akan diselenggarakan pada 23-25 Agustus 2024.

Baca juga: Tokoh Dayak pastikan kegiatan adat-keagamaan selalu patuhi protokol kesehatan


Simbol Kekayaan Budaya

Festival bertemakan Isiru Ngume Wungkur berfokus pada ritual membuka lahan untuk berladang sebagai ritual dan sebuah simbol spiritual yang mendalam.

Selain  ritual Isiru Ngume Wungkur juga menampilkan berbagai kegiatan yang merayakan kekayaan budaya Dayak Maanyan.

Salah satunya Pawai Apui atau pawai obor bambu sebagai simbol awal rangkaian acara sekaligus menggambarkan tradisi masyarakat yang dulu menyadap karet dengan membawa obor pada pagi hari sebelum mentari terbit.

Selain itu, festival ini juga akan menyajikan pertunjukan Tanuhui atau bakisah jenaka, sebuah stand up komedi menggunakan Bahasa Maanyan, serta musik dan tarian tradisional, seperti Giring-Giring, Dadas, dan lainnya.
 

Ada juga perlombaan permainan tradisional yang menghibur dan mendidik, seperti Mutu Parei, Balogo, Bakahing, serta berbagai stan perwakilan dari setiap lingkungan rukun tetangga (RT) Desa Warukin yang menampilkan kuliner khas, kerajinan tangan, dan produk hasil ladang masyarakat Warukin. 

“Festival ini tidak hanya tentang pertunjukan, tetapi juga tentang berbagi dan menjaga tradisi. Setiap stan akan berlomba untuk menampilkan kreativitas dan keunikan mereka,” tutur Rima.

Rima mengungkapkan, dukungan dari berbagai pihak sangat berarti, seperti yang diberikan oleh PT Adaro Indonesia yang selama ini konsisten memberikan dukungannya.  

“Kami mendapat bantuan dari PT Adaro Indonesia, yang tidak hanya memberikan dana, tetapi juga membimbing kami selama persiapan festival,” ujar Rima.

Baca juga: Menjaga regenerasi, menjaga nilai budaya


Ritual Penting Dayak

Ketua Festival Budaya Dayak Maanyan Warukin Angki menjelaskan ritual ini penting pada kehidupan Suku Dayak Maanyan. 

Isiru Ngume Wungkur bagian dari hukum adat ketiga Ngume Naum. Ritual ini berawal dari mimpi yang dialami seseorang, di mana leluhur memberi petunjuk bahwa ia harus membuka lahan untuk berladang,” ungkap Angki.

Angki menjelaskan tradisi ini memiliki makna yang dalam, yakni membuka lahan untuk berladang dengan memperhatikan arah pohon jatuh saat menebas.

“Kami percaya jika melaksanakan ritual ini dengan benar akan mendapatkan hasil panen yang baik dan sebagian cara kami menghormati tanah dan leluhur kami,” kata Angki.

Departemen Head PT Adaro Indonesia Djoko Soesilo mengungkapkan Adaro sangat konsen terhadap nilai adat, seni dan kebudayaan masyarakat Dayak.

Kebijakan Adaro sebagai perusahaan, diungkapkan Djoko, sangat jelas dan dapat dirasakan dapat mengangkat kebudayaan lokal di Kabupaten Tabalong

“Adaro ingin nilai-nilai kebudayaan lokal menguat dan lestari, termasuk kelembagaan adatnya sehingga dapat mengangkat harkat dan eksistensi kebudayaan setempat, membangun harmoni sejumlah pihak,” ucap Djoko.

Tidak hanya Festival Dayak Maanyan, Djoko menuturkan Masiwah Pare Gumboh (MPG) juga masuk kalender kegiatan nasional di Balangan.

 “Semua itu merupakan kesungguhan dari komitmen Adaro merawat adat dan Banua,” ujarnya.

Baca juga: Hayatun tak lelah kenalkan seni budaya Dayak Deyah ke penjuru nusantara

Pewarta: Herlina Lasmianti

Editor : Taufik Ridwan


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2024