Sutradara sekaligus penulis naskah Pipikat Tasan Panyi Benny Ashadi mengatakan pertunjukan tersebut mengangkat kisah tentang pahlawan asal Tapin yang melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda yang masih berada di tanah Kalimantan Selatan pada era 1945.
Baca juga: Kadisdik Tapin: Teater "Pipikat Tasan Panyi" simpan nilai nasionalisme-patriotisme
"Sosok pahlawan ini yakni Mat Tasan dan Muhammad Panyi. Sedangkan Pipikat (bahasa Banjar) memiliki makna sebuah pegangan yang berharga," ujarnya di Rantau, Rabu.
Benny mengungkapkan alur cerita pada teater ini mengikuti garis peristiwa sejarah perlawanan di Kabupaten Tapin yang didapatkan dari keturunan langsung sosok pahlawan tersebut.
"Kisah mereka adalah gambaran bahwa pernah ada perlawanan sengit oleh masyarakat Tapin terhadap Belanda di Kabupaten Tapin," ujarnya.
Disebutkan Benny tujuan mengangkat kisah ini untuk memberikan secuil wawasan sejarah kepada penonton hingga menjadikan Tasan Panyi sebagai simbol semangat untuk pemuda di Kabupaten Tapin.
"Kedua sosok pahlawan ini dinyatakan sebagai syuhada oleh orang dulu," ujarnya.
Baca juga: Gelas Budaya Tapin sukses tampilkan Pipikat Tasan Panyi
Ketua Pelaksana Dalai Bahaga III Muhammad Noval mengatakan pada pegelaran ini mereka berhasil menarik sekitar 350 penonton berdasarkan penjualan tiket.
"Selain menampilkan teater modern kita juga menampilkan Kalangkang Mantit yang dibawakan oleh Sanggar Seni Dayak Mancabung Tapin," ungkapnya.
Sementara itu, Cicit dari Mat Tasan yakni Achmad Adjie Al Muas mengatakan dari serangkaian siasat dan perlawanan kedua pahlawan yang merupakan kerabat ini gugur pada 9 November 1945.
"Beliau berdua menghadang rombongan Belanda di jembatan pasar (Rantau), yang mana pada saat itu beliau berdua gugur dengan delapan tembakan untuk Datu Mat Tasan, kemudian setelah kejadian tersebut datu Mat Tasan dan juga Panyi dinyatakan sebagai syuhada," ungkapnya.
Baca juga: Mandau untuk Pj Bupati Tapin dari Dayak Meratus
Muas mengatakan generasi saat ini patut bersyukur dan berterima kasih atas perjuangan orang dulu yang keras ingin merebut kemerdekaan di tanah kelahiran.
"Kemudian juga para pembangun bangsa, terutama tokoh-tokoh para pejuang yang ada di daerah kita Kabupaten Tapin, tidak hanya Tasan dan Panyi tapi juga seperti Kai Halidin, Kai Idris, Burnau, Daeng Suganda, Haji Makki, A Roba. Serta lainnya yang tak bisa disebutkan satu per satu," ujarnya.
Sangat diharapkan Muas, melalui pementasan Pipikat Tasan Panyi ini dapat menambah jiwa nasionalisme dan patriotisme masyarakat di Kabupaten Tapin.
Baca juga: Bupati ingin Tapin Culture Carnival digelar setiap tahun
Video:
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2024