Tanjung,  (Antaranews Kalsel) - Ketua Komisi I DPRD Tabalong Kusmadi Uwis menyatakan, kejadian hilangnya ratusan alat pemicu bom atau detonator mencoreng atau mempermalukan nama baik aparat keamanan maupun PT Adaro Indonesia.

"Pengamanan di Adaro selain melibatkan anggota Polres, TNI juga ada satuan pengamanan swasta namun kejadian raibnya ratusan detonator jelas masih ada kelemahan sistem pengamanan di obyek vital nasional itu," katanya di Tanjung ibukota Kabupaten, Jumat.

Karena itu aparat keamanan harus segera menyelidiki dan menemukan pelakunya agar alat pemicu bom itu tidak disalahgunakan apalagi sampai mengganggu keamanan di Kalimantan Selatan khususnya dan nasional umumnya.

Merespon cepat atas kasus hilangnya detonator itu, telah dibentuk Tim gabungan Polda Kalsel dan Polres Tabalong untuk mengusut kasus pencurian 183 buah detonator di salah satu warehouse PT Adaro Indonesia di Kabupaten Tabalong.

Kabag Ops Polres Tabalong AKP Fauzan Arianto mengatakan, pencarian tersangka dan barang bukti berupa alat pemicu bom masih terus dilakukan.

"Saat ini kepolisian sudah membentuk tim gabungan dan secara intensif masih mencari pelaku termasuk barang bukti berupa detonator milik PT Adaro Indonesia," jelas Fauzan.

Hilangnya detonator milik perusahaan pemegang ijin Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) itu diakui General Manager Hubungan Eksternal PT Adaro Indonesia Rizki Dartaman.

"Benar, Rabu (5/10) dinihari telah terjadi pencurian barang operasional pertambangan berupa detonator di salah satu ware house PT Adaro Indonesia, kejadian itu sudah kita serahkan ke kepolisian untuk ditindaklanjuti," jelas Rizki.

Dampak dari kejadian itu Adaro menghentikan sementara kegiatan peledakan di sejumlah lokasi tambang yang tersebar di Kabupaten Tabalong, Balangan maupun Barito Timur (Kalimantan Tengah).

Pewarta: Herlina Lasmianti

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016