Banjarmasin (Antaranews Kalsel) - Kepala Dinas Bina Marga Kota Banjarmasin Gusti Ridwan Sofyani mengungkapkan, sudah lima tahun lalu Jembatan Pangeran Antasari diminta direnovasi mengingat usia jembatan yang dibangun zaman Belanda itu dinilai sudah terlalu tua.


"Jembatan menyeberangi Sungai Martapura itu wewenang pemerintah provinsi, sudah sekitar lima tahun kita minta untuk direnovasi," ujarnya saat di gedung dewan, Selasa.

Dia mengungkapkan, jembatan Pangeran Antasari merupakan jembatan tertua di Kota Banjarmasin tentu kekuatan jembatan itu perlu dikawatirkan, sehingga perlu direnovasi total dengan yang baru.

Selain itu, ungkap Ridwan, jembatan yang bersebelahan dengan pasar Sudimampir tersebut sudah sangat rendah dengan permukaan air sungai, di mana kurang mendukung untuk kelancaran trasportasi sungai.

"Karena banyak hal penyebabnya itu, makanya kita ajukan permohonan pergantiannya dengan jembatan konstruksi baru, sebab jalan itu juga arusnya sangat padat," paparnya.

Ridwan mengakui, bahwa pemerintah kota belum mendapatkan kepastian kapan jembatan itu direnovasi oleh pemerintah provinsi yang lebih berwenang, meski sudah ada respon.

"Harapan kita secepatnya, sebab ada jembatan lainnya juga yang sama perlu direnovasi di sungai Martapura itu," bebernya.

Seperti, kata dia, jembatan Pasar Lama dan jembatan Dewi, juga merupakan jembatan tua, selain modelnya sudah kurang representatif lagi di tengah kota, juga ketinggiannya dari permukaan air sungai tidak mendukung dengan jalur trasportasi sungai.

"Kalau jembatan-jembatan baru yang dibangun itukan desainnya melengkung, jadi ruang untuk trasportasi sungai sangat lapang," tuturnya.

Menurut Ridwan, ada sebanyak tujuh jembatan yang terbentang di atas sungai Martapura ini, semuanya sangat penting bagi kelancaran arus lalu lintas di ibu kota provinsi ini yang sudah mulais angat padat.

"Bahkan kita memohonkan bisa dibangunkan satu lagi jembatan di sungai Martapura ini, dan prosesnya sudah dimulai dengan rencana pembebasan lahan," paparnya.

Menurut dia, jembatan kedelapan itu yang menghubungkan daerah Sungai Jingah dan Sungai Bilu, di mana targetnya pada 2018 sudah bisa terealisasi.

"Jembatan kedelapan ini diperkirakan memerlukan dana sekitar Rp200 miliar, murni dari bantuan pemerintah pusat," ujarnya.

Pewarta: Sukarli

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016