Balangan, (Antaranews Kalsel) - Kehidupan keluarga Jarkasi (70) warga Desa Haur Batu, RT 14, Kecamatan Paringin, ibukota Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, yang merupakan dari keluarga kalangan bawah, cukup memprihatinkan.

Dengan pekerjaan sebagai petani sadap karet, dengan penghasilan sekitar Rp150/minggu, ia tetap mengutamakan pendidikan ketiga anaknya.

Sudah lima tahun keluarga Jarkasi tinggal di gubuk yang tidak layak dikatakan sebagai rumah, dengan ukuran 6 meter dan lebar 1,5 meter, ditinggalinya bersama sang isteri Siti Aminah (40), dan anak-anaknya, Sanah (14), Nor Sinah (10) dan Nor Fatimah (6).

Sanah kini duduk di bangku kelas satu SMPN Paringin, sementara Norsinah dan Nor Fatimah bersekolah di SDN Lasung Batu, Paringin.

Rumah gubuk yang dibangun dengan dinding dan atap serta lantai seadanya, tanpa listrik, dan berada diperkebunan karet, tentu saja tak layak disebut sebagai tempat berlindung dari panas, hujan, nyamuk, bahkan hewan berbahaya seperti ular.

Pun begitu, keluarga Jarkasi mengaku bahagia, tidak pernah mengeluh dan tidak pernah meminta-minta untuk dibantu, dan ia tetap berusaha menjadi seorang kepala keluarga bagi anak dan isterinya, menafkahi keluarga serta menyekolahkan anaknya.

"Aminah sekarang di SMP, ia dibantu oleh seorang dermawan yang kerja di Pemkab Balangan, kalau yang masih SD serta untuk hidup, saya berusaha sekuat tenaga, namun ada saja warga sekitar yang kadang membantu kami," ujarnya polos dengan badan yang sudah tidak tangguh lagi untuk bekerja, namun tanggung jawab yang kuat membuatnya harus terus mampu berusaha mencukupi kebutuhan keluarga.

Bupati Balangan, H Ansharuddin, Senin (19/9) di Paringin, mengaku siap membantu keluarga Jarkasi, bahkan untuk membedah gubuknya menjadi rumah layak huni.

"Terimakasih kepada warga dan media yang telah memberikan informasi ini, mari kita bantu warga kita," ajaknya.

Sementara itu Camat Paringin, Agus Muslim, berencana memasukkan keluarga Jarkasi dalam Program Keluarga Harapan (PKH) sehingga ketiga orang anaknya bisa terbantu dalam menjalani dan mendapatkan haknya untuk mendapatkan ilmu pendidikan.

"Kita akan masukan dalam program PKH, karena anaknya juga dalam usia sekolah, secepatnya kita kelokasi untuk meninjau langsung, semoga informasi seperti ini tidak didiamkan oleh warga yang mengetahui," ucapnya.

Selain itu pungkas Agus Muslim, harus didata dulu, kepemilikan lahan tempat gubuk tersebut, agar program bisa beralan, jika milik orang lain, maka akan segera kita beri alternatif atau solusi lain.

Pewarta: Roly Supriadi

Editor : Roly Supriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016