Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Hari Sabtu, 24 September 2016, Kota Banjarmasin, Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan genap berusia 490 tahun, sebuah angka yang tak bisa dibilang muda lagi.

"Kota ini memang tua sekali, tapi semangat kota ini benar-benar masih muda," kata Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina.
     
Dengan semangat yang muda itu, maka kota ini pandai sekali bersolek, dan berusaha tampil tetap cantik dan menawan.
Kota ini ibarat seorang gadis yang lagi manis-manisnya, menawan banyak orang, makanya Banjarmasin sudah menjadi incaran investasi, perhotelan menjamur, pusat perbelanjaan dan super market maupun mini market bermunculan, bahkan sekarang menjadi kunjungan wisatawan.

Bandara Syamsudin Nor sudah membuktian bahwa kunjungan ke Banjarmasin terus membengkak, penerbangan udara dari berbagai maskapai penerbangan yang melayani rute di kota paling selatan pulau terbesar tanah air ini selalu saja penuh.

Lokasi yang eksotis paling banyak dikunjungi tentu pusat rekreasi kota Banjarmasin, Siring Tendean dengan pasar terapungnya, menara pandang, patung besar bekantan, susur sungai dengan 80 buah klotok (perahu mesin) hilir mudik di Sungai Martapura, kampung sungai, dan budaya air lainnya.

"Setiap minggu tak kurang dari 5000 pengunjung ke lokasi pusat wisata Siring Tendean ini," kata Kepala Pengembangan Pariwisata Dinas Pariwisata setempat Mohammad Khozaimi.

Kota yang berpenduduk sekitar 700 ribu jiwa lebih itu belakangan agak pandai memancing orang datang ke sini. Semua kegiatan yang berbau nasional selalu digelar, even-even budaya tahunan pun ditambah dan disemarakan.

Terakhir festival pasar terapung yang memberi ruang sebanyak mungkin atraksi budaya khas Banjar, dan ternyata memberikan efek signifikan terhadap kunjungan orang ke Banjarmasin ini.

Gubernur Kalsel Sahbirin Nor menyambut gembiara segala even berbau nasional, biarkanlah yang mempromosikan Kota Banjarmasin orang lain setelah  mereka datang ke sini.

"Even nasional pasti banyak orang datang dan saya setuju itu," kata Sahbirin saat menerima panitia Silaturahmi Nasional (Silatnas) Komunitas Sepeda Tua Indonesia (Kosti) Kalsel yang menggelar ngontel bareng dengan sekitar 500 peserta se-Indonesia 24-25 September 2016 ini di Kota Banjarmasin.

Kehadiran banyak orang ke Banjarmasin memberikan pengaruh terhadap usaha setempat, terutama kuliner dan barang cendramata seperti kain Sasirangan.

Bagi penikmat kuliner bisa datang ke Siring Tendean yang menggelar atraksi kuliner setiap Sabtu dan Minggu, dengan pedagang ratusan orang, termasuk di Pasar Terapungnya.

Kebijakan pembangunan Pemkot Banjarmasin dengan motto "Baiman" (barasih dan nyaman) telah melahirkan perubahan besar.

Kawasan lima kilometer yang berada di bantaran Sungai Martapura tadinya kumuh oleh bangunan pemukiman kini sudah dibebaskan dan berganti menjadi kawasan pertamanan hijau, fasilitas wisata, pusat hiburan, dan aneka fasilitas kota lainnya.

Penanganan sampah ditingkatkan hingga meraih adipura, sementara kenyamanan pun dikelola agar semua orang nyaman bermukim, nyaman berusaha, nyaman berurusan, nyaman sekolah, dan nyaman berobat. 

Dengan segala upaya tersebut, telah merubah wilayah kampung besar yang tadinya 490 tahun lalu disebut Desa Oloh Masih (kampung orang Melayu) menjadi sebuah kota modern dan metropolitan.
   

Asal Usul Banjarmasin


Kota Banjarmasin ibukota Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia termasuk kota besar dan terpadat di Kalimantan. Kota ini juga termasuk salah satu kota besar terpadat di luar pulau Jawa.
Banjarmasin yang juga dijuluki Kota Seribu Sungai ini lantaran terdapat sedikit 102 sungai yang membelah wilayah ini, sungai besar adalah Sungai Barito dan Sungai Martapura.

Wilayah seluas 72 Km2 yang kemudian dirivisi menjadi 92 Km2 ini merupakan sebuah  delta atau kepulauan yang terdiri dari sekitar 25 buah pulau kecil (delta) yang dipisahkan oleh sungai-sungai di antaranya pulau Tatas, pulau Kelayan, pulau Rantauan Keliling, pulau Insan dan lain-lain.

Berdasarkan data  Banjarmasin memiliki kepadatan 9.381 jiwa per Km2, dan  wilayah metropolitan Banjarmasin yaitu Banjar Bakula memiliki penduduk sekitar 1,9 juta jiwa.

Asal mula nama Kota Banjarmasin berasal dari sejarah panjang yang dulu dikenal Istilah Banjarmasih, atau bandar masih sebuah bandar yang berada di tepian Sungai Barito yakni yang sekarang disebut Desa Kuin.
Sebutan ini diambil dari nama salah seorang Patih yang sangat berjasa dalam pendirian Kerajaan Banjar, yaitu Patih Masih, yang berasal dari Desa Oloh Masih yang dalam bahasa Ngaju berarti orang Melayu atau Kampung Orang Melayu. Desa Oloh Masih inilah yang kemudian menjadi Kampung Banjarmasih.

Berdasarkan sejarahnya Patih Masih bersama dengan beberapa Patih lainnya sepakat mengangkat Pangeran Samudera mejadi Raja. Pangeran Semudera ini adalah seorang Putera Kerajaan Daha  yang terbuang dan mengasingkan diri di Desa Oloh Masih.
Sejak itu terbentuklah kerajaan Banjar. Pangeran Samudera kemudian menaklukkan Muara Bahan dan kerajaan kecil lainnya serta jalur-jalur sungai sebagai pusat perdagangan pada waktu itu.

Kemajuan kerajaan Banjar ini tentu saja mengusik kekuasaan Pangeran Tumenggung, raja Daha yang juga Paman dari Pangeran Samudera.
Sehingga terjadi penyerbuan oleh Daha. Peperangan yang berlarut-larut  menyebabkan Pangeran Samudera terdesak, dan meminta Kerajaan Demak yang merupakan kerajaan Islam pertama dan terbesar di Nusantara.

Demak bersedia membantu kerajaan Banjar, dengan syarat raja dan rakyatnya masuk Islam. Pengeran Samudera setuju dan tentara Demak datang bersama Khatib Dayan yang kemudian mengislamkan rakyat Banjar. Sejak itu Pangeran Samudera berganti nama menjadi Sultan Suriansyah.

Dengan bantuan Demak, Banjar menyerbu Daha dan mengalahkannya. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 24 September 1526, sehingga tanggal tersebut dijadikan sebagai hari kemenangan Pangeran Samudera, dan cikal bakal Kerajaan Islam Banjar Penyerahan kerajaan Daha kepada kerajaan Banjar.

Hari Jadi Kota Bandjarmasih sebagai ibukota kerajaan baru yang menguasai sungai dan daratan Kalimantan Selatan.
Sampai dengan tahun 1664 surat-surat dari Belanda ke Indonesia untuk kerajaan Banjarmasin masih menyebut Kerajaan Banjarmasin dalam ucapan Belanda “Bandzermash”. Setelah tahun 1664 sebutan itu berubah menjadi Bandjarmassin.

Pertengahan abad 19, sejak jaman jepang kembali disebut  Bandjarmasin atau dalam ejaan baru bahas Indonesia menjadi Banjarmasin.

Pewarta: Hasan Zainuddin

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016