Mubadala Energy bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan, tanam 10.000 bibi pohon mangrove di kawasan pesisir laut Desa Tanjung Pangga Kecamatan Kelumpang Selatan.
"Penanaman bibit pohon mangrove di lokasi itu dalam rangka memperingati hari lingkungan hidup sedunia tahun 2024 dan sejalan dengan program konservasi lingkungan yang dilaksanakan oleh Mubadala Energy di wilayah pesisir Kotabaru," kata Senior Manager HSSE & AI Mubadala Energy Widi Hernowo di Kotabaru, Rabu.
Program yang di jalankan tidak hanya dilakukan penanaman di wilayah pesisir namun juga dilakukan di bukit Mamake dengan varian yang berbeda.
"Khusus untuk program konservasi di Bukit Mamake sekaligus untuk melestarikan kekayaan biodiversity Kalimantan," katanya.
Baca juga: ULM bangun kolaborasi kelola mangrove berkelanjutan
Sementara itu, Kepala DLH Kotabaru Maulidiansyah mengatakan, krisis iklim menjadi isu lingkungan yang saat ini marak dibahas karena dialami hampir oleh seluruh masyarakat di dunia.
Salah satunya adalah peningkatan suhu rata-rata bumi yang disebabkan oleh efek gas rumah kaca, belum lagi
penggunaan bahan bakar fosil dan kurang bijaknya pemanfaatan sumber daya alam menjadi faktor pemicu terjadi pemanasan global.
Lebih lanjut, Maulidiansyah mengungkapkan, konsekuensi dari perubahan iklim yang kita rasakan saat ini antara lain, kekeringan hebat, kelangkaan air, kebakaran hebat, naiknya permukaan air laut, banjir, pencairan es kutub, badai dahsyat dan penurunan keanekaragaman hayati.
"Kita sebagai generasi penerus wajib ambil bagian dalam menjaga, memperbaiki dan melestarikan lingkungan. Salah satu upaya yang bisa kita lakukan adalah dengan menjaga kelestarian ekosistem pesisir," kata Maulidiansyah.
Baca juga: DPRD dorong warga pesisir dan nelayan tanam mangrove
Ia menambahkan, pentingnya ekosistem pesisir khususnya mangrove adalah sebagai penyangga karena dapat mengurangi ketinggian gelombang air laut, meminimalisir resiko banjir, mampu menyerap karbon 5 kalilebih baik dari hutan hujan tropis dan mangrove mampu menyimpan 1/3 stok karbon pesisir secara global.
"Terlebih wilayah Kabupaten Kotabaru 78 persennya merupakan kawasan pesisir. Hal ini yang melatar belakangi munculnya program Mangrove for Banua," tuturnya.
Program ini merupakan program rutin yang sudah berjalan selama 4 empat tahun. Selama tiga tahun DLH dan stakeholder memfokuskan pada perbaikan ekosistem pesisir mengingat wilayah pesisir memiliki sumbangsih besar terhadap cadangan karbon, produksi oksigen, hingga pelestarian tempat hidup biota laut.
"Berkaca dari hasil penanaman di tahun 2023, Tahun pertama kita menanam 5000 bibit, yang setelah 1 tahun kita cek, kita monitoring alhamdulillah Tingkat keberhasilannya di atas 50 persen bibitnya hidup dengan baik," terangnya
Ia juga menyampaikan, di tahun ini pihaknya melanjutkan langkah baik yang sudah dimulai dengan melakukan kerjasama dalam kolaborasi mitigasi pengendalian pesisir dengan Penanaman 10.000 Bibit
Mangrove di Desa Tanjung Pangga.
Aksi lingkungan ini mengajak seluruh pihak baik Pemerintah daerah, instansi teknis terkait, pelaku usaha, sekolah dan Masyarakat.
"Keberhasilan program Mangrove for Banua ini tentunya tidak terlepas dari usaha dan semangat seluruh pihak. Terutama rekan-rekan Kelompok Tani Harapan Bersama dan warga Desa Tanjung Pangga yang juga menjaga ekosistem mangrove kita," tutup dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2024
"Penanaman bibit pohon mangrove di lokasi itu dalam rangka memperingati hari lingkungan hidup sedunia tahun 2024 dan sejalan dengan program konservasi lingkungan yang dilaksanakan oleh Mubadala Energy di wilayah pesisir Kotabaru," kata Senior Manager HSSE & AI Mubadala Energy Widi Hernowo di Kotabaru, Rabu.
Program yang di jalankan tidak hanya dilakukan penanaman di wilayah pesisir namun juga dilakukan di bukit Mamake dengan varian yang berbeda.
"Khusus untuk program konservasi di Bukit Mamake sekaligus untuk melestarikan kekayaan biodiversity Kalimantan," katanya.
Baca juga: ULM bangun kolaborasi kelola mangrove berkelanjutan
Sementara itu, Kepala DLH Kotabaru Maulidiansyah mengatakan, krisis iklim menjadi isu lingkungan yang saat ini marak dibahas karena dialami hampir oleh seluruh masyarakat di dunia.
Salah satunya adalah peningkatan suhu rata-rata bumi yang disebabkan oleh efek gas rumah kaca, belum lagi
penggunaan bahan bakar fosil dan kurang bijaknya pemanfaatan sumber daya alam menjadi faktor pemicu terjadi pemanasan global.
Lebih lanjut, Maulidiansyah mengungkapkan, konsekuensi dari perubahan iklim yang kita rasakan saat ini antara lain, kekeringan hebat, kelangkaan air, kebakaran hebat, naiknya permukaan air laut, banjir, pencairan es kutub, badai dahsyat dan penurunan keanekaragaman hayati.
"Kita sebagai generasi penerus wajib ambil bagian dalam menjaga, memperbaiki dan melestarikan lingkungan. Salah satu upaya yang bisa kita lakukan adalah dengan menjaga kelestarian ekosistem pesisir," kata Maulidiansyah.
Baca juga: DPRD dorong warga pesisir dan nelayan tanam mangrove
Ia menambahkan, pentingnya ekosistem pesisir khususnya mangrove adalah sebagai penyangga karena dapat mengurangi ketinggian gelombang air laut, meminimalisir resiko banjir, mampu menyerap karbon 5 kalilebih baik dari hutan hujan tropis dan mangrove mampu menyimpan 1/3 stok karbon pesisir secara global.
"Terlebih wilayah Kabupaten Kotabaru 78 persennya merupakan kawasan pesisir. Hal ini yang melatar belakangi munculnya program Mangrove for Banua," tuturnya.
Program ini merupakan program rutin yang sudah berjalan selama 4 empat tahun. Selama tiga tahun DLH dan stakeholder memfokuskan pada perbaikan ekosistem pesisir mengingat wilayah pesisir memiliki sumbangsih besar terhadap cadangan karbon, produksi oksigen, hingga pelestarian tempat hidup biota laut.
"Berkaca dari hasil penanaman di tahun 2023, Tahun pertama kita menanam 5000 bibit, yang setelah 1 tahun kita cek, kita monitoring alhamdulillah Tingkat keberhasilannya di atas 50 persen bibitnya hidup dengan baik," terangnya
Ia juga menyampaikan, di tahun ini pihaknya melanjutkan langkah baik yang sudah dimulai dengan melakukan kerjasama dalam kolaborasi mitigasi pengendalian pesisir dengan Penanaman 10.000 Bibit
Mangrove di Desa Tanjung Pangga.
Aksi lingkungan ini mengajak seluruh pihak baik Pemerintah daerah, instansi teknis terkait, pelaku usaha, sekolah dan Masyarakat.
"Keberhasilan program Mangrove for Banua ini tentunya tidak terlepas dari usaha dan semangat seluruh pihak. Terutama rekan-rekan Kelompok Tani Harapan Bersama dan warga Desa Tanjung Pangga yang juga menjaga ekosistem mangrove kita," tutup dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2024