Tiwingan, (AntaranewsKalsel) - Warga masyarakat Desa Tiwingan Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, tidak lagi berladang atau menanam padi tegalan sejak beberapa tahun terakhir.
Juhri (71), warga Tiwingan Kecamatan Aranio atau hulu Waduk Riam Kanan mengemukakan itu menjawab Antara Kalimantan Selatan (Kalsel) saat mengunjungi desa tersebut, Sabtu.
"Sejak beberapa tahun lalu hingga kini, kami warga Desa Tiwingan yang berada dalam kawasan Pegunungan Meratus tidak bisa `manugal` (berladang padi), karena gangguan hama, seperti babi HUTAN, `warik` (monyet) dan `hirangan` (lutung)," ujarnya.
Oleh sebab itu, banyak warga Tiwingan dan sekitarnya mengalihkan mata pencaharian bidang perikanan. "Bagi mereka yang berduit banyak melakoni usaha perikanan tersebut dengan sistem kramba atau jala apung," tuturnya.
Sedangkan mereka yang tidak mempunyai modal hanya menangkap ikan di perairan umum Waduk Riam Kanan dengan cara memancing atau menggunakan "rimpa" (sejenis jaring), ucap ayah dari delapan anak dan sembilan cucu itu.
Selain itu, "mamantat" (menyadap karet) bagi mereka yang memiliki kebun karet dan mengolahnya dalam bentuk bakuan atau asalan, katanya seraya menambahkan, warga Tiwingan yang punya kebun karet tidak terlalu banyak.
"Alhamdulillah sekarang harga karet mulai membaik, sehingga petani karet tidak malas mamantat, walau hasilnya juga tidak terlalu banyak, yaitu sekitar Rp50.000/sekali menyadap," demikian Juhri.
Sementara mereka yang mengusahakan perikanan dengan sistem keramba/jala apung di Waduk Riam Kanan yang juga sebagai pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Ir Pangeran Mohammad Noor itu, mencapai ribuan kepala keluarga dengan skala usaha bervariasi.
Pemasaran hasil usaha perikanan di Waduk Riam Kanan atau yang di wilayah Aranio itu, bukan saja buat kebutuhan warga Kabupaten Banjar, tapi juga sampai ke kota lain, seperti Kota Banjarbaru dan Banjarmasin.
Waduk Riam Kanan buka saja untuk PLTA dan usaha perikanan, tetapi sebagai objek wisata tirta (air), dan air limbah waduk tersebut juga buat pengairan/irigasi pertanian tanaman pangan, seperti padi sawah.
Kunjungan Antara Kalsel ke Tiwingan untuk penghijauan objek wisata alam Bukit Batas - sebagai bagian dari peringatakan ke-79 Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) tersebut yang sejak 2007 berstatus Perusahaan Umum (Perum) milik pemerintah Indonesia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016
Juhri (71), warga Tiwingan Kecamatan Aranio atau hulu Waduk Riam Kanan mengemukakan itu menjawab Antara Kalimantan Selatan (Kalsel) saat mengunjungi desa tersebut, Sabtu.
"Sejak beberapa tahun lalu hingga kini, kami warga Desa Tiwingan yang berada dalam kawasan Pegunungan Meratus tidak bisa `manugal` (berladang padi), karena gangguan hama, seperti babi HUTAN, `warik` (monyet) dan `hirangan` (lutung)," ujarnya.
Oleh sebab itu, banyak warga Tiwingan dan sekitarnya mengalihkan mata pencaharian bidang perikanan. "Bagi mereka yang berduit banyak melakoni usaha perikanan tersebut dengan sistem kramba atau jala apung," tuturnya.
Sedangkan mereka yang tidak mempunyai modal hanya menangkap ikan di perairan umum Waduk Riam Kanan dengan cara memancing atau menggunakan "rimpa" (sejenis jaring), ucap ayah dari delapan anak dan sembilan cucu itu.
Selain itu, "mamantat" (menyadap karet) bagi mereka yang memiliki kebun karet dan mengolahnya dalam bentuk bakuan atau asalan, katanya seraya menambahkan, warga Tiwingan yang punya kebun karet tidak terlalu banyak.
"Alhamdulillah sekarang harga karet mulai membaik, sehingga petani karet tidak malas mamantat, walau hasilnya juga tidak terlalu banyak, yaitu sekitar Rp50.000/sekali menyadap," demikian Juhri.
Sementara mereka yang mengusahakan perikanan dengan sistem keramba/jala apung di Waduk Riam Kanan yang juga sebagai pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Ir Pangeran Mohammad Noor itu, mencapai ribuan kepala keluarga dengan skala usaha bervariasi.
Pemasaran hasil usaha perikanan di Waduk Riam Kanan atau yang di wilayah Aranio itu, bukan saja buat kebutuhan warga Kabupaten Banjar, tapi juga sampai ke kota lain, seperti Kota Banjarbaru dan Banjarmasin.
Waduk Riam Kanan buka saja untuk PLTA dan usaha perikanan, tetapi sebagai objek wisata tirta (air), dan air limbah waduk tersebut juga buat pengairan/irigasi pertanian tanaman pangan, seperti padi sawah.
Kunjungan Antara Kalsel ke Tiwingan untuk penghijauan objek wisata alam Bukit Batas - sebagai bagian dari peringatakan ke-79 Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) tersebut yang sejak 2007 berstatus Perusahaan Umum (Perum) milik pemerintah Indonesia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016