Wisata religi terutama bagi kaum Muslim menjelang Bulan Puasa Ramadhan ramai seperti di seantero Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) yang penduduknya cukup religius.
Pantauan ANTARA Kalsel, Senin, peziarah atau kegiatan wisata religi hingga 2 Sya'ban 1445 Hijriah/11 Maret 2024 tampak ramai terutama dari kalangan non organisasi Muhammadiyah.
Baca juga: Pemprov Kalsel: SMA sederajat laksanakan pesantren Ramadhan
Sebagai contoh ziarah ke makam Guru Haji Asmuni atau yang akrab dengan sapaan "Guru Danau" di Kecamatan Danau Panggang (sekitar 185 km utara Banjarmasin) Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Kalsel masih ramai pengunjung/peziarah.
Guru Danau, seorang ulama kharismatik terutama di daerah hulu sungai atau "Banua Anam" Kalsel belum sampai setahun meninggal dunia.
Semasa hidup almarhum tampak dengan kesederhanaan menjadi tempat konsultasi sejumlah pejabat, sekaligus memohon doa restu seperti bagi mereka yang mau mendapatkan jabatan.
Makam Guru Danau dipadati penziarah, dan di sekitar jalan menuju makam banyak tersedia minuman dan makanan gratis yang disediakan keluarga almarhum serta masyarakat setempat.
Sebelumnya atau pekan lalu rombongan Sekretariat DPRD (Setwan) Kalsel bersama wartawan/anggota Pres Room setempat ziarah ke makam Sunan Ampel atau Raden Rahmat di Surabaya pada kesempatan studi komparasi ke Setwan Jawa Timur.
Begitu juga Masjid Jami' Tamiang Kabupaten Kotabaru Kalsel yang mereka sebut "Masjid Mimbar Keramat" tidak luput dari peziarah, terutama bagi mereka yang hajatnya Allah SWT kabulkan.
Baca juga: Ustadz Zaruqi ingatkan arti penting Ramadhan
Di Masjid Jami' Tamiang memang ada misteri seperti mimbar yang oleh warga setempat "alih" (pindah) ke tempat imam (paimaman) dengan sendirinya kembali ke tempat semula yaitu berada di tengah masjid tersebut.
Padahal untuk memindahkan mimbar (pembuatan Shafar 1327 Hijriah) yang masyarakat anggap keramat itu memerlukan tenaga manusia puluhan orang, walau tampak kecil.
Keadaan serupa di makam "Datuk Kulampaian" atau Syekh Muhammad ArsyadAl Banjari dan makam Tuan Guru Haji Muhammad Zaini Abdul Ghani atau "Abah Guru Sakumpul" Martapura Kabupaten Banjar Kalsel tetap ramai peziarah.
Datuk Kulampaian terkenal dengan karyanya "Kitab Sabilal Muhtadin" - rujukan ilmu fikih khususnya yang menjadi pegangan kaum Muslim hingga ke negeri Jiran Malaysia dan Brunei Darussalam.
Menurut Sekretaris Komisi IV Bidang Kesra DPRD Kalsel yang juga membidangi sosial kemasyarakatan dan keagamaan, Firman Yusi, ziarah kubur atau tempat-tempat ibadah yang kental dengan nilai religi merupakan tradisi kaum Muslim atau "urang Banjar".
"Tradisi tersebut cukup bagus, karena sarat dengan nilai-nilai antara lain mengingatkan diri kita akan kematian, dan pada ziarah tersebut ada interaksi positif yaitu silaturahmi ," ujar Firman Yusi yang juga Sekretaris Fraksi Partai Keadilan Sejahtera DPRD Kalsel.
Baca juga: Kemenag Kalsel tugaskan dai ke wilayah 3T selama Ramadhan
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2024
Pantauan ANTARA Kalsel, Senin, peziarah atau kegiatan wisata religi hingga 2 Sya'ban 1445 Hijriah/11 Maret 2024 tampak ramai terutama dari kalangan non organisasi Muhammadiyah.
Baca juga: Pemprov Kalsel: SMA sederajat laksanakan pesantren Ramadhan
Sebagai contoh ziarah ke makam Guru Haji Asmuni atau yang akrab dengan sapaan "Guru Danau" di Kecamatan Danau Panggang (sekitar 185 km utara Banjarmasin) Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Kalsel masih ramai pengunjung/peziarah.
Guru Danau, seorang ulama kharismatik terutama di daerah hulu sungai atau "Banua Anam" Kalsel belum sampai setahun meninggal dunia.
Semasa hidup almarhum tampak dengan kesederhanaan menjadi tempat konsultasi sejumlah pejabat, sekaligus memohon doa restu seperti bagi mereka yang mau mendapatkan jabatan.
Makam Guru Danau dipadati penziarah, dan di sekitar jalan menuju makam banyak tersedia minuman dan makanan gratis yang disediakan keluarga almarhum serta masyarakat setempat.
Sebelumnya atau pekan lalu rombongan Sekretariat DPRD (Setwan) Kalsel bersama wartawan/anggota Pres Room setempat ziarah ke makam Sunan Ampel atau Raden Rahmat di Surabaya pada kesempatan studi komparasi ke Setwan Jawa Timur.
Begitu juga Masjid Jami' Tamiang Kabupaten Kotabaru Kalsel yang mereka sebut "Masjid Mimbar Keramat" tidak luput dari peziarah, terutama bagi mereka yang hajatnya Allah SWT kabulkan.
Baca juga: Ustadz Zaruqi ingatkan arti penting Ramadhan
Di Masjid Jami' Tamiang memang ada misteri seperti mimbar yang oleh warga setempat "alih" (pindah) ke tempat imam (paimaman) dengan sendirinya kembali ke tempat semula yaitu berada di tengah masjid tersebut.
Padahal untuk memindahkan mimbar (pembuatan Shafar 1327 Hijriah) yang masyarakat anggap keramat itu memerlukan tenaga manusia puluhan orang, walau tampak kecil.
Keadaan serupa di makam "Datuk Kulampaian" atau Syekh Muhammad ArsyadAl Banjari dan makam Tuan Guru Haji Muhammad Zaini Abdul Ghani atau "Abah Guru Sakumpul" Martapura Kabupaten Banjar Kalsel tetap ramai peziarah.
Datuk Kulampaian terkenal dengan karyanya "Kitab Sabilal Muhtadin" - rujukan ilmu fikih khususnya yang menjadi pegangan kaum Muslim hingga ke negeri Jiran Malaysia dan Brunei Darussalam.
Menurut Sekretaris Komisi IV Bidang Kesra DPRD Kalsel yang juga membidangi sosial kemasyarakatan dan keagamaan, Firman Yusi, ziarah kubur atau tempat-tempat ibadah yang kental dengan nilai religi merupakan tradisi kaum Muslim atau "urang Banjar".
"Tradisi tersebut cukup bagus, karena sarat dengan nilai-nilai antara lain mengingatkan diri kita akan kematian, dan pada ziarah tersebut ada interaksi positif yaitu silaturahmi ," ujar Firman Yusi yang juga Sekretaris Fraksi Partai Keadilan Sejahtera DPRD Kalsel.
Baca juga: Kemenag Kalsel tugaskan dai ke wilayah 3T selama Ramadhan
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2024