Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Ketua Komisi IV DPRD Kalimantan Selatan Yazidie Fauzy berpendapat, budaya "baayun" atau mengayun anak yang merupakan tradisi masyarakat Suku Banjar di Kalsel saat perayaan Maulid, sebuah potensi wisata di provinsinya.
Oleh sebab itu, Pemda provinsi maupun kabupaten/kota di Kalsel perlu melestarikan budaya baayun tersebut yang pergelarannya sering setiap bulan Rabi`ul Awal atau bulan kelahiran Nabi Muhammad saw, ujarnya di Banjarmasin, Selasa.
Selain itu, tidak kalah pentingnya melakukan pembinaan terhadap budaya baayun, antara lain dengan turut mengatur kegiatan yang berpotensi menjadi wisata itu melalui kalender wisata tahunan yang dipromosikan.
"Dengan memasukan ke dalam kalender wisata, ada kepastian waktu pegelaran budaya baayun tersebut, sehingga akan memudakan wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara untuk menyaksikan tradisi yang berbaur nuansa religi itu," ujarnya.
Begitu pula dengan promosi dari Pemda bisa menambah daya tarik objek wisata budaya bernuansa religi tersebut, lanjut wakil rakyat asal daerah pemilihan Kalsel IV/Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah itu.
"Sesuai tugas dan fungsi, Komisi IV DPRD Kalsel yang juga membidangi kebudayaan dan pariwisata, secara moril kami akan memrikan dukungan upaya pelestarian serta pengembangan buaya baayun itu," tegasnya.
Pendapat mantan Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kalsel tersebut sesudah menyaksikan peggelaran "baayun maulid" di Masjid Al Karamah Desa Banua Halat oleh Pemkab Tapin bersama masyarakat setempat, 12 Rabi"ul Awal 1438 H/12 Desember 2016.
Wakil Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa DPRD Kalsel itu mengapresiasi Pemkab/ Bupati Tapin HM Ariffin Arpan, yang memberikan dukungan penuh Panitia Laksana Maayun Anak yang dipadu dengan kegiatan maulid sebagai simbol kecintaan kepada Rasulullah saw.
Karena menurut dia, acara maayun anak di Masjid Al Karamah tersebut mempunyai nilai positif, yaitu salah satu upaya mengenalkan lingkungan masjid kepada anak-anak sejak dini.
"Acara maayun anak itu sendiri salah satu bentuk Kearifan lokal yang harus terus kita jaga, lestarikan dan kembangkan," demikian Yazidie Fauzy.
Budaya baayun atau maayun anak secara massal di Masjid Al Karamah Banua Halat Tapin setiap 12 Rabi`ul Awal/pada bulan maulid itu sejak lama atau puluhan tahun silam, dengan peserta rata-rata ratusan orang lebih, dan terkadang turut serta orang dewasa berusia puluhan tahun.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016
Oleh sebab itu, Pemda provinsi maupun kabupaten/kota di Kalsel perlu melestarikan budaya baayun tersebut yang pergelarannya sering setiap bulan Rabi`ul Awal atau bulan kelahiran Nabi Muhammad saw, ujarnya di Banjarmasin, Selasa.
Selain itu, tidak kalah pentingnya melakukan pembinaan terhadap budaya baayun, antara lain dengan turut mengatur kegiatan yang berpotensi menjadi wisata itu melalui kalender wisata tahunan yang dipromosikan.
"Dengan memasukan ke dalam kalender wisata, ada kepastian waktu pegelaran budaya baayun tersebut, sehingga akan memudakan wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara untuk menyaksikan tradisi yang berbaur nuansa religi itu," ujarnya.
Begitu pula dengan promosi dari Pemda bisa menambah daya tarik objek wisata budaya bernuansa religi tersebut, lanjut wakil rakyat asal daerah pemilihan Kalsel IV/Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah itu.
"Sesuai tugas dan fungsi, Komisi IV DPRD Kalsel yang juga membidangi kebudayaan dan pariwisata, secara moril kami akan memrikan dukungan upaya pelestarian serta pengembangan buaya baayun itu," tegasnya.
Pendapat mantan Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kalsel tersebut sesudah menyaksikan peggelaran "baayun maulid" di Masjid Al Karamah Desa Banua Halat oleh Pemkab Tapin bersama masyarakat setempat, 12 Rabi"ul Awal 1438 H/12 Desember 2016.
Wakil Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa DPRD Kalsel itu mengapresiasi Pemkab/ Bupati Tapin HM Ariffin Arpan, yang memberikan dukungan penuh Panitia Laksana Maayun Anak yang dipadu dengan kegiatan maulid sebagai simbol kecintaan kepada Rasulullah saw.
Karena menurut dia, acara maayun anak di Masjid Al Karamah tersebut mempunyai nilai positif, yaitu salah satu upaya mengenalkan lingkungan masjid kepada anak-anak sejak dini.
"Acara maayun anak itu sendiri salah satu bentuk Kearifan lokal yang harus terus kita jaga, lestarikan dan kembangkan," demikian Yazidie Fauzy.
Budaya baayun atau maayun anak secara massal di Masjid Al Karamah Banua Halat Tapin setiap 12 Rabi`ul Awal/pada bulan maulid itu sejak lama atau puluhan tahun silam, dengan peserta rata-rata ratusan orang lebih, dan terkadang turut serta orang dewasa berusia puluhan tahun.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016